Liputan6.com, Tel Aviv - Artikel di surat kabar The Sunday Times of London pada 5 Oktober 1986 bikin Israel kalang kabut. 'Revealed: The Secrets of Israel's Nuclear Arsenal' -- judul itu dicetak besar-besar dan terpampang di halaman muka.
Lewat berita itu, apa yang dirahasiakan negeri zionis tersebut akhirnya terkuak. Israel ternyata memiliki program senjata nuklir yang dikembangkan secara diam-diam.
Sebelumnya, Israel tidak pernah mengaku punya senjata nuklir, meski sebagian besar ahli pertahanan yakin, negara itu telah mengembangkan hulu ledak nuklir sejak tahun 1960-an di Dimona Nuclear Research Center yang berada di Gurun Negev.
Lantas, bagaimana bisa informasi terlarang itu bisa terbongkar?
Semua karena Mordechai Vanunu. Pria itu adalah mantan sersan angkatan darat yang pernah bekerja sebagai teknisi di pembangkit tenaga nuklir di Negev.
Belakangan, nuraninya memberontak. Vanunu kian yang kian kritis pada kebijakan Israel akhirnya keluar dari negara itu, pindah ke Australia, dan mengganti namanya menjadi John Crossman.
Seperti dikutip dari Wired, Selasa (4/10/2016), di Negeri Kanguru itu ia bertemu dengan wartawan The Sunday Times.
Advertisement
Baca Juga
Kepada sang jurnalis, ia menyibak rahasia yang tersembunyi di balik hamparan pasir di gurun. Tak hanya penuturan lisan, ia juga menunjukkan sekitar 6 foto yang diambilnya diam-diam saat bekerja di Dimona.
Ada bola plutonium (plutonium spheres), yang digunakan untuk memicu hulu ledak nuklir, tertangkap kamera.
Setelah mengecek keterangan Vanunu, media itu kemudian menyiarkan beritanya.
Mendapatkan informasi intelijen, Israel pun tak tinggal diam. Setelah memancing Vanunu agar pergi dari London -- pihak negeri zionis tak mau bikin PM Inggris kala itu Margaret Thatcher murka -- agen Mossad menangkap pria itu di Roma, Italia, lima hari sebelum artikel diterbitkan.
Vanunu kemudian dipulangkan paksa ke Israel dengan kapal barang. Â
Sesampainya di negara itu, ia didakwa melakukan pengkhianatan dan spionase. Dinyatakan bersalah, hukuman 18 tahun dijatuhkan padanya.
Vanunu akhirnya dibebaskan dari penjara setelah lebih dari 10 tahun ditahan di sel isolasi pada 21 April 2004. Penjara tak lantas membuatnya melempem. Vanunu tetap menjadi duri dalam daging bagi Israel, dengan terus menyerang program nuklir Tel Aviv, juga perlakuan negeri zionis tersebut kepada minoritas Arab.
Akibatnya, ia tak diizinkan meninggalkan Israel. Kebebasan berbicaranya pun dibatasi. Vanunu tetap melawan, hingga akhirnya...
Risiko Nekat Melawan Israel
Mordechai Vanunu keluar masuk penjara. Pada 2010 ia kembali dibui selama 11 pekan gara-gara bertemu dengan orang asing -- yang menjadi syarat pembebasannya.
Pada 2015 ia kembali bikin Tel Aviv murka. Ia ditahan selama tujuh hari setelah melakukan wawancara dengan Channel 2.
Dalam penuturannya, ia merasa didiskriminasi gara-gara darah Maroko yang mengalir di tubuhnya. Vanunu hanya ingin pergi dari Israel.
"Aku tak punya ikatan dengan Israel. Aku tak merasa menjadi orang Israel," kata dia. "Ehud Aviv adalah mata-mata yang pergi ke Suriah dan mencoba membuat bom. Ada banyak mata-mata, semua kasus mereka ditutup. Hanya Vanunu yang diperlakukan khusus," kata dia.
"Vanunu Mordechi berasal dari permukiman Be'er Sheva's Dalet, orang Maroko, dari keluarga yang besar, kau bisa seenaknya memasukkan dalam dalam kotak."
Dalam wawancara, Vanunu kembali memohon untuk bisa meninggalkan Israel. Demi membangun hidup baru.
"Aku menikah dengan istriku, orang Norwegia. Ia tak bisa tinggal di sini," kata dia. "Aku sudah bicara ratusan kali, aku ingin pergi dan menjalani hidup dengan istriku di luar negeri."
Pernyataannya itu ternyata bikin pemerintah tak senang. "Di negara yang normal, orang semacam itu bakal membusuk dalam penjara. Dan di negara lain, ia bakal membusuk di kuburan," kata Mantan direktur badan intelijen Israel Shin Bet Likud MK Avi Dichter seperti dikutip dari IB Times.
Israeal terus menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal soal kepemilikan senjata nuklir.
Namun, sudah jadi rahasia umum, negeri zionis itu dianggap sebagai satu-satunya negara Timur Tengah yang punya senjata nuklir.
Tel Aviv menolak untuk menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir atau untuk memungkinkan pengawasan internasional atas pembangkit Dimona di Gurun Negev Israel selatan.
Selain rahasia Israel yang terkuak, 5 Oktober menjadi penting dalam sejarah karena menjadi momentum sejumlah peristiwa bersejarah.
Pada 5 Oktober 1994, bunuh diri massal dilakukan pengikut sekte sesat di Cheiry, 48 mil sebelah timur laut, Jenewa, Swiss.
Para korban adalah pengikut Solar Temple yang didirikan oleh Dr Luc Jouret dan Joseph di Mambro pada tahun 1984. Sekte Solar Temple diduga kuat terkait dengan kelompok Ksatria Templar.
Sementara pada 5 Oktober 1991, pesawat Hercules C-130 jatuh di kawasan Condet, Jakarta Timur saat bertolak dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju Bandung dalam rangkaian acara peringatan Hari TNI.
Sebanyak 12 kru dan 122 prajurit TNI AU di dalamnya tewas. Hanya 1 orang di antaranya yang selamat. Dua warga yang tertimpa pesawat juga kehilangan nyawa.
Advertisement