Liputan6.com, Melbourne - Keindahan bunga tulip kerap memikat siapa saja yang melihatnya, terutama kaum hawa. Namun tak mudah menemui tanaman bernama latin Tulipa ini, sebab ia hanya mekar satu kali dalam setahun.
Selain itu, tak mudah pula bagi pemilik perkebunan untuk menanam bunga tulip yang pada akhirnya memesona banyak orang. Penjelasan itu didapati Liputan6.com saat berkunjung bersama ABC News International di kebun milik keluarga Tesselaar di Silvan, Melbourne, Australia.
"Kami menanam bibit tulip pada April setiap tahun. Saat musim gugur, April hingga Mei, bibit tulip sudah harus ditanam. Pada musim dingin, Juni hingga Agustus, kami harus menjaganya agar saat musim semi dapat mekar dengan sempurna," ujar Managing Director Tesselaar Garden, Paul Tesselaar kepada Liputan6.com di Silvan, Melbourne beberapa waktu lalu.
Advertisement
"Setelah festival tulip usai, tanaman yang sudah layu kami bersihkan untuk kembali ditanami," imbuh pemilik yang merupakan generasi ketiga penggagas festival Tulip di Australia itu.
Di kebun tersebut, Paul menuturkan, ada sekitar 150 jenis tanaman tulip bisa dijumpai. Mulai dari jenis biasa pada umumnya hingga persilangan dan dari spesies langka.
"Black Tulip adalah jenis yang paling populer di sini. Menurut saya bunga itu terkenal karena berbeda dari sejenisnya, memiliki warna hitam," jelas Managing Director Tesselaar Garden, Paul Tesselaar  di Silvan, Melbourne, Australia, beberapa waktu lalu.
Pesona tulip hitam itulah yang menjadi salah satu daya tarik pada festival tersebut.
"Tulip di Australia ini mekar pada pertengahan September. Makanya kami ke sini. Untuk mencari tulip mekar lagi di bulan lain mungkin kami harus ke Turki. Kalau di sini ada, kenapa harus ke tempat lain," ujar Barbara Gunawan, salah satu WNI, turis pengunjung festival tersebut.
Tulip Bukan dari Belanda
Bunga tulip identik dengan Belanda. Namun ternyata tanaman tahunan berumbi ini sejatinya berasal dari Turki, bukan dari Negeri Kincir Angin itu.
"Banyak orang berpikir bunga tulip itu dari Belanda, padahal sebenarnya berasal dari Turki di Asia Tengah sekitar 1950...," ungkap Paul.
Bunga ini berjaya pada masa kekuasaan Sultan Ahmed III (1703-1730). Saat itu tanaman tersebut berperan penting, sehingga masa itu kerap disebut sebagai "Era Bunga Tulip". Kala itu, istana Sultan bahkan dilaporkan memiliki sebuah dewan khusus untuk membudidayakan bunga-bunga tulip.
Bunga yang merupakan bunga nasional Turki dan Iran ini adalah tumbuhan tahunan berumbi yang tingginya antara 10–70 cm. Daunnya berlilin, sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri atas enam helai daun mahkota.
Tulip yang memiliki warna-warna yang indah ini hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim subtropis dengan suhu harian di bawah 16 derajat Celsius. Untuk daerah-daerah tropis seperti di Indonesia, bunga tulip tidak akan dapat tumbuh, kecuali jika iklim dimodifikasi agar sesuai dengan tempat asalnya.