Sukses

Mengintip Latihan Terbesar Militer Rusia

Militer Rusia melibatkan 12.500 tentara, tank, jet tempur, kapal perang, dan sistem senjata rudal anti-pesawat jenis terbaru, S-400.

Liputan6.com, Moskow - Militer Rusia menunjukkan kekuatan angkatan darat, laut, dan udaranya dengan menggelar latihan besar-besaran yang diselenggarakan di markas militer Opuk, Krimea.

Latihan yang digelar selama lima hari dan dimulai pada 5 September tersebut, melibatkan 12.500 tentara, tank, jet tempur, kapal perang, dan sistem senjata rudal anti-pesawat jenis terbaru, S-400.

Sementara itu di padang rumput berdebu, pasukan terjun payung melakukan pendaratan massal. Pada saat yang sama, pasukan di darat membangun dinding api menggunakan napalm.

"Dalam skala dan penyebaran kekuatan kelompok yang berbeda, latihan itu digelar untuk kali pertama," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov.

Latihan yang digelar selama lima hari itu melibatkan 12.500 tentara dan sejumlah perlengkapan militer canggih (Sergel Savostyanov/TASS)

"Markas militer ini adalah yang terbesar di Semenanjung Krimea, yang memungkinkan latihan semacam ini diadakan,"

"Latihan strategis...sangat penting untuk latihan militer di Rusia pada 2016," imbuh Konashenkov.

Ombak dengan bentuk halo akibat ledakan thermobaric (Sergel Savostyanov/TASS)

Menurut keterangan Konashenkov, latihan itu telah direncanakan tahun lalu dan tak memiliki kaitan dengan ketegangan Rusia dengan Barat. Ia juga menegaskan, tak ada unsur politik dalam latihan tersebut.

Namun melalui latihan tersebut, Rusia terlihat sedang mengirim pesan jelas bahwa pihaknya siap melawan setiap serangan yang terjadi di Krimea. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (10/9/2016).

Bom termobarik meledak di laut diikuti bom lainnya yang melayang menggunakan parasut (Sergel Savostyanov/TASS)

Hingga saat ini Krimea masih menjadi wilayah yang diperebutkan oleh Rusia dan Ukraina. Hal itu terjadi setelah Negeri Beruang Merah memenangkan referendum, di mana lebih dari 95 persen warga Krimea memilih berpisah dengan Ukraina dan bergabung bersama Rusia.

Sebuah kapal perang Rusia melintas Laut Hitam sebagai bagian dari latihan militer (Sergel Savostyanov/TASS)

Sekalipun tetap dilaksanakan dan telah diumumkan hasilnya, referendum tersebut tetap dikecam kalangan internasional serta negara-negara Barat. Mereka menyebut, pemungutan suara tersebut ilegal dan cara merupakan alibi Rusia yang ingin menganeksasi wilayah Krimea.

Dua helikopter terlihat meluncurkan amunisi (Sergel Savostyanov/TASS)

Walau terus diprotes, Rusia yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tidak bergeming. Pada 18 Maret 2014, Putin menandatangani dekrit pengakuan kedaulatan Crimea.

Dekrit tersebut merupakan langkah awal sebelum Krimea betul-betul berintegrasi dengan Negara Federasi Rusia.