Liputan6.com, Jakarta - Nusantara tak hanya punya sejarah panjang. Di dalam bumi dan lautnya juga terkandung harta karun berlimpah: kekayaan alam maupun tinggalan peradaban masa berupa emas, perhiasan, artefak, koin, dan benda berharga lainnya.
Potensi Indonesia sebagai lokasi pundi-pundi tersembunyi mengundang sejumlah pemburu harta untuk datang dan mencari peruntungan. Mereka menyibak lautan dan menyisir daratan untuk mencarinya.
Berikut 4 penemuan harta karun di Indonesia yang menjadi perhatian dunia:
1. Harta Karun yang Tersibak Tsunami Aceh
Hari itu, Fatimah menyisiri rawa-rawa di Desa Gampong Pande, Aceh. Ia sedang mencari tiram. Tiba-tiba matanya melihat benda kotak yang teronggok di antara kubangan lumpur.
Kotak itu ditutupi koral dan tiram. Saat memukul permukaannya, untuk mengambil tiram, benda itu tiba-tiba terbuka.
Perempuan itu kaget bukan kepalang. Sebab, isi kota tersebut ternyata koin-koin emas yang bertuliskan aksara Arab.
"Koin-koin itu tumpah ketika ia membuka peti itu," kata Abdullah, penduduk Gampong Pande, seperti dikutip dari Daily Mail, yang memuat artikel itu pada 2013.
Â
Harta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004. Koin yang ditemukan diperkirakan berasal antara tahun 1200 hingga 1600 Masehi.
Baca Juga
Gelombang gergasi mengangkat makam kuno yang berisi jasad penguasa pada Abad ke-13 yang dimakamkan bersama harta benda miliknya.
Sebelum tsunami terjadi, tak ada warga yang berani mengusik makam yang dikeramatkan tersebut. Khawatir arwah mendiang bakal balas dendam.
Namun, pascatemuan tersebut, orang-orang menyerbu Gampong Pande. Membawa peralatan sederhana, mereka juga ingin dapat harta karun.
Koin yang ditemukan kemudian dijual ke penadah yang saat itu mematok harga Rp 800 rupiah tiap keping.
Gempong Pande terletak di bekas wilayah kerajaan Islam pertama di Aceh, yang dipimpin Dinasti Meukuta Alam.
Kerajaan itu kemudian bergabung dengan negeri tetangga, yang diperintah Dinasti Darul Kamal menjadi Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590-1636).
Selama masa kepemimpinannya, kerajaan tersebut menjalin hubungan diplomatik dengan Inggris, Kekaisaran Ottoman di Turki, dan Belanda. Â
Antara Abad ke-13 dan ke-17, desa Gampong Pande menjadi semacam sentra industri, yang memproduksi banyak barang, termasuk koin emas.
Kabar penemuan harta karun pascatsunami tersebut menjadi perhatian dunia. Sejumlah media asing mengabarkannya ke seluruh penjuru Bumi.
Advertisement
2. Harta Karun Kerabat Nabi?
Tumpukan harta karun terbaring di dasar laut Indonesia selama lebih dari 1.000 tahun. Sebanyak 270 ribu objek termasuk kristal, permata, keramik, porselen Tiongkok, mutiara, dan emas ditemukan para penyelam di sebuah bangkai kapal dari Abad ke-10 yang berjarak 80 mil dari Pelabuhan Cirebon, antara pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.
Keberadaan kapal di kedalaman 56 meter itu awalnya dilaporkan para nelayan yang menjala ikan di sekitarnya. Ekskavasi dilakukan antara April 2004 dan Oktober 2005.
Tim penyelam harus melakukan 22 ribu perjalanan dari kapal barang tersebut untuk mengambil muatannya.
Para penyelam ini adalah bagian dari anggota tim hasil kolaborasi antara dua perusahaan, yakni Cosmix Underwater Research Ltd dengan perusahaan lokal, PT Paradigma Putra Sejahtera.
Pemburu harta dari Belgia, Luc Heymans ikut serta dalam pencarian warisan nenek moyang itu.
Di antara benda berharga yang ditemukan adalah batu permata besar yang konon milik Dinasti Fatimiyah.
