Liputan6.com, Chicago - Salah satu produsen pesawat terbesar di dunia, Boeing, baru-baru ini mengumumkan sebuah ambisi besarnya kepada publik, yakni menjadi perusahaan pertama yang mendarat di Mars. Hal tersebut disampaikan oleh CEO-nya, Dennis Muilenburg dalam sebuah konferensi inovasi di Chicago.
"Saya yakin orang pertama yang menginjakkan kakinya di Mars akan tiba di sana dengan menggunakan roket Boeing," ujar Muilenburg seperti dikutip dari Teslarati, Jumat (7/10/2016).
Baca Juga
Hal tersebut disampaikannya setelah CEO SpaceX Elon Musk, mempresentasikan rencananya untuk membuat manusia menjadi spesies multiplanet dan secara khusus ingin membangun koloni di Mars.
Advertisement
SpaceX, Boeing, dan Lockheed Martin sedang berkompetisi untuk mengembangkan kendaraan antariksa yang mampu meluncurkan satelit, mengangkut astronot ke Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS), dan menjelajah antariksa.
"Tujuan SpaceX adalah untuk membangun sistem transportasi. Ini seperti membangun lintasan rel Union Pacific," ujar Musk dalam Kongres Aeronautika Internasional di Guadalajara, Meksiko.
Pria kelahiran 1971 itu juga termasuk berencana membangun pesawat antariksa nan nyaman yang mampu mengangkut 100 orang ke Mars.
Tak ingin tertinggal dalam perlombaan tersebut, Boeing bekerja sama dengan NASA untuk membangun roket berdaya angkut besar bernama Space Launch System, yang digunakan untuk mengeksplorasi angkasa luar lebih jauh.
Dalam konferensi, Muilenburg mengatakan bahwa perusahaannya membayangkan industri wisata angkasa luar akan menjamur dalam beberapa dekade ke depan dan menjadi pasar komersial.
Stasiun Angkasa Luar Internasional dapat bergabung dengan sejumlah hotel dan perusahaan untuk mengejar manufaktur gravitasi-mikro dan penelitian. "Ini adalah area yang sangat menarik bagi kami," kata dia.
"Masa depan inovasi semacam itu harus melibatkan tak hanya teknologi, tapi juga kelayakan ekonomi," jawwab Muilenburg ketika ditanya apakah konsep itu akan menghasilkan keuntungan.
Saat ini Boeing sedang mengembangkan desain pesawat hipersonik. Melaju dengan 3 kali kecepatan suara, moda transportasi itu dapat membawa penumpang dari New York ke Los Angeles hanya dalam waktu kurang dari dua jam--biasanya membutuhkan sekitar 5 jam.
Concorde juga pernah menawarkan layanan yang sama untuk melintasi Atlantik, namun hal tersebut tak menarik wisatawan. Pesawat tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti, bukan karena masalah teknis namun akibat kurangnya peminat.