Sukses

Kontroversi Trump Foundation Vs Clinton Foundation

Donald Trump menuduh Clinton Foundation lembaga kriminal, namun yang sesungguhnya terjadi adalah...

Liputan6.com, New York - Donald Trump dan para pendukungnya sering kali menyombongkan kemampuan filantropi kandidat presiden dari partai Republik itu. Yang menjadi inti dari klaim tersebut adalah beroperasinya badan amal yang bernama sama dengan miliarder, yaitu Yayasan Trump. 

Trump juga kerap menuding yayasan yang dimiliki pesaingnya, Hillary Clinton melakukan tindak kriminal. Lupa bahwa ia pernah menyumbang US$ 100 ribu kepada Clinton Foundation pada 2009 dan 2010. 

Akibat Donald Trump berkoar-koar soal yayasannya yang ia anggap suci itu, Trump Foundation pun mendapat perhatian lebih dari media.

Para penentangnya mengklaim bahwa ternyata yayasan ini bukan sumber dana sumbangan tanpa pamrih seperti yang selama ini dikesankan, demikian dilansir BBC, sebagaimana dikutip oleh Liputan6.com pada Senin, (19/9/2016).

Apa itu Yayasan Trump?

The Donald J Trump Foundation adalah sebuah organisasi amal swasta yang didirikan oleh Donald Trump pada tahun 1987 dengan uang yang didapatkannya dari hasil penjualan buku larisnya, The Art of the Deal.

Hingga tahun 2005, yayasan ini hanya didanai oleh Trump sendiri, termasuk US$ 1 juta yang disumbangkannya pada tahun 1989. Namun sejak itu, yayasan itu didanai hampir secara eksklusif oleh donasi dari teman dan rekan sejawat miliarder tersebut.

Menurut dokumen Dinas Pajak (IRS) tahun 2014 (catatan yang terbaru), aset yang diklaim oleh yayasan ini adalah sebesar total US$ 1.273.895 dan berhasil menyedot dana sebesar US$ 500.849. Hampir secara keseluruhannya merupakan hadiah dari saudagar penjual tiket Richard Ebers, seorang penyumbang tetap. Yayasan tersebut telah mengeluarkan uang sebesar US$591.450.

Donor lain dari yayasan ini termasuk Vince McMahon, selebriti pegulat profesional, serta NBC Universal (yang menayangkan acara Trump, The Apprentice).

Kebanyakan penyumbang ke yayasan milik Trump tampaknya merupakan pengganti bayaran untuk capres Partai Republik itu. People Magazine memberi US$150.000 setelah menerima hak untuk mempublikasikan putra Trump, Barron. Comedy Central menyumbangkan US$400.000 setelah Trump tampil dalam acara "pembantaian" selebriti.

Beberapa lusin badan penerima amal menerima sumbangan pada tahun 2014, jumlah rata-rata bagi yayasan tersebut. Mereka termasuk Persatuan Riset Lupus, Asosiasi Kulit Amerika, Liga Anti-Penghinaan, dan berbagai jenis badan amal untuk veteran. Pada tahun 2009, Trump Foundation menyumbangkan US$ 100.000 dolar kepada Clinton Foundation.

Seperti Apa Yayasan Clinton?

Apakah Yayasan Clinton sama dengan Yayasan Trump Foundation? Tidak. Keduanya memiliki kata yayasan dalam namanya, namun selain itu, kedua badan ini tidak memiliki kesamaan lain.

Pertama, Yayasan Clinton yang bernilai jutaan dolar berskala jauh lebih besar. Yayasan ini mempekerjakan 486 staf dan ribuan pegawai dalam program mereka. Sementara dewan direksi Yayasan Trump terdiri dari Donald Trump, anak-anak tertuanya, dan seorang bendahara. Tidak ada pegawai lain yang dibayar.

Organisasi keluarga Clinton adalah apa yang disebut sebagai "yayasan operasional" atau "badan amal publik", yang mendanai dan mengelola sendiri program-programnya di lapangan. Sedangkan Trump Foundation, hanya berfungsi sebagai perlintasan donasi ke kelompok-kelompok lainnya, yang kemudian melaksanakan kegiatan amal. Sesuai dengan peraturan IRS, dikategorikan sebagai "yayasan swasta non-operasional".

Organisasi non-profit Guidestar telah memberi Yayasan Clinton "segel platinum" untuk transparansi dalam memberikan informasi tambahan untuk pengelolaannya. Yayasan Trump menolak untuk memberikan detail informasi yang diminta.

"Pendekatan Yayasan Trump pastinya tidak memenuhi standar pengumpulan dana yang berfokus dan pro-aktif yang biasa disebut sebagai 'filantropi strategis,'" tulis direktur Guidelines Jacob Harold.

Kedua yayasan ini tetap memiliki sedikit kemiripan. Keduanya diasosiasikan dengan individu-individu calon presiden untuk pemilu 2016, dan merupakan target dari tuduhan korupsi.

 

Video Terkini