Sukses

10 Misteri yang Tak Terpecahkan dari Tragedi Horor 9/11

Insiden memilukan yang terjadi 15 tahun yang lalu di New York dan Washington memiliki sisi yang terlupakan.

Liputan6.com, Washington D.C. - Tepat pada hari ini, Minggu 11 September 2016, bertepatan dengan peringatan 15 tahun serangan teroris yang menewaskan setidaknya 3.000 orang di New York dan Washington.

Serangan yang diarahkan ke Twin Tower World Trade Center, Pentagon, dan daerah pedalaman di Pennsylvania itu meninggalkan luka mendalam bagi warga AS.

Insiden nahas itu juga membuat negara yang kini dipimpin oleh Barack Obama itu lebih waspada dan gelisah tentang terorisme.

Seperti yang dikutip dari USAToday, Minggu (11/9/2016), ternyata masih ada pertanyaan yang tak terjawab menyangkut insiden 9/11. Banyak elemen dari serangan dan tindakan yang 'terlewatkan' dari memori publik.

Berikut 10 misteri  yang mungkin telah dilupakan tentang 9/11:

1. Bagaimana Teroris Bisa Masuk ke Dalam Kokpit Pesawat

Salah satu misteri 9/11 yang masih belum terpecahkan hingga kini adalah bagaimana teroris dapat masuk ke dalam kokpit pesawat.

Menurut laporan penyelidikan serangan yang dipublikasi pada 2004, ada beberapa kemungkinan yang muncul. Pembajak diduga menikam salah seorang pramugari dan merampas paksa kunci kokpit.

Sementara itu yang lainnya berpendapat para teroris mendobrak pintu kokpit, atau menyandera salah seorang petugas agar dapat masuk ke dalam ruang kontrol pesawat American Flight 11.

Mereka lalu menuntun pilot ke arah WTC pada 8.46 pagi waktu setempat, dan menabrak gedung tersebut. Kejadian tersebut membuat 81 orang termasuk teroris yang berada di dalam pesawat tewas. Termasuk orang-orang yang berada di dalam gedung.

2. Informasi yang Disampaikan Penumpang dan Awak Kabin

Penumpang yang berada di 4 pesawat yang dibajak -- American 11, United 175, American 77, dan United 93 -- menghubungi keluarga dan teman mereka untuk melaporkan tentang pembajakan tersebut.

Hal tersebut membuat pihak berwenang penerbangan mengetahui mengapa mereka tidak bisa melacak pesawat, setelah sistem navigasi mereka dimatikan.

American 77 yang bertolak dari bandara Dulles, Washington, dibajak saat sedang berada di Indianapolis. Burung besi itu dipaksa untuk berbalik arah kembali menuju Washington. Target, Pentagon.

Salah seorang penumpang, Barbara Olson, menghubungi suaminya Ted Olson untuk melaporkan bahwa pesawat yang ditumpanginya telah dibajak.

"Pesawat dibajak, teroris itu membawa pisau dan pemotong kardus," kata Barbara kepada suaminya sebelum burung besi yang ditumpanginya menabrak Pentagon pada 09.37 pagi.

Insiden tersebut menewaskan 64 orang yang berada dalam kabin, termasuk 5 orang teroris.

Informasi yang didapatkan dari data telepon dari awak kabin dan penumpang, memungkinkan penyidik mengetahui bagaimana pembajakan itu terjadi.

2 dari 3 halaman

Misteri Jumlah Penumpang

3. Beban Penumpang yang Ringan

Menurut laporan dari beberapa sumber, beban penumpang yang tidak terlalu banyak di dalam pesawat, membuat burung besi itu lebih mudah menukik saat akan menabrak.

American 11 bertolak dari Boston menuju Los Angeles, hanya berisikan 81 penumpang dari total kursi yang seharusnya di isi 158 orang.

United 175 yang dengan jadwal penerbangan yang sama dengan American 11, hanya diisi oleh 56 penumpang dari total 168. Jumlah itu jauh lebih rendah dari rata-rata pesawat itu, 49 persen.

American 77 menuju Los Angeles dari Washington dengan menerbangkan 58 penumpang dari kapasitas 176 kursi.

United 93 bertolak dari Newark, New Jersey, menuju San Fransisco, hanya membawa 37 penumpang yang 20 persen lebih rendah dari rata-rata 52 persen ketika normal.

4. Hilangnya Teroris 'Kelima'

Hampir semua pesawat yang dibajak berada di bawah kontrol 5 orang teroris masing-masingnya. Tapi tidak dengan maskapai United 93.

Pesawat itu 'kehilangan' pembajak kelimanya. Burung besi itu pula satu-satunya yang tidak mengenai target.

United 93 menargetkan Washington D.C, namun setelah lepas landas pesawat itu jatuh jauh dari target,di sebuah lapangan kosong di Shankville, berjarak 20 menit terbang dari sasaran.

5. WTC Sebelumnya Pernah Menjadi Target

Sebelum insiden 9/11 terjadi, gedung World Trade Center New York, pernah ditarget teroris pada 1993. Pada siang hari 21 Februari tahun itu, sebuah mobil van parkir di tempat parkir bawah tanah dan meledak.

