Liputan6.com, Los Angeles - Kala mendengar kata majalah Playboy, pikiran melayang dengan foto-foto wanita polos tanpa benang sehelai pun. Itu adalah trademark majalah pria dewasa tersebut.
Karena keberaniannya, ia menjadi pionir majalah dewasa sejenisnya. Meski demikian, itu semua adalah citra majalah Playboy di masa lalu. Berkat kemajuan internet, keterlanjangan makin bisa. Akibatnya, majalah bermuatan pornografi pun tak lagi sekomersial dulu. Jadi kurang laku.
Seperti dilaporkan New York Times, sirkulasi Playboy menurun drastis dari 5,6 juta pada tahun 1970-an menjadi sekitar 800 ribu saat ini. Maka, Playboy memutuskan untuk berubah.
Advertisement
Majalah asal Negeri Paman Sam ini memutuskan untuk tidak menampilkan gambar polos para model cantik. Menurut keterangan Playboy, keputusan itu diambil sebagai bagian dari desain baru mereka yang akan diluncurkan pada Maret 2016.
Meski tidak menampilkan gambar telanjang mereka tetap memastikan akan menyajikan pose-pose sensual dari para model wanitanya.
Keputusan mengejutkan ini sebenarnya sudah digodok sejak bulan Juli 2015. Ketika Playboy mengadakan rapat redaksi besar yang menghadirkan pendiri sekaligus pemimpin redaksinya, Hugh Hefner.
Dijelaskan CEO Playboy Scott Flanders keputusan yang diambil ini bukanlah putusan mudah. Dia pun memastikan putusan tersebut sudah diambil masak-masak.
"Kami sudah bertempur dan menang. Namun, sekarang, hanya dengan satu kali klik (di internet) kamu bisa melihat gambar telanjang. Gratis lagi," ucap Flanders, seperti dikutip dari BBC Agustus 2015 lalu.
Pamela Anderson menjadi model sampul edisi terakhir Playboy yang menampilkan ketelanjangan. Sudah 15 kali bintang Baywatch itu tampil di majalah tersebut. Dan itu mungkin yang terakhir.
"Ketelanjangan tak lagi provokatif," kata Cory Jones, chief content officer di kantor penerbitan Playboy di Beverly Hills, seperti dikutip dari Washington Post.
Dan edisi Februari 2016, mereka mewujudkan janjinya: mengubah pencitraan.
Alih-alih model seksi yang sudah terkenal, sampul Playboy teranyar memajang foto bintang Instagram, Sarah McDaniel, yang difoto gaya selfie Snapchat.
Ada tulisan 'heyyy;)' di sampul Playboy yang tak biasanya, jauh dari kesan semarak.
Sajikan Artikel yang Lebih Berbobot
Perubahan radikal itu juga mengiringi artikel yang lebih berbobot.
Kendati dahulu menyajikan foto telanjangnya, majalah Playboy kerap menyajikan artikel 'berat'.
"Orang kerap mengaitkan Playboy dengan foto telanjangnya. Sepuluh halaman itu seakan menjadi simbol. Namun, majalah ini sejatinya progresif...dan kami ingin bagian itu menjadi menonjol, sembari tetap tampil seksi...," kata sang pemilik, Hugh Hefner.
Faktanya, Playboy punya artikel-artikel menarik yang disusun apik. Media tersebut juga sering melakukan wawancara fenomenal, termasuk dengan Fidel Castro, Yasser Arafat, Moammar Khadafi, dan Malcolm X.
Meski mengaku bebas dari foto telanjang, Playboy mungkin belum jadi majalah yang 'aman' diletakkan di meja ruang santai. Halaman demi halamannya masih dihiasi foto-foto perempuan seksi.
Situs Playboy lebih dulu meniadakan ketelanjangan, sebagian bertujuan membuka akses ke platform media sosial seperti Facebook dan Twitter. Dan hasilnya, popularitasnya di dunia maya melejit.
Usia pengguna situs Playboy pun berubah, dari rata-rata 47 tahun menjadi 30 tahun. Sesuai dengan target pasar mereka yang baru: kaum muda. Ke depan Playboy bisa dibaca mulai usia 13 tahun ke atas.
Advertisement
Tampilkan Perempuan Berhijab
Â
Salah satu alasan kini Playboy mulai melirik pasar muda adalah dengan memuat artikel tentang Noor Tagaouri dalam tema 'Renegades' di terbitan edisi Oktober 2016.
Wanita berusia 22 tahun itu tampil dengan hijab yang dipadu dengan jeans, jaket kulit, dan sepatu Converse di salah satu artikelnya.
Dalam majalah Playboy tersebut Tagouri mengatakan bahwa dirinya memiliki keinginan untuk menjadi perempuan berhijab pertama yang menjadi pembawa berita di televisi Amerika Serikat.
Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (25/9/2016), Tagouri selama ini bekerja sebagai penulis cerita untuk Newsy, sebuah jaringan berita Amerika yang membuat video pendek untuk menyajikan beritanya.
Ia meyakini bahwa menjalani perannya sebagai seorang perempuan muslim telah membuatnya menjadi reporter yang lebih baik.
"Sejujurnya, aku rasa menjadi wanita muslim berhijab membantuku mendapatkan kepercayaan (dari subyek wawancara)," ujarnya kepada Playboy.