Sukses

Trump Serang Bill Clinton Soal Skandal Seks, Ini Jawaban Hillary

Dalam debat Capres AS kedua, Trump mengungkit skandal seks Bill Clinton dan membawa empat korbannya.

Liputan6.com, St. Louis - Skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh Donald Trump dan suami Hillary Clinton, Bill Clinton, mewarnai debat Calon Presiden Amerika Serikat kedua yang digelar di Washington University, St. Louis, Missouri.

Beberapa hari lalu dunia pemilihan presiden AS geger atas bocornya sebuah video pada tahun 2005 yang berhasil ditemukan oleh The Washington Post. Dalam rekaman itu terungkap kata-kata vulgar tentang perempuan yang diucapkan oleh Donald Trump.

Video tersebut menguak obrolan Trump dengan Billy Bush soal hal-hal vulgar, seperti mencium, meraba, dan mencoba berhubungan seksual. Obrolan keduanya terdengar lewat mikrofon saat mereka berada dalam sebuah bus jelang penampilannya di opera sabun Days of Our Lives.

Trump juga menceritakan upayanya yang gagal untuk menggoda perempuan--yang namanya tak disebutkan dalam video. Namun, "ia sudah menikah," kata miliarder nyentrik itu.

Skandal tersebut pun menjadi pertanyaan yang diangkat dalam debat capres kedua. "Apakah Anda berubah setelah berusia 59 tahun ketika obrolan panas itu terjadi? Atau kapan Anda berubah?"

Trump menanggapi pertanyaan tersebut dan mengatakan bahwa dirinya tidak bangga atas hal itu.

Capres AS, Partai Republik, Donald Trump berhadapan dengan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam Debat Capres AS 2016 putaran kedua di Washington University, St Louis, Missouri, Minggu (9/10). (REUTERS/REUTERS/Jim Young)

"Itu adalah obrolan di ruang ganti. Saya tak bangga akan hal itu. Saya merupakan orang yang memiliki rasa hormat besar," ujar Trump seperti dilansir The Guardian, Senin (10/10/2016). Pria kelahiran 14 Juni 1946 itu justru balik menyerang Hillary Clinton soal skandal seksual yang pernah dilakukan suaminya, Bill Clinton.

"Jika kamu melihat Bill Cinton...tak ada seorangpun di sejarah politik bangsa ini yang begitu kasar kepada perempuan...Hillary Clinton menyerang wanita yang sama, dan menyerang mereka dengan kejam, empat dari mereka berada di sini malam ini," kata Trump.

"Saya pikir itu memalukan, dan saya pikir ia harus malu kepada dirinya sendiri, jika Anda ingin tahu yang sebenarnya," imbuh taipan bisnis asal New Yok itu.

Menanggapi serangan yang ditujukan kepada dirinya, Hillary Clinton menyebut bahwa Trump tak pernah meminta maaf atas apa yang pernah diperbuatnya.

"Ketika aku mendengar sesuatu semacam itu, aku teringat nasihat temanku Michelle Obama 'Ketika mereka merendahkanmu, jangan ikut seperti mereka'," kata Hillary.

"Lihat, ini hanya soal sebuah video...Namun ia tak pernah meminta maaf atas segala perbuatannya ke semua orang. Ia tak pernah meminta maaf kepada Mr dan Mrs Khan, keluarga muslim yang anaknya meninggal...Ia tak pernah meminta maaf ke hakim federal terkemuka yang lahir di Indiana, tapi Donald mengatakan ia tak bisa dipercaya karena orangtunya Meksiko," imbuh Hillary.

Kathleen Willey, Juanita Broaddrick dan Kathy Shelton, yang mengaku 'korban' pelecehan seksual dari suami Hillary Clinton, Bill Clinton, menghadiri Debat Capres AS putaran kedua di Washington University, Missouri, Minggu (9/10).  (REUTERS/Lucy Nicholson)

Beberapa saat sebelum debat kedua dilakukan, capres dari Partai Republik, Donald Trump, mengadakan konferensi pers yang menghadirkan empat wanita yang telah menuduh Bill Clinton telah melakukan kekerasan seksual atau pemerkosaan.

Trump mem-posting video konferensi pers dalam laman Facebooknya kurang dari 90 menit sebelum debat capres kedua dilaksanakan.

Pebisnis itu diapit oleh Paula Jones, Kathleen Willey, dan Juanita Broaddrick, yang masing-masing menuduh Bill Clinton telah melakukan kekerasan seksual. Ketiga wanita itu juga menuduh bahwa Hillary Clinton pernah mengintimidasi mereka.

Selain itu, hadir juga Kathly Shelton. Wanita tersebut menyebut bahwa Hillary membela pria yang telah memerkosa dirinya saat berusia 12 tahun pada 1975.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Komunikasi Hillary for America, Jennifer Palmieri, meresponsnya dalam sebuah pernyataan. "Kami tak terkejut melihat Donald Trump melanjutkan upaya penghancurannya," ujar Palmieri.