Liputan6.com, Jakarta = Keadaan di Asia Selatan memburuk. Hubungan dua negara besar di kawasan tersebut, India dan Pakistan memanas.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara bisa dikatakan kondusif. Namun, situasi itu berubah tiba-tiba.
Penyebabnya adalah serangan di pangkalan militer India di Kashmir. Aksi tersebut menelan korban 18 orang tewas.
Advertisement
Penyerangan tersebut membuat India meradang. Direktur Jenderal Operasi Militer India, menyatakan, aksi teroris tersebut, menurut penyelidikan mereka, terkait dengan Pakistan.
Situasi pun bertambah parah usai Menteri Dalam Negeri India, Rajnath Singh menuliskan cuitan yang dinilai provokatif.
Baca Juga
"Pakistan adalah negara teror dan harus diidentifikasi dan dikucilkan," ucap Singh seperti dikutip dari CNN, Kamis (22/9/2016).
Sekretaris Jenderal partai berkuasa di India, Bharatiya Janata, Ram Madhav pun tak kalah galak dengan Singh. Ia secara tersirat menyindir tingkah laku Pakistan.
"Untuk satu gigi, kami siap memperlihatkan rahang kami," sebut Madhav dalam Facebooknya.
Kemarahan serupa juga ditunjukkan purnawirawan Militer India, Mayor Jenderal, G. D. Bakshi. Ia menyatakan Pakistan bukan lawan sepadan bagi negaranya. Oleh sebab itu, mereka meminta tetangganya itu menghentikan aksi provokatif jika tak mau menyesal di kemudian hari.
"Mari kita berhenti mengancam diri kita sendiri," paparnya.
Diserang dengan komentar memojokkan, Pakistan jelas tak diam. Beberapa pejabat tinggi negara tersebut tak ragu menujukan kekecewaannya atas sikap India.
"Negara kami menolak semua pernyataan tak berdasar dan tidak bertanggungjawab dari pejabat pemerintahan Perdana Menteri Modi," ucap Penasihat Urusan Luar Negeri PM Pakistan, Sartaj Aziz.
Juru Bicara Kemlu Pakistan Nafees Zakaria menyebut apa yang dilakukan India hanya akal-akalan untuk menyamarkan perhatian dunia dari apa yang sudah dilakukan negara tersebut di Kashmir.
Bukan cuma ucapan, bahkan ketika berada di New York, Menlu Pakistan, Aizaz Ahmad Chaudhry mengusir jurnalis India yang ada dalam konferesi persnya.
"Usir orang India ini," uca Aizaz.
Sebenarnya, serangan di Kashmir beberapa hari lalu, bukanlah peristiwa berdarah pertama yang memicu ketegangan kedua negara.
Pada Januari lalu, salah satu markas militer India, di Timur Laut Punjab tak jauh perbatasan Pakistan diserang. Selain itu, yang masih lekat dari ingatan adalah serangan di Mumbai 2008 yang menewaskan 164 orang.
Serangan-serangan itu, selalu disebut pihak India terkait dengan Pakistan. Islamabad pun kerap menolak tudingan yang dilancarkan.
Melihat kenyataan tersebut, Mantan Kolonel Militer India yang bertugas di perbatasan, Ajai Shukla berpendapat, sangat mudah bagi publik untuk terbawa retorika yang terjadi di lapangan.
Meski demikian, ia menyampaikan pujian bagi negaranya. Karena kesabaran selalu ditunjukan saat keadaan mulai memanas.
"Ketika pemerintah mengambil keputusan itu didasari realita lapangan bukan kemarahan publik," papar Shukla.
Ia juga menekankan, angkat senjata melawan Pakistan tidak masuk dalam strategi taktis. Banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan.
Termasuk fakta bahwa Pakistan adalah negara ke-11 di dunia yang memiliki pasukan paling banyak. "Konsekuensi dari segala serangan mungkin akan lebih buruk dari apa yang dipikirkan publik," ucap Shukla.
Hampir sama seperti India, sejumlah Pejabat Pakistan memastikan negaranya selalu berpikir panjang sebelum mengambil putusan terkait ketegangan dengan India.
"Sebenarnya, sentimen kesakitan dan kemarahan dari India sangat dimengerti," papar salah seorang eks Penasihat Kemlu Pakistan, Musharraf Zaidi.
"Tapi pernyataan India soal serangan-serangan berasal dari kelompok Jaish-e-Mohammad yang merupakan kepanjangan tangan dari kebijakan Pakistan, benar-benar tak tepat bahkan buruk," kata Zaidi.
Walau, ada saling pengertian dari India dan Pakistan, di Sidang Majelis Umum PBB di New York ketegangan India-Pakistan begitu terlihat.
India terang-terangan minta Pakistan disanksi internasional. Alasannya, Pakistan mendukung gerakan terorisme.
Sementara Pakistan menyatakan, dunia tak boleh tutup mata atas kekerasan yang sudah dilancarkan India di Wilayah Kashmir.