Berdasarkan catatan sejarah, Dinasti Fatimiyah mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad. Fatimah merupakan putri bungsu Nabi Muhammad dari istri pertama, Khadidjah.
Nilai total harta karun itu pada 2010 diperkirakan Rp 720 miliar. Namun, pelelangan pada tahun itu sepi peminat. Tak ada yang berniat menawar.
Gara-garanya, tak ada peminat yang menyerahkan uang jaminan sebesar 20 persen dari harga limit atau sekitar US$ 16 juta. Uang jaminan atau deposit itu cukup tinggi karena harta karun itu dilelang dalam satu paket.
"Sekitar 90 persen harta terdiri atas keramik," kata Aris Kabul, dari pihak komite lelang, seperti dikutip dari BBC.
Cirebon adalah destinasi awal para pedagang Muslim di Nusantara. Menurut para ahli sejarah, Islam datang ke wilayah Indonesia pada Abad ke-12.
Temuan tersebut juga diharapkan memecahkan misteri mengapa raja-raja Jawa Abad ke-10 pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, demikian menurut John Miksic, sejarawan maritim di National University of Singapore, seperti dikutip dari New York Times.
Indonesia dikenal sebagai 'kuburan kapal' pada masa lalu. Baru sekitar 500 bangkai bahtera yang telah ditemukan hingga saat ini, ribuan lainnya masih belum diketahui posisinya.
Advertisement
3. Harta Karun 'Titanic dari Timur'
Pada 12 Mei 1999, Michael Hatcher, pemburu asal Australia menemukan bangkai kapal Tek Sing yang mengangkut 360 ribu porselen -- temuan terbesar gerabah berharga asal Tiongkok, dari era Dinasti Ming.
Sebelumnya, ia menyewa beberapa ahli arkeologi untuk mempelajari arsip-arsip VOC untuk menggali sejumlah informasi penting.
Media Jerman, Spiegel menjuluki kapal itu sebagai 'Titanic of the East' atau Titanic dari Timur karena sejarahnya yang sama-sama tragis.
Saat karam pada 6 Februari 1822, sebagian besar dari 1.600 awak dan penumpangnya meninggal dunia.
Jasad manusia juga ditemukan di dalam bangkai kapal. Namun, para penyelam -- yang berasal dari Indonesia -- tak berani mengusiknya. Mereka percaya, siapa saja yang berani mengusik para mendiang bakal kualat.
Kargo yang diangkat dari Tek Sing kemudian dilelang di Stuttgart, Jerman pada November 2000.
Gara-gara itu, Michael Hatcher diburu oleh kepolisian Indonesia lantaran dituduh telah menjarah artefak-artefak berharga di perairan Nusantara.
4. Bangkai Kapal Harta Belitung
Sebuah kapal layar jenis dhow mengarungi lautan dari Afrika ke China sekitar 830 Masehi. Namun, saat berlayar pulang ia tenggelam di titik 1,6 kilometer dari lepas pantai Pulau Belitung.
Tilman Walterfang, seorang direktur perusahaan beton asal Jerman ikut andil menemukan harta karun bernilai jutaan dolar itu. Ia menyelam ke dasar lautan.
"Saya mendarat di apa yang tampak seperti bagian terumbu karang biasa," kata Walterfang kepada majalah Jerman Der Spiegel.
"Benar-benar mirip gundukan bawah air seukuran sebuah bukit kecil yang terbentuk dari puluhan ribu keping keramik yang terawat dengan baik."
Harta karun itu punya makna sejarah besar sehingga pihak Shanghai, Singapura, dan Doha di Qatar saling berlomba untuk membelinya.
Sekitar 60 ribu artefak dikumpulkan tim Walterfang dari dasar laut, termasuk kendi minuman anggur, mangkuk teh dengan pola timbuk dari emas, piala perak, juga piring berusia 1.200 tahun.
Bangkai kapal ini berkontribusi terhadap dua penemuan besar bagi para arkeolog, yakni koleksi artefak tunggal terbesar dari zaman Dinasti Tang yang ditemukan di puing-puing kapal, yang dikenal dengan sebutan "harta karun Tang".
Yang kedua adalah kapal dhow Arab, yang melahirkan gagasan baru bahwa hubungan perdagangan antara Arab dan Tiongkok telah terjalin pada periode tersebut.
Advertisement