Liputan6.com, Boulder - Kabar gembira bagi penggemar minuman bir yang sadar akan penyediaan energi terbarukan. Ternyata, kegemaran mereka bisa 'membantu' penyediaan energi yang dimaksud.
Menurut University of California Boulders, pembuatan bir memerlukan rata-rata 7 barel air untuk setiap 1 barel bir yang dihasilkan. Ukuran 1 barel setara dengan 159 liter.
Advertisement
Baca Juga
Masalahnya, seperti dikutip dari newatlas.com pada Sabtu (8/10/2016), tidak semua air limbah itu bisa dialirkan ke saluran pembuangan karena harus ditapis terlebih dahulu. Proses ini cukup memakan biaya.
Namun demikian, pihak universitas mengatakan bahwa sekarang ada kegunaan lain untuk air limbah tersebut.
Air limbah dari pabrik bir dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur yang kemudian bisa diolah menjadi elektroda-elektroda untuk baterai.
Melalui sejumlah pengujian di laboratorium, para ilmuwan University of Colorado Boulder menambahkan spora-spora jamur Neurospora crassa ke dalam air limbah pengolahan bir.
Setelah cairan itu diaduk dan dihangatkan selama 2 hari, jamur-jamur tumbuh dalam lingkungan air yang penuh kadar gula tersebut.
Jamur itu kemudian dipanen melalui filter, lalu dipanggang pada suhu 800 derajat Celcius hingga gosong.
Hasilnya adalah materi kaya karbon yang dilaporkan dapat menghasilkan "salah satu elektroda baterai Li-ion alamiah paling efisien hingga saat ini".
Sementara itu, air yang tersisa pun sudah difilter ketika jamur dipanen.
Jika dapat dikembangkan ke tingkat komersial, proses ini dapat menyediakan medium inkubasi yang sudah siap bagi para pembuat baterai.
Di lain pihak, proses tersebut dapat mengurangi jumlah air limbah yang wajib dimurnikan oleh pabrik bir.
Tyler Huggins dan Justin Whiteley sudah mengajukan hak paten teknologi tersebut dan mendirikan perusahaan Emergy untuk pengembangan lanjuitan.
Laporan penelitian ini sudah diterbitkan dalam jurnal Applied Materials & Interfaces terkini.