Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menunjuk diplomat karier Jeffrey DeLaurentis sebagai Duta Besar pertama AS untuk Kuba dalam 55 tahun terakhir. Peristiwa ini sebagai proses lanjutan dari normalisasi hubungan diplomatik kedua negara.
Seperti dilansir Daily Mail, Rabu (28/9/2016) DeLaurentis saat ini menjabat sebagai pejabat diplomatik tertinggi di Kedutaan Besar AS di Havana. Menurut Obama kepemimpinan DeLaurentis sangat penting selama proses normalisasi berlangsung.
Advertisement
Baca Juga
Obama menegaskan, penunjukkan Dubes AS untuk Kuba adalah sebuah keputusan yang masuk akal demi melangkah ke arah hubungan kedua negara yang lebih produktif. Menurut presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya itu DeLaurentis adalah sosok terbaik untuk mengisi pos diplomatik AS di Kuba.
"Dengan memiliki duta besar lebih mudah untuk mengadvokasi kepentingan kita dan akan memperdalam pemahaman bahkan ketika kita tahu bahwa kita akan terus memiliki perbedaan dalam menjalin hubungan dengan Pemerintah Kuba," ujar Obama.
"Kita hanya menyakiti diri sendiri jika tidak menempatkan duta besar," imbuhnya.
Langkah Obama ini didukung Senator dari negara bagian Vermont yang bertugas mengawasi kinerja Kementerian Luar Negeri, Patrick Leahy.
"Rakyat Kuba memiliki duta besar mereka di Washington. Maka rakyat AS membutuhkan kehadiran dubes mereka di Havana," tegas Leahy.
Tak lama setelah normalisasi hubungan kedua negara tepatnya pada 20 Juli 2015, Kuba langsung menugaskan Jose Ramon Cabanas Rodriguez menduduki pos diplomatik di Washington.
Tantangan di Senat
Untuk menunjuk seorang duta besar, presiden AS membutuhkan persetujuan dari Senat. Namun konfirmasi Senat diprediksi akan sulit didapat sebelum Obama keluar dari Gedung Putih pada Januari 2017 mendatang.
Sejumlah senator seperti Ted Cruz dan Marco Rubio diketahui menentang keras penempatan seorang dubes di Kuba. Mereka bersumpah untuk memblokir setiap calon yang dinominasikan dengan alasan 'macet'nya proses kemajuan demokrasi dan hak asasi manusia di negara pimpinan Presiden Raul Castro itu.
Baik Cruz maupun Rubio sendiri memiliki benang merah dengan Kuba. Cruz lahir di negara itu sementara Rubio mewarisi darah Kuba-Amerika.
Negeri Paman Sam dan Kuba memutuskan hubungan diplomatik pada 1961 di tengah-tengah situasi Perang Dingin. Namun di era Obama, kejutan pun terjadi.
Pada Desember 2014, Obama dan Presiden Raul Castro mengumumkan pada dunia bahwa kedua negara sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik termasuk pembukaan kembali kedutaan besar. Pembicaraan kedua pemimpin tersebut difasilitasi oleh Paus Fransiskus.
Pada awal 2016, Obama bahkan sempat mengajak keluarganya untuk mengunjungi Kuba. Dalam kunjungan yang tergolong singkat itu, selain bertemu Castro, Obama juga menghadiri pertandingan bisbol.
Sejak hubungan diplomatik kedua negara kembali dinormalisasikan pada 20 Juli 2015, DeLaurentis memainkan peran penting. Ia memimpin serangkaian negosiasi dengan Kuba mulai dari topik HAM hingga soal properti ASÂ senilai miliaran dolar yang disita ketika Revolusi Kuba pada 1959.
Sekalipun pencalonan DeLaurentis gagal, pemerintah Obama diharapkan dapat memanfaatkan dengan baik 'detik-detik terakhir' sebelum pelantikan presiden baru untuk meningkatkan negosiasi dengan Kuba.