Liputan6.com, New York - Saat itu 26 Agustus 2003, hampir 2 tahun setelah teror 9/11 melanda. Kepulan debu dan asap yang tebal memuakkan, yang menggantung di atas Ground Zero di Manhattan, berangsur hilang.
Namun, tiga blok dari sana, Hillary Clinton meluapkan kemarahannya pada rezim George W Bush. Ia menuding, pemerintah telah berbohong kepada rakyat Amerika.
Baca Juga
"Bagaimana bisa pemerintah kita dengan sadar menipu kita tentang sesuatu yang penting dan sakral, seperti udara yang kita hirup," kata Hillary. Suaranya penuh emosi.
Advertisement
"Udara yang anak-anak kita hirup di sekolah, justru berasal dari butiran debu pertama menara WTCÂ yang hancur dan itu berbahaya," ucapnya lagi.
Dikelilingi oleh petugas pemadam kebakaran dan dokter yang merawat pasien yang mengalami pernapasan dan penyakit lainnya ketika mereka bekerja di gundukan puing Ground Zero, Hillary Clinton, yang kala itu masih jadi senator New York berdiri di atas tumpukan reruntuhan WTC.
Suara kemarahan Hillary direkam oleh radio WNYC. Nada suaranya berapi-api, tidak seperti sosoknya kini yang lebih dewasa -- yang selangkah lagi menuju dari Gedung Putih.
Suara Hillary yang terdengar dari radio WNYC terdengar lebih bergairah, berapi-api dan tak terkendali. Di atas semua, dia marah.
Kala itu, dia baru saja tahu bahwa pemerintahan Bush memerintahkan pejabat dari Badan Perlindungan Lingkungan Federal (EPA) untuk meyakinkan warga New York setelah 9/11 bahwa udara di atas Ground Zero aman.
Padahal, mereka tahu bahwa itu adalah selubung beracun dari asbes, semen, debu kaca, logam berat, dan bahan bakar.
"Saya marah," lanjut Hillary. "Segera setelah tragedi, mungkin tidak ada yang menyadari (bahayanya). Tapi seminggu kemudian? Dua minggu kemudian? Dua bulan kemudian? Enam bulan kemudian? Yang benar saja!"
Dari semua babak kehidupan Hillary yang penuh gejolak selama 30 tahun, respons istri Bill Clinton itu atas serangan terhadap menara kembar menjadi salah satu petunjuk penting, seperti apa kelak ia memimpin AS
Dilansir Guardian, Sabtu (10/9/2016) rekaman itu mengungkapkan unsur karakternya, kekuatan kebijakan domestiknya, serta kecenderungannya untuk bersandar ke arah sisi yang agresif dalam urusan internasional.
Pelopor Jaminan Kesehatan
Menjelang 15 tahun teror 9/11, ingatan akan hari-hari itu, serta peran Hillary, menyegarkan ingatan banyak orang.
Salah satunya Richard Alles, yang saat itu berada di atas tumpukan puing WTC, sehari setelah serangan teror 9/11.
Saat itu, Hillary muncul dan berkoar, "Ini adalah serangan ke New York yang berarti serangan kepada Amerika Serikat, serangan kepada tiap warga AS!"
Alles petugas pemadam kebakaran dari Batalion 58 di Canarsie Brooklyn, tiba di Ground Zero 20 menit setelah menara kedua hancur lebur. Ia berada di sana selama 2 hari dua malam, mencari mereka yang selamat di antara puing-puing.
Yang ia ingat akan Hillary di hari itu adalah welas asih yang Nyonya Clinton tunjukkan.
"Ia benar-benar membela kami, tim penyelamat pertama yang datang ke sini. Aku tak pernah melupakannya," ujar Alles.
Alles juga ingat, Hillary adalah orang pertama yang mengatakan adanya potensi bahaya yang mengintai di Ground Zero.Â
Perempuan itu juga yang mula-mula menuntut pengobatan bagi siapapun yang menderita akibat udara yang tercemar itu.
"Kami tahu, bahwa udara sudah terkontaminasi. Namun, karena tugas, kami harus melakukannya, dan Senator Clinton adalah orang pertama yang membela kami, ia memperlihatkan bahwa dirinya sendiri adalah pejuang. Memperjuangkan hak kami untuk mendapatkan perawatan," ujar Alles.
Hal yang sama dirasakan oleh Peter Gorman, mantan presiden Uniformed Fire Officers Association of New York City, organisasi yang mewakili pekerja kerah biru.
Menurut Gorman, Hillary secara pribadi turun tangan mengurus pekerja yang selamat.
Demikian pula dengan Lauren Manning, salah seorang korban yang selamat saat pesawat menabrak menara kembar itu. Tubuh Manning terbakar hingga 83 persen, sementara 658 teman kerjanya tewas.
Hillary mengunjunginya, membesuk. "Ia datang ke rumah sakit mengatakan padaku bahwa ia akan selalu di sisiku. Matanya menatap mataku, tak sekalipun ia mengalihkan pandangannya. Bagiku, itu adalah pandangan penuh keikhlasan..."
Hillary adalah orang pertama yang mengatakan 9/11 adalah serangan bagi warga AS. Ia juga menentang pendapat ketua EPA, Christine Todd Whitman bahwa udara di Ground Zero aman.
Hillary pula lah orang pertama yang membuat terobosan kesehatan bagi mereka yang terdampak dengan 9/11.
Advertisement