Insiden itu menewaskan 6 orang dan membuat 1.000 lainnya luka-luka.

"Pengeboman tersebut mengisyaratkan teroris semakin 'menantang'. Kejahatan dan amarah yang tidak punya batas. Ramzi Yousef, pelaku pengeboman dari kelompok radikal Sunni, mengatakan dia berharap membunuh setidaknya 250.000 orang dalam serangan tersebut," tulis laporan insiden 9/11.

6. Wapres Cheney Minta United 93 Ditembak

Sebelum United 93 menabrak lapangan kosong di Pennsylvania, Wakil Presiden Dick Cheney memberi izin untuk menembak jatuh pesawat tersebut.

"Cheney memberi izin pesawat tempur untuk menargetkan United 93, sebelum burung besi itu dapat mencapai Washington," laporan dari 9/11 data.

Namun berdasarkan laporan, jet tempur itu juga tidak akan bisa mencapai United 93 tepat waktu, karena jarak yang terlalu jauh.

"Kami telah mempertimbangkannya dengan matang. Jika penumpang tidak menyebabkan pesawat itu jatuh dan menghantam tanah, militer akan mengambil alih dan mencegah United 93 mencapai Washington D.C," tulis laporan itu.

3 dari 3 halaman

Peringatan CIA

7. Pra-Serangan 9/11

Ramzi Yousef -- pria yang melakukan pengeboman di WTC pada 1993 -- merencanakan serangan besar-besaran di 12 maskapai AS yang lewat di Pasifik pada 1995.

Menurut laporan 9/11, Yousef bekerjasama dengan pamannya, Khalid Sheikh Mohammed -- pria yang belakangan diketahui dalang serangan 11 September 2001.

Yousef lalu ditangkap di Islamabad, Pakistan, pada 7 Februari 1995, setelah seorang anggotanya membeberkan informasi keberadaan pria itu.

8. AS Mencoba Membunuh Osama Bin Laden Sebelum 9/11

Menurut laporan CIA dan organisasi lainnya yang ikut bekerjasama untuk menangkap Osama Bin Laden pada awal 1998.

Tapi rencana tersebut gagal dilaksanakan. Tak lama kemudian sekutu membuat rencana penangkapan yang baru. Namun, rencana tersebut dibuat goyah oleh adanya pertanyaan yang mengatakan apa yang akan dilakukan kepada Osama setelah dia ditangkap.

Apakah hukum AS cukup kuat untuk membuat dia terbukti bersalah, dengan segala bukti-bukti yang ada.

Setelah kedutaan AS di Kenya dan Tanzania dibom pada 8Oktober 1998, Presiden Bill Clinton akhirnya memberikan izin untuk meluncurkan serangan misil melawan basis Osama di Afgansitan.

Pimpinan Al Qaeda itu berhasil selama, namun akhirnya tewas dalam penyergapan oleh angkatan laut AS, SEAL, pada Mei 2011.

9. Peringatan CIA pada Presiden Clinton

Pada 4 Desember 1998 Presiden CIA dalam pertemuan harian memberitahu Presiden Clinton bahwa Osama sedang mempersiapkan pembajakan pesawat terbang AS dan serangan lainnya.

"Mereka membajak pesawat untuk menyelamatkan Yousef dan teroris lainnya," kata Daily seperti tertulis dalam laporan.

Namun sayangnya informasi CIA itu tidak cukup kuat dan pembajakan itu juga tidak terjadi.

Pada Desember 1998, militer AS melacak Osama dan mencoba untuk menyerangnya dengan misil.

10. Keterkaitan Arab Saudi dalam Serangan 9/11

Setelah laporan 9/11 dikeluarkan pada 2004, tulisan 28 halaman itu tetap dirahasiakan dan menimbulkan banyak tanda tanya.

Halaman-halaman yang pada akhirnya dirilis pada Juli 2016, berisikan tentang informasi keterkaitan beberapa orang penting Arab Saudi dalam serangan 9/11.

Namun ada beberapa halaman yang tidak dipublikasikan karena belum terbukti benar.

Laporan itu juga mengungkap bahwa 5 dari 19 pelaku adalah warga Arab Saudi -- beberapa dari mereka bahkan tidak fasih berbahasa Inggris.

Dokumen penyelidikan tersebut menyebutkan beberapa nama, yang dipercaya harus diinvestigasi lebih lanjut.

Diantaranya, Omar al-Bayoumi, warga Arab yang pernah membantu dua orang pembajak di California, dicurigai sebagai perwira intelijen Arab.

Dalam dokumen baru, FBI mengungkapkan al-Bayoumi memiliki kontak dengan pemerintah Arab Saudi di AS. Selain itu, pria tersebut juga menerima bantuan keuangan dari sebuah perusahaan Arab berafiliasi dengan Departemen Pertahanan Arab Saudi.

Perusahaan itu dikabarkan memiliki keterkaitan dengan Osama bin Laden dan Al Qaeda.

Â