Liputan6.com, Washington DC - Sejumlah media asing melaporkan bahwa email milik staf Gedung Putih telah diretas oleh DC Leaks. Akibat aksi itu, sejumlah informasi sensitif pun bocor, termasuk paspor Michelle Obama.
"Dokumen yang bocor menunjukkan tingkat keamanan pemerintah kita. Jika teroris meretas email staf Gedung Putih dan mendapat informasi sensitif semacam itu, kita akan melihat keruntuhan negara," ujar DC Leaks dalam sebuah email, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (23/9/2016).
Peretasan itu juga mengungkap Power Point yang merinci perjalanan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Hotel Intercontinental di Cleveland pada 26 Juni tahun ini. Dalam dokumen itu, terkuak rincian seperti berapa banyak tangga yang akan dilewati Biden saat ia tiba di hotel menuju lantai dua.
Advertisement
Tak hanya Biden, rincian perjalanan Michelle Obama dalam acara "Let's Move di Waynesboro", Georgia, juga ikut bocor. Bahkan, terdapat juga detail acara yang didatangi oleh calon Presiden AS Hillary Clinton pada Mei lalu, seperti berapa banyak anak tangga yang harus ia lewati.
Ada pula sejumlah dokumen yang merinci pergerakan Clinton dan rombongannya, seperti daftar orang yang menaiki mobil tertentu dan nomor ponsel mereka.
Sebuah email dari koordinator perjalanan Hillary, Arielle Medina, juga mengungkap gaji orang yang bekerja sebagai tim kampanye Hillary.
Menanggapi laporan peretasan itu, juru bicara Gedung Putih pun angkat bicara. "Kami menanggapi laporan tentang pelanggaran dunia maya dengan serius, terutama jika itu mengandung beberapa informasi sensitif," ujarnya.
Bahkan percakapan pribadi antara staf Gedung Putih dengan rekan-rekannya juga dibocorkan.
Sebuah email pada April 2015 yang menginformasikan, seorang staf mengabarkan kepada dosennya bahwa ia akan telat mengikuti kelas karena terdapat kewajiban yang harus ia selesaikan sebagai tim ahli Michelle Obama.
Sebelumnya DC Leaks telah meretas akun email milik mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell pada awal bulan ini yang juga membocorkan informasi pribadinya.
Dalam surat elektronik pribadinya, Powel terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap calon Presiden AS asal Partai Republik, Donald Trump. Ia menjuluki taipan properti itu sebagai "aib nasional dan sampah masyarakat internasional".
Tak hanya Trump, ia juga mengkritik Hillary Clinton terkait dengan skandal email. Powell menyebut Hillary sebagai sosok yang serakah dan memiliki ambisi yang tak terkendali.