Sukses

Insiden MH17 Antara Kemarahan Belanda dan Sangkalan Rusia

Hasil penyelidikan tim investigasi kecelakaan pesawat MH17 memberatkan pihak Rusia.

Liputan6.com, Amsterdam - Penyelidikan MH17 berakhir pada kesimpulan mengejutkan. Investigator dari Belanda menyebut, rudal yang membuat burung besi itu jatuh dibawa oleh Rusia ke Ukraina timur.

Investigasi dari tim independen itu, membuat Rusia naik darah. Negeri Beruang Merah menyatakan, hasil penyelidikan tidak tepat.

"Moskow akan memberikan penjelasan kenapa mereka tidak menerima metode investigasi internasional yang ke arah yang salah," sebut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Mari Zakharova, seperti dikutip dari News.com.au.

Mendengar pernyataan dari Rusia, Belanda segera mengeluarkan respons. Mereka mengatakan penyataan negara eks pecahan Uni Soviet itu tak bisa diterima.

"Respons dan presentasi yang dikeluarkan Juru Bicara Kremlin dan Kemlu Rusia serta Kementerian Pertahanan seperti mempertanyakan profesionalisme, integritas, dan independensi kerja dari penuntut umum kami," sebut Menlu Belanda Bert Koenders.

Oleh sebab itu, Belanda memastikan diri tak akan tinggal diam. Dubes Rusia yang ada di negaranya dipanggil demi memberikan penjelasan lebih lanjut kenapa Otoritas Negeri Tulip tidak menerima pembelaan negara tersebut.

"Dubes Rusia sudah diinformasikan apa yang menyebabkan kritikan tak berdasar itu tidak bisa diterima," paparnya.

Merespons langkah itu, Rusia pun secara tiba-tiba, turut memanggil Duta Besar Belanda di negaranya. Pemanggilan itu akan dilaksanakan pada 3 Oktober 2016 mendatang.

Dalam pernyataan resminya Moskow menyebut, pemanggilan ini merupakan cara mereka untuk menyampaikan alasan kenapa investigasi Belanda tidak mau diterima.

Hasil investigasi Belanda tengah menjadi sorotan dunia. Penyebabnya, penemuan ini mengungkit kembali pertanyaan sekaligus spekulasi terkait keterlibatan angkatan bersenjata Rusia, Kremlin, dan Presiden Vladimir Putin atas insiden yang menewaskan 298 warga sipil tersebut.

Pada Oktober 2015 lalu, Badan Keselamatan Penerbangan Belanda mengonfirmasi bahwa Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 jatuh akibat rudal BUK buatan Rusia, namun tak disebutkan dari mana rudal ditembakkan.

Rudal itu menghantam bagian kiri depan pesawat sebelum akhirnya badan burung besi itu terpotong dan pecah di udara.

Tjibbe Herman Jan Joustra, Ketua Asosiasi Keamanan Swasta dan Badan Detektif pada Oktober 2015 lalu sempat mengatakan bahwa pola hancur pesawat memperlihatkan bahwa itu hasil tembakan sebuah rudal bukan meteor atau ledakan internal.

Pesawat Malaysia Airline MH17 yang ditembak dalam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur jatuh di timur Ukraina pada 17 Juli 2014. Dari 298 korban tewas dalam tragedi itu 193 diantaranya merupakan warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, dan 12 warga Indonesia.