Liputan6.com, Baghdad - Namanya aslinya Wahida Mohamed, namun ia lebih dikenal sebagai Um Hanadi. Sehari-hari perempuan Irak itu mengenakan seragam dan kerudung hitam.
Ada pistol Beretta 9-millimeter di kantung di bawah lengan kirinya. Cat perak di area di sekitar pemicu telah memudar.
Perempuan 39 tahun itu bergabung sebagai milisi, sesuatu yang jarang di dunia yang didominasi laki-laki. Hebatnya, ia bukan sekadar prajurit. Um Hanadi adalah komandan.
Ia memimpin pasukan yang terdiri atas 70 pria di area Shirqat, sebuah kota yang terletak 80 kilometer dari Mosul, Irak.
"Berhenti bicara dan diam," Um Hanadi menghardik sejumlah pria sangar bersenjata yang berdiri di belakangnya.
Mereka sontak terdiam, membetulkan posisi berdiri sambil memegang senjata. Itu membuktikan, perempuan bukan pemimpin karbitan. Ia dihormati.
Zona perang bukan hal baru bagi Um Hanadi. "Aku mulai melawan teroris pada 2004, bekerja sama dengan pasukan Irak dan koalisi," kata dia, seperti dikutip dari CNN, Kamis (29/9/2016).
Tindakannya itu bikin murka Al Qaeda di Mesopotamia yang kini menjadi ISIS. "Aku menerima ancaman dari petinggi ISIS, termasuk Abu Bakr (al-Baghdadi)," kata dia merujuk pada 'khalifah' ISIS.
Advertisement
Namun, Um Hanadi bergeming. "Namaku ada di urutan teratas daftar buron mereka," kata dia. "Bahkan lebih dari perdana menteri."
Um Hanadi mengaku, sejumlah bom mobil diletakkan di muka rumahnya. "Pada 2006, 2009, 2010, tiga bom lagi pada 2013 dan 2014."
Suami pertamanya tewas. Um Hanadi menikah lagi, namun ISIS juga menghabisi nyawa pasangannya awal tahun ini.
ISISÂ juga membunuh ayah dan tiga saudara lelakinya -- juga kambing, anjing, dan burung miliknya.
Hanadi mengaku beberapa kali lolos dari maut. "Enam kali mereka berusaha menghabisiku," kata dia. "Ada pecahan peluru di kepala dan kaki. Tulang rusukku patah."
Ia menyibak jilbabnya, menunjukkan bekas luka yang ada di baliknya. "Semua ini tak menghentikanku bertempur."
Balas Dendam
Um Hanadi mengklaim memimpin anak buahnya dalam beberapa pertempuran melawan ISIS. Senjata dan kendaraannya disuplai Jenderal Jamaa Anad, komandan pasukan darat di Provinsi Salahuddin.
Tak hanya bermodal pengalaman tempur dan keberanian, perlawanan Um Hanadi juga didorong rasa dendam.
"Saya melawan mereka, memenggal, dan memasak kepala mereka. Aku juga membakar tubuh mereka...," kata dia.
Um Hanadi mengaku punya bukti tentang apa yang telah dilakukannya. "Itu semua didokumentasikan. Kau bisa melihatnya di halaman Facebook-ku."
Di laman jejaring sosial itu memuat banyak foto-foto dirinya bersama suami yang telah almarhum, para militan, juga jenderal.
Sejumlah gambar terlihat mengerikan, misalnya, ia memegang benda mirip kepala manusia yang terputus dari raga. Foto lain menunjukkan dua kepala yang terpisah dalam panci masak.
Dalam foto lain, dia berdiri di antara jenazah yang terbakar sebagian. Tak jelas apakah itu gambar asli atau rekayasa.
Dalam laman Facebook miliknya, Um Hanadi menggambarkan dirinya sebagai 'rabat manzal' -- ibu rumah tangga, bukan penata rambut seperti yang dikabarkan media.
Um Hanadi memiliki dua anak perempuan, berusia 22 dan 20 tahun. Mereka dilatih dan siap untuk melawan ISIS.
Advertisement