Liputan6.com, St Louis - Tanpa diawali jabat tangan, debat kedua antara calon Presiden Amerika Serikat Hillary Clinton dan Donald Trump berlangsung kian panas.
Jika biasanya debat jadi ajang para kandidat bertarung ide soal visi masa depan, acara yang digelar pada Minggu malam 9 Oktober 2016 berlangsung lebih personal.
Dalam debat yang berlangsung di Washington University di St. Louis, Donald Trump berusaha membela diri atas pernyataannya yang cabul terkait perempuan satu dekade lalu, yang videonya bocor belakangan ini. Capres Republik itu berdalih, 'itu jenis pembicaraan di ruang ganti'.
Di depan suami dan putri Hillary Clinton, Trump menyerang skandal perselingkuhan Bill Clinton. Ia juga berkoar, jika jadi presiden, ia akan menunjuk jaksa khusus untuk menginvestigasi rivalnya, bahkan mengancam akan memenjarakan capres pertama dalam sejarah AS.
Namun, Hillary Clinton tak terpancing. Ia mengulangi filosofi Ibu Negara Barack Obama yang disampaikan dalam konvensi Partai Demokrat. "When they go low, we go high." -- jika seseorang merendahkan atau mem-bully, jangan merendahkan level kita ke level mereka.
Trump memanfaatkan debat untuk bangkit dari pekan terburuk yang pernah dialami capres sebuah partai besar dalam sejarah modern AS. Sejumlah petinggi Republik mencabut dukungan kepadanya gara-gara pernyataannya yang merendahkan kaum hawa.
Penampilannya, yang menyerang kerentanan Clinton soal email pribadinya dan rekam jejaknya sebagai Menlu AS -- setidaknya bisa menghentikan kepanikan yang melanda Partai Republik dalam 48 jam terakhir.
Sementara, Clinton mengatakan bahwa permasalahannya dengan Trump melampaui perseteruan partisan dalam kampanye presiden dalam sejarah. Ia mengaku menghabiskan 48 jam terakhir, berpikir tentang kata-kata cabul yang diucapkan Trump dalam video yang diambil pada 2005.
Hillary menambahkan, sejak lama ia berbeda pendapat soal kebijakan dengan sejumlah politisi Republik. "Namun, saya tak pernah mempertanyakan kepantasan mereka untuk menduduki jabatan," kata dia. Namun, "Donald Trump berbeda."
Salah satu hal tak terduga dalam perdebatan adalah komentar Trump yang mengkritik pasangannya, cawapres Mike Pence.
Dalam debat cawapres sebelumnya, Pence mengatakan AS harus menyerang target Pemerintah Suriah untuk mengurangi pengepungan atas Aleppo.
"Ia dan saya belum bicara dan saya tak setuju," kata Trump soal pernyataan Pence.
Kalimat tersebut bisa jadi indikasi ketegangan antara Trump dan cawapresnya. Meski demikian, pascadebat, Pence mencuit dalam Twitternya bahwa adalah kebanggaan bisa jadi pasangan Trump dan mengucapkan selamat atas 'kemenangan besar' dalam debat.
Namun, bukan Trump yang keluar sebagai pemenang. Berdasarkan survei CNN/ORC Hillary mendapatkan 57 persen suara, dibanding Trump yang 34 persen.
Trump VS Moderator
Sepanjang debat yang dipandu Anderson Cooper dari CNN dan Martha Raddatz dari ABC, Trump terlihat kerap mondar-mandir. Ia juga beberapa kali menginterupsi pernyataan Hillary.
Trump kehilangan ketenangannya pada satu titik setelah perdebatan sengit dengan Clinton tentang emailnya. Beberapa kali miliarder nyentrik itu juga berdebat sendiri dengan para moderator. "Bagus, satu lawan tiga," kata Trump, menyindir para jurnalis yang menurutnya bersikap bias.
Beberapa jam sebelum debat berlangsung, Trump mengadakan jumpa pers, dengan membawa sejumlah perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual Bill Clinton, suami Hillary.
Trump bersikukuh, tak tak pernah melakukan pelecehan seksual, meski mengaku dipermalukan oleh rekaman yang beredar.
Beberapa kali Trump kerap mengalihkan pembicaraan ketika ditantang oleh moderator Anderson Cooper tentang rencananya "Make America Great Again". Trump malah membahas soal rencananya memerangi ISIS.
Sejumlah pihak menilai, Trump sedang melakukan jurus 'bela diri', mengalihkan perhatian publik pada pernyataannya yang bikin marah banyak orang, terutama kaum hawa. Sejumlah petinggi partai Republik pun akhirnya menarik dukungan, tak sekedar mengecam.
Presiden Barack Obama juga ikut mengutuk komentar Trump. Orang nomor satu di AS itu mengatakan, hal tersebut menunjukkan, Trump tak peduli dengan nilai-nilai dasar sebagai pemimpin.
"Salah satu hal paling mengganggu dalam pemilu kali ini adalah retorika yang diucapkan capres Republik," kata Obama dalam kampanye di Chicago untuk kandidat Senat AS, Tammy Duckworth. "Saya tak ingin mengulanginya. Ada anak-anak di ruangan ini."