Liputan6.com, Amsterdam - Rekaman telepon rahasia yang dimiliki otoritas Ukraina menjadi bukti bagi Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang paling memberatkan Rusia terkait tragedi jatuhnya maskapai Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17Â pada 17 Juli 2014.
Hal tersebut terungkap setelah pada Rabu 28 September kemarin, JIT yang terdiri dari otoritas hukum Australia, Belanda, Belgia, Ukraina, dan Malaysia merilis hasil penyidikan mereka selama dua tahun belakangan.
Seperti dilansir News.com.au, Kamis (29/9/2016) di antara jutaan halaman posting-an media sosial, ratusan saksi mata, dan sebuah kontainer yang dipenuhi bukti fisik terkait dengan lokasi penembakan rudal BUK terdapat pula 150.000 rekaman percakapan telepon rahasia yang 'tertangkap' di kawasan timur Ukraina--lokasi jatuhnya MH17.
Advertisement
Komunikasi rahasia yang terjalin via telepon tersebut terjadi pada hari-hari sebelum dan sesudah MH17 jatuh. Percakapan itu disebut mengungkap sejumlah bukti yang 'mengerikan'.
Baca Juga
Salah satu panggilan telepon dari kelompok separatis pro-Rusia dilakukan pada 16 Juli atau sehari sebelum burung besi nahas itu ditembak rudal BUK. Percakapan itu menggambarkan permintaan pembuatan rudal.
"Jika saya bisa menerima BUK di pagi hari dan mengirimkannya ke sana itu akan lebih baik. Jika tidak, semuanya akan f***ed up," ujar suara dalam rekaman tersebut.
Lantas ada suara lain yang bertanya, "Dimana kita harus menurunkan ini...b***ch?."
Pemilik suara kedua pun melanjutkan, "Saya bawa satu, saya sudah di Donetsk."
Sejumlah percakapan lain pun disebut menunjukkan bukti tak terbantahkan terkait dengan rute perjalanan rudal BUK menuju lokasi penembakan.
Sebuah panggilan telepon lainnya antara pria yang memiliki kode Orion dan Delfin membahas bagaimana 'rudal itu harus diangkut, disamarkan' dan dibawa pergi.
Dalam sebuah panggilan telepon berbeda yang terjadi setelah MH17 jatuh disebutkan, "Kendaraan ada di Rusia."
"Kendaraan telah berada cukup lama di Rusia."
Tanda Tanya Besar
Sejumlah percakapan ini hanyalah sedikit dari sekian bukti yang diklaim oleh tim investigasi memperkuat dugaan keterlibatan Rusia.
Kesimpulan investigasi mereka juga menunjukkan bahwa rudal ditembakkan 500 meter dari sebuah lahan pertanian di dekat Pervomaiskyi, lokasi ini tepatnya berada di luar desa Snizhne--kawasan yang dikontrol oleh pemberontak pro-Rusia.
Setelah MH17 jatuh, peluncur rudal diangkut kembali melintasi perbatasan ke Rusia. Dan sejak peristiwa itu tak pernah terlihat lagi.
"Kami tak ragu sama sekali bahwa kesimpulan bersama kami akurat. Hasilnya adalah MH17 ditembak jatuh oleh sebuah BUK dari lahan pertanian (di dekat Snizhe) dan sistem itu dibawa dari wilayah Federasi Rusia dan dikembalikan ke Rusia setelah peristiwa itu terjadi," ujar Kepala Investigasi Pusat Kriminal Belanda, Wilbert Paulissen.
Selanjutnya fokus akan beralih pada apa yang terjadi pada BUK setelah dibawa kembali ke Rusia di mana satu rudalnya telah berkurang.
Menurut JIT, terdapat 100 orang yang akan diselidiki atas tragedi MH17. Tujuan akhirnya adalah menyeret para pelaku yang terlibat ke pengadilan.
Jaksa Belanda yang terlibat dalam penyidikan, Fred Westerbeke menolak untuk memaparkan identitas 100 orang yang akan diperiksa. Namun ia sepenuhnya yakin bahwa pada akhirnya mereka akan berhasil dihadirkan di pengadilan.
"Jika Anda ingin membawa orang ke pengadilan maka Anda harus tahu siapa mereka dan berasal dari negara mana. Jadi kami tidak ingin membuat pilihan sampai kami tahu siapa yang harus diadili," tegasnya.
