Liputan6.com, New York - Debat sudah menjadi tradisi kancah perpolitikan AS, termasuk untuk para calon presiden. Pemilihan orang nomor satu kali ini disebut-sebut menjadi ajang pilpres ASÂ paling 'panas' dan kontroversial sepanjang sejarah.
Untuk pertama kalinya dua calon akan hadap-hadapan di debat perdana yang akan terjadi pada Senin 26 September mendatang. Dua lawan politik yang 'membenci' satu sama lain akan berlaga di Hofstra University di New York.
Baca Juga
Saat para kandidat presiden meninggalkan podium debat mereka, bagaimana mereka tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah? Apa saja kiat dan saran untuk memenangkan debat? Andrew Markoff, seorang juara debat, Mitra Direktur Debat di Georgetown University, dan rekan pendiri Speech Labs, memberikan jawaban akan pertanyaan ini, sebagaimana diliput oleh McClatchyDC dan dikutip oleh Liputan6com, Minggu (25/9/2016)
Advertisement
Hillary Clinton perlu tersenyum. Donald Trump sebaiknya tidak mengatakan apapun tentang wajah Hillary.
Ini adalah dua dari beberapa saran yang diungkapkan orang dalam dari dua kandidat tersebut menjelang debat penting mereka yang pertama. Saran lainnya: mereka perlu berhati-hati. Publik telah mengenal kedua kandidat dengan baik, sehingga jika mereka tiba-tiba berubah kepribadian, mereka akan tumbang.
"Trump seharusnya khawatir jika ia terlalu siap dan terlalu banyak berlatih," menurut mantan Ketua Kongres Newt Gingrich, yang merupakan pendukung Trump. "Ia tak dapat berdiri di podium dan mencoba mengingat semua hal yang disarankan oleh para penasihatnya."
Hillary harus mencoba agar tidak berusaha menjadi seseorang yang ceplas-ceplos seperti Trump. Dia juga tidak boleh terlalu mendetail. "Sebaiknya ia tidak berlebihan dalam berbicara," saran Steve Schale, yang mendukung kampanye Obama pada tahun 2008 di Florida.
Clinton dan Trump dijadwalkan untuk debat perdana kalinya pada 26 September. Mereka akan berhadapan lagi pada tanggal 9 dan 19 Oktober. Berikut 5 wejangan wajib yang perlu diingat untuk debat pertama mereka.
Kuasai Agenda
 1. Jangan Terlalu Personal
Menyerang lawan berdasarkan catatan publik tentangnya merupakan hal biasa, namun tidak disarankan untuk mengina mereka secara personal. Momen terburuk dalam debat Trump terjadi setahun kemarin.
Ia telah mengkritik wajah saingannya Carly Forina sebelum debat, dan saat berdebat, Carly membalasnya dengan tajam, "Semua wanita di negeri ini telah mendengar apa yang dikatakan Tuan Trump," kata Carly dengan dingin. Trump kemudian mundur dan mengatakan bahwa Carly Fiorina "memiliki wajah yang cantik."
Tanggapan Carly Fiorina "tidak dipikirkan sejak awal, diuji di grup fokus, atau ditulis oleh penulis Hollywood. Itulah Carly yang sesungguhnya," ungkap Fred Sadler, manajer kampanyenya. Tanggapan tersebut mendorong posisi Carly ke peringkat atas GOP (Partai Republik), namun ia kemudian tersingkir setelah terjadi kontroversi akan pernyataannya yang anti-aborsi.
2. Kuasai Agenda
Trump telah membuktikan dirinya sebagai jagoan mengendalikan debat dan membuat lawannya menebak-nebak apa yang akan dilakukan atau dikatakannya selanjutnya. "Salah satu kelebihannya adalah spontanitas,"ujar Jeff Kaufmann, ketua Partai Republik Iowa.
