Sukses

Aksi 'Sinterklas' Suriah Bahagiakan Anak-Anak di Aleppo

Meski dihadapkan pada banyak tantangan, namun pria itu bertekad akan terus membagikan mainan kepada anak-anak di Aleppo hingga perang usai.

Liputan6.com, Suriah - Selama ini sosok Sinterklas yang dikenal selalu melekat pada seorang pria tua berjanggut dan berambut putih. Kostumnya serba merah. Tak lupa ia membawa karung berisi hadiah yang diangkut kereta salju.

Namun bayangan tersebut tak berlaku bagi Sinterklas yang satu ini. Ia tak punya janggut atau rambut putih. Melainkan misi untuk membahagiakan anak-anak korban perang di tanah kelahirannya, Aleppo, Suriah.

Sosok itu bernama Rami Adham (44). Niat mulianya itu berawal ketika ia dan keluarganya tengah melintasi perbatasan Suriah.

Putrinya, tiba-tiba mengatakan ingin menyumbangkan mainannya bagi anak-anak di Aleppo. 

 Ketika perang sipil di Suriah terjadi pada tahun 2012 silam, pria 44 tahun kelahiran Aleppo ini mulai melakukan misinya untuk memberikan kebahagiaan pada anak-anak korban perang di tanah kelahirannya. (Telegraph, credit: Rami Adham)

Jauh di lubuk hatinya, Adham meyakini bahwa sebenarnya apa yang dibutuhkan anak-anak ini bukanlah mainan, melainkan makanan, obat-obatan, dan air minum. Kendati demikian, ia tetap menuruti keinginan putrinya.

Tak hanya di Aleppo, pria itu bahkan mulai menempuh perjalanan berbahaya dan penuh risiko ke sejumlah kota lainnya yang juga tengah dilanda perang. Di sana ia membagikan mainan bagi anak-anak.

Tindakannya itu membuat ia dikenal sebagai toy smuggler atau penyelundup mainan. Sebagian bahkan menjulukinya sebagai 'Sinterklas' dari Suriah.

Pria ini mulai melakukan misinya untuk memberikan kebahagiaan pada anak-anak korban perang di tanah kelahirannya. (Telegraph. Credit: Rami Adham)

Seperti dilansir Odditycentral.com, Kamis (6/10/2016), Adham telah melakukan perjalanan dari Helsinki ke Aleppo sebanyak 28 kali. Ia bahkan bertekad tidak akan berhenti untuk membagikan mainan pada anak-anak di Aleppo sampai perang berakhir.

"Ketika mereka menutup perbatasan dengan Turki, saya tidak bisa masuk ke Suriah. Jadi saya mengambil jalur ilegal untuk bisa masuk ke kota kelahiran saya sambil memanggul mainan seberat 80 kilogram sepanjang perjalanan," kata Adham yang seperti dilansir English.alarabiya.net.

Dalam perjalanan penuh bahaya tersebut Adham tentu mendapat banyak tantangan. Ia bahkan mengklaim bahwa dirinya sempat menjadi buronan ISIS dan milisi Syiah di Suriah.

Rami Adham membagikan mainan bagi anak-anak di kota kelahirannya Aleppo. (Telegraph, credit: Rami Adham)

"Sejak 2015 terdapat 12 perjalanan ke Suriah yang saya lakukan secara ilegal. Saya berharap tidak pernah dituntut di Turki," kata Adham sambil tersenyum.

Mainan yang dibagikannya beragam. Mulai dari boneka beruang, barbie, tokoh super hero hingga mainan robot buzz lightyear.

"Perjalanan penuh bahaya ini tidak akan cukup untuk menghentikan saya. Misi ini jauh lebih penting. Saat ini anak-anak Suriah tengah menghadapi kematian dan rasa tidak aman berkepanjangan. Mainan adalah hal yang paling penting," kata Adham seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.

"Saya tidak dapat menggambarkan bagaimana emosi anak-anak saat itu. Mereka seolah-olah seperti mendapatkan teman baru yang hanya bisa mereka miliki satu-satunya. Ini setidaknya bisa membawa sukacita bagi anak-anak tersebut," ungkap Adham.

Kini Adham tengah menggalang dana untuk misi kemanusiaannya lewat situs GoFundMe, yakni sebuah wadah yang mengakomodasi penggalangan dana perorangan untuk berbagai kasus kemanusiaan di seluruh dunia.

Jika nantinya dana sebesar Rp 1 miliar lebih dapat dikumpulkan, bapak dari enam anak ini akan menggunakan uang tersebut untuk membangun sekolah di Suriah, tepatnya di dekat perbatasan Turki.Â