Liputan6.com, Los Angeles - Beberapa waktu yang lalu, dunia dihebohkan dengan keberadaan Mbah Gotho di Sleman, Indonesia, yang berusia sangat lanjut. Jika dokumentasi yang dimilikinya terbukti benar, maka kakek berusia 146 tahun itu adalah manusia tertua di muka Bumi.
Mbah Gotho dikenal sebagai perokok berat, sehingga rahasia usia panjangnya menjadi misteri. Apakah ada faktor-faktor lain yang menjadi penentu angka harapan hidup manusia?
Sebuah penelitian internasional yang dipimpin oleh para peneliti University of California Los Angeles menengarai bahwa usia harapan hidup sebagian manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, apapun pilihan gaya hidup seseorang.
Advertisement
Penelitian ini dipimpin oleh ahli genetik Steve Horvath dari UCLA dan bekerja sama dengan 65 peneliti lain di seluruh dunia. Penelitian dilakukan melalui analisis sampel darah dari 13.000 orang.
Baca Juga
Dikutip dari UPI pada Kamis (29/9/2016), 'jam' epigenetik yang sebelumnya dikembangkan oleh Horvath digunakan untuk menghitung penuaan pada darah dan jaringan lain pada tubuh manusia melalui pelacakan perubahan DNA seturut berjalannya waktu.
'Jam' tersebut mampu menghitung umur biologis darah. Menurut para ilmuwan UCLA, usia biologis lebih unggul dibandingkan usia kronologis dalam hal menentukan kapan waktunya seseorang meninggal.
Penelitian yang hasilnya sidah diterbitkan dalam jurnal Aging tersebut mengacu kepada 13 set data. Menurut Horvath, kebiasaan makan sehat yang dipadukan dengan olah raga mungkin tidak terlalu berpengaruh menunda kematian pada beberapa orang.
"Kami menemukan bahwa sekitar 5 persen populasi menjadi tua dengan kecepatan biologis yang lebih tinggi, sehingga usia harapan hidupnya lebih pendek," kata Horvath melalui terbitan pers.
"Penuaan yang dipercepat meningkatkan risiko kematian orang dewasa hingga 50 persen pada tingkat usia manapun."
Tapi, pimpinan penelitian itu menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan berisiko seperti merokok masih dapat mempercepat proses penuaan, walaupun genetik memainkan peran yang jauh lebih kuat.
Horvath melanjutkan, “walaupun gaya hidup sehat bisa saja menambah usia harapan hidup, proses penuaan yang ada dalam diri mencegah kita terus-menerus mengakali kematian."
"Tapi, faktor-faktor risiko seperti merokok, diabetes, dan tekanan darah tinggih masih kuat mempredikisi tingkat kematian (mortalitas) dibandingkan kecepatan penuaan epigenetik seseorang."
Walaupun telah ada temuan tersebut, para pelaku profesi kedokteran memandang kemampuan peramalan rentang kehidupan menggunakan jam epigenetik sebagai hal yang masih tidak pasti.
"Apakah perubahan epigenetik yang disebabkan penuaan kronologis secara langsung menyebabkan kematian pada orang yang lebih tua?" kata Dr. Themistocles Assimes dari Stanford University.
Dr. Assimes, yang juga menjadi penulis laporan penelitian, melanjutkan, "Mungkin perubahan itu sekedar mendorong perkembangan beberapa jenis penyakit atau meruntuhkan kemampuan seseorang untuk melawan perkembangan penyakit itu setelah terkena."
"Masih perlu penelitian di masa depan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu."
Â