Eliot Higgins seorang penyidik dari Bellingcat--yang telah menerbitkan nama-nama anggota Brigade 53 Rusia yang ia yakini bertanggung jawab terkait pengangkutan rudal-- mengatakan hingga kini nasib kendaraan pengangkut sistem peluncur rudal setelah dibawa kembali ke Rusia masih belum diketahui.
"Itulah misteri terbesar. Tidak ada yang tahu dan kita belum menemukan bukti tentang apa yang terjadi setelah kendaraan melintasi perbatasan," kata Higgins.
"Kami tahu itu menuju perbatasan. Kami memiliki 'momen-momen'...namun menghilang setelah itu. Saya menduga mereka melakukan hal terbaik dengan menjaganya tetap tersembunyi...Ini sangat memberatkan Rusia," imbuhnya.
Advertisement
Bantahan Rusia
Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam temuan JIT. Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova mengatakan, "Rusia sangat kecewa dengan situasi seputar investigasi bencana Boeing yang tidak berubah."
"Kesimpulan...mengonfirmasi bahwa investigasi bias dan bermotif politik," sebut Zakharova.
Produsen rudal BUK Almaz-Antey juga terganggu dengan temuan JIT tersebut. Penasihat kepala desainer, Mikhail Malyshevsky mengatakan kepada Russia Today percobaan mereka menemukan kesimpulan berbeda.
"Untuk saat ini, kami melakukan tiga percobaan yang mengonfirmasi versi MH17 ditembak jatuh oleh rudal dari Desa Zaroshenskoye," jelas Malyshevsky.Â
Sementara itu, temuan tim investigasi semakin memperkuat tuduhan Ukraina atas 'keterlibatan langsung' Rusia atas tragedi MH17. Kementerian Luar Negeri Ukraina bahkan menyebut negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu sebagai 'agresor'.
"Informasi ini sekali lagi menunjukkan keterlibatan langsung negara agresor dalam tragedi jatuhnya pesawat. Ini mengakhiri semua upaya Rusia untuk mendikreditkan kegiatan dan kesimpulan dari JIT dengan menyebarkan distorsi atau informasi yang mereka buat," ujar Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Bagi pihak keluarga korban MH17, kesimpulan tim investigasi ini adalah langkah awal untuk menyeret para pelaku ke pengadilan.Â
Robby Oehlers, paman dari Daisy (20), salah satu korban tewas dalam musibah MH17 bersama dengan pacarnya, Bryce, mengatakan bukti-bukti tersebut menunjukkan dengan "sangat jelas bahwa mereka tahu apa yang terjadi".
"Kita telah mengetahui siapa yang melakukannya tapi kita membutuhkan bukti dan sekarang buktinya sudah ada," kata Oehlers.
Direktur Yayasan MH17, Dennis Schouten yang kehilangan saudara iparnya mengatakan, dia 'sangat puas' bahwa kesimpulan telah ditemukan.
"Tim JIT telah melakukan yang terbaik, sangat jelas mereka menyelesaikan "PR" mereka dengan memastikan bahwa tak ada hal-hal yang tercecer. Saya benar-benar yakin 200 persen bahwa temuan yang dipaparkan JIT adalah bukti yang sebenar-benarnya tanpa keraguan," kata Schouten.
Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mendesak agar mereka yang bertanggung jawab atas insiden MH17 menjelaskan melalui PBB.
Masa penyidikan JIT akan diperpanjang hingga 1 Januari 2018. Terkait hal ini, Komisaris Kepolisian Federal Australia (AFP), Ia, McCartney mengatakan, pihaknya bersedia bekerjasama selama dibutuhkan.
"Menurut saya temuan baru ini adalah langkah penting dalam kemajuan penyidikan. Terdapat 38 warga Australia yang tewas dalam tragedi MH17. Mereka tidak lagi memiliki suara sehingga penting bagi kita untuk mewakili mereka," ujarnya.
Maskapai Malaysia Airline MH17 dilaporkan jatuh di bagian timur Ukraina ketika menempuh perjalanan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur. Seluruh penumpang yang berjumlah 298 orang tewas, 193 diantaranya merupakan warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, dan 12 warga Indonesia.