Liputan6.com, Sanaa - Setidaknya 155 orang tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah duka di Sanaa, Yaman, demikian menurut keterangan dua pejabat kementerian kesehatan pada Sabtu 8 Oktober 2016.
Pemerintah setempat mengatakan, serangan tersebut dilancarkan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman, namun koalisi tersebut membantah bertanggung jawab.
"Koalisi menyadari laporan tersebut dan yakin terdapat kemungkinan penyebab lain untuk dipertimbangkan," ujar juru bicara koalisi Mayor Jenderal Ahmed Asiri seperti dikutip Arab News. Ia juga menambahkan, pasukan koalisi menghindari serangan yang menargetkan penduduk.
Advertisement
Saksi melaporkan, sejumlah korban berada di aula pemakaman, di mana ratusan orang berkumpul memberikan penghormatan terakhir untuk ayah Menteri Dalam Negeri Jalal al Rowaishan yang ditunjuk oleh kelompok pemberontak Houthi.
Direktur regional untuk Komite Internasional Palang Merah, Robert Mardini, mengutuk serangan tersebut. "Warga Yaman telah membayar harga yang terlalu mahal untuk 18 bulan terakhir," ujarnya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Minggu (9/10/2016).
Koalisi pimpinan Arab Saudi yang melibatkan sejumlah negara mulai melakukan operasi militernya di Yaman pada Maret 2015. Mereka bertujuan mencegah pemberontak Houthi yang bergabung dengan Iran dan pasukan yang setia kepada Mantan Presiden Ali Abdullah Saleh untuk merebut kekuasaan.
Pada awal tahun ini, pemberontak Houthi memukul mundur pemerintah Yaman yang didukung oleh AS dan mengambil kota Sanaa.
Krisis dengan cepat meningkat menjadi perang multi-pihak, yang memungkinkan Al Qaeda dan ISIS tumbuh lebih kuat di tengah kekacauan.
Sejak pembicaraan damai di Kuwait gagal pada Agustus lalu, koalisi telah mengintensifkan serangan udara. Menurut PBB, konflik tersebut telah menewaskan setidaknya 10.000 orang dan menyebabkan jutaan lainnya membutuhkan bantuan.
Selain menyebabkan korban jiwa, kantor UNICEF di Yaman melaporkan bahwa hampir 10.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Sekitar 1,5 juta anak saat ini kekurangan gizi dan 370.000 di antaranya menderita gizi buruk akut. Infrastruktur ekonomi Yaman juga telah rusak akibat perang.
Menurut kepala politik Partai Haq, Ahmed Bahri, setidaknya 430 pabrik dan perusahaan hancur oleh serangan udara koalisi sejak awal konflik.