Sukses

Ini Sosok Diplomat Muda yang 'Bungkam' 6 Kepala Negara di PBB

Ketegasan diplomat Indonesia dalam menjawab tudingan enam kepala negara di pertemuan PBB membuat Nara disorot dunia. Siapa dia?

Liputan6.com, Jakarta - Nara Masista Rakhmatia mendapat sorotan internasional saat perempuan 34 tahun itu tampil dengan "gagah" mewakili Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB beberapa waktu yang lalu.

Ketegasan delegasi muda Indonesia itu dalam menjawab tudingan dari enam kepala negara dalam pertemuan PBB itu membuktikan bahwa diplomat muda juga mampu tampil prima mewakili Tanah Air di ranah internasional.

Nara yang merupakan Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York menyampaikan tanggapan Indonesia terkait tuduhan kepala pemerintah Kepulauan Solomon dan Vanuatu yang didukung oleh Nauru, Kepulauan Marshall, Tuvalu, serta Tonga.

Keenam pimpinan negara itu menuding bahwa Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk asli di wilayah Papua dan Papua Barat.

Menanggapi hal tersebut, delegasi muda Indonesia yang dulunya merupakan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa tudingan tersebut bermotif politik dan terlalu mencampuri urusan negara lain.

Nara menyebutkan bahwa pernyataan pemimpin negara-negara Pasifik itu menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap sejarah, perkembangan pembangunan serta situasi terbaru di Papua dan Papua Barat.

"Ini adalah tindakan tidak bersahabat dan manuver retorika politik," kata Nara dalam Sidang Majelis Umum PBB tersebut.

Nara, mewakili Indonesia, juga menyebutkan bahwa pernyataan enam kepala negara itu diduga didesain untuk mendukung kelompok separatis yang berusaha menciptakan rasa tidak aman dan teror di Papua.

Diplomat lulusan Sekolah Departemen Luar Negeri angkatan 33 tahun 2008 itu juga menyesalkan pernyataan yang dikeluarkan oleh negara-negara Pasifik tersebut.

Kecerdasan dan ketegasan diplomat cantik Indonesia itu menarik perhatian netizen dunia maya, terutama di media sosial.

Menanggapi hal tersebut, kala dihubungi oleh tim Liputan6.com, Kamis (29/9/2016 seorang guru besar muda UI yang sekaligus merupakan ahli Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana, mengatakan bahwa Nara merupakan delegasi muda Indonesia yang menunjukkan kepada dunia bahwa "darah muda" juga bisa tampil maksimal mewakili Indonesia.

"Terlepas dari usianya yang masih muda, Nara sedang berperan sebagai wakil Indonesia. Namun harus diakui, suaranya yang tegas dan bahasa Inggrisnya yang lancar seperti penutur asli menunjukkan betapa diplomat muda pun bisa tampil prima mewakili Indonesia," kata Hikmahanto.

2 dari 2 halaman

Nara, Perempuan Cerdas Wakil RI untuk PBB

Tidak hanya itu, Hikmahanto juga menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Nara dalam pertemuan itu tentunya sudah disetujui terlebih dahulu oleh Dubes Indonesia di New York.

"Apa yang Nara sampaikan tentunya bukan murni hasil gagasan dan idenya sendiri. Semuanya telah dipersiapkan dengan matang di kedutaan. Sebagai delegasi, Nara hanya menyampaikan apa yang telah disetujui," sambung Hikmahanto saat ditanya apakah yang dikatakan Nara telah sesuai dengan konteks atau belum.

Dengan tampilnya sosok Nara dalam pertemuan tersebut, hal itu dengan jelas menunjukkan bahwa Kementerian Luar Negeri memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk tampil dan bertarung di arena internasional, serta menjajal kemampuan berdiplomasi mereka.

Meski demikian, Menlu tentunya tidak akan mengirim sembarang orang untuk mewakili Tanah Air.

Nara menamatkan jenjang pendidikan menengah atasnya di SMA 70 Jakarta. Setelah lulus SMA, perempuan itu kuliah di FISIP UI jurusan Hubungan Internasional dan lulus pada 2002.

Sebelum ditempatkan di PTRI New York, Nara pernah menjajal berbagai tempat. Selama bekerja di Kemlu, Nara pernah di tempatkan di Direktorat Kerjasama antar Kawasan di Direktorat Jenderal Urusan Asia Pasifik dan Afrika Kemlu.

Selain itu, perempuan yang Desember ini menginjak usia 34 tahun itu sempat mengemban jabatan sebagai Head of Section for The Budget and Management Committe (BMC) APEC.

Tidak mengherankan jika perempuan yang menamatkan S2 di Universitas St Andrews Inggris itu menjadi juru bicara Indonesia di Forum PBB.