Hillary harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam jebakan dengan menghabiskan terlalu banyak waktu bereaksi. Ia harus mengambil pelajaran dari Jeb Bush, mantan gubernur Florida, yang berusaha membalas hinaan Trump pada debat bulan Februari di South Carolina. Trump dengan mudah memenangkan negara bagian tersebut pada minggu berikutnya. Bush hanya mendapat tempat keempat dan segera setelah itu ke luar dari pencalonan.
Pelajaran yang dipetik, menurut Dan Gerstein, seorang veteran ahli strategi dari Partai Demokrat, adalah bahwa Hillary harus dengan cepat mencoba menampilkan dirinya sebagai agen perubahan yang sesungguhnya. Jangan mencoba untuk berbalas hinaan dengan Trump, sebab benar atau salah, banyak orang melihat media dan penguasa di Washington DC sebagai penjahat, sesuatu yang dengan efektif telah ditantang oleh Trump.
Menurut Dan, Hillary harus mempertahankan tema utamanya, yaitu bahwa ia telah mempromosikan perubahan selama bertahun-tahun, sementara Trump tidak pernah. "Ia harus terus mempertanyakan, 'Apa yang telah Anda lakukan?'" tegas Dan, yang membantu Senator Demokrat asal Connecticut Joseph Lieberman untuk debat cawapres tahun 2000 dan debat utama capres tahun 2004.
Advertisement
Buat Orang Menyukai Anda
 3. Jangan Terpaku pada Skrip
Senator Marco Rubio, dari Florida, dihabisi oleh Chris Christie, gubernur New Jersey, yang mengejeknya berkali-kali saat debat bulan Februari karena "hafalan pidato 25 detik" yang dilakukannya.
Hillary punya kecenderungan untuk mengulang poin-poinnya, ungkap Newt, sehingga Trump akan bersiap untuk mengganggu ritmenya. "Hillary sangat siap hanya untuk lingkungan yang terkendali," kata Newt.
Senator Claire McCaskill, Demokrat asal Missouri perwakilan Hillary, menyarankan hal berikut: "Jika ia terus tersenyum dan berulang kali menunjukkan bahwa ia memahami apa yang dikatakannya, dan Trump tidak, maka itu akan berpengaruh."
4. Buat Orang Menyukai Anda
"Debat ini pada dasarnya adalah tentang perasaan. Anda ingin orang merasa senang pada Anda," kata Bob Mulholland, konsultan Demokrat di California.
Senator Ted Cruz, Republikan asal Texas, memiliki pengetahuan tentang isu-isu dan dasar ideologi yang kuat, namun ia tidak dapat menandingi daya tarik "pria biasa" yang dimiliki Trump.
"Trump bersedia melakukan apa yang jarang dilakukan kandidat lain,"ungkap Saul Anuzis, penasihat Ted Cruz. Ia tampil sebagai sesuatu yang nyata, dapat dijangkau, dan itu sulit ditandingi. "Anda tak tahu apa yang akan dilakukannya," kata Anuzis.
5. Ingatlah Bahwa Lawan Anda Bukan Pemirsa Debat Utama
Para kandidat pemilihan capres putaran pertama memiliki misi yang berbeda-beda. Karena terdapat banyak kandidat, pemilih dapat leluasa untuk mencari seseorang yang sepakat dengan mereka dalam hal-hal tertentu.
Hillary berdebat dengan Senator asal Vermont Bernie Sanders tentang ide dan kebijakan. Republikan memulai dengan 17 bakal calon presiden, dan perdebatan antara mereka sering kali menjadi semacam arena hancur-hancuran mobil, yang bukan saja menguji ide namun juga berupaya untuk menjelek-jelekkan dan menghancurkan banyak lawan.
Kini, dengan hanya adanya dua kandidat, dan masing-masing berupaya untuk menarik lebih banyak audiensi, "Anda tidak mendebat orang di atas panggung," ungkap Chris Lehane, yang menjadi penasihat Al Gore dalam debat capresnya tahun 2000. "Anda berbicara langsung kepada pemirsa."