Sukses

Piramida Kristal di Dasar Laut Picu 'Kutukan' Segitiga Bermuda?

Sebuah teori mengklaim, terdapat piramida besar terbuat dari kristal terletak 2.000 meter di bawah Segitiga Bermuda.

Liputan6.com, Nassau - Sejumlah orang menganggap Segitiga Bermuda sebagai tempat yang misterius. Lokasi itu, diyakini menjadi lokasi hilangnya lebih dari 20 pesawat dan 50 kapal dalam jangka waktu 100 tahun.

Segitiga Bermuda adalah wilayah imajiner yang menghubungkan tiga titik, yakni Florida, Puerto Rico dan Pulau Bermuda, yang letaknya berada di tengah-tengah Samudra Atlantik. Total, area tersebut mempunyai luas 4 juta kilometer persegi.

Banyak teori berusaha menjelaskan hilangnya kapal dan pesawat di lokasi itu, seperti makhluk ekstraterresterial yang menculik manusia untuk dijadikan kelinci percobaan, pengaruh Atlantis yang Hilang (Lost Atlantis), pusaran yang menyedot benda ke dimensi lain, dan hal-hal lainnya.

Kali ini terdapat teori lain yang mengklaim dapat menguak penyebab hilangnya kapal dan pesawat di wilayah itu. Sebuah teori -- yang menyebut bahwa piramida besar terbuat dari kristal yang terletak 2.000 meter di bawah Segitiga Bermuda -- kembali muncul.

Teori tersebut mengklaim, 'ilmuwan' menemukan struktur misterius itu pada 2012 dengan menggunakan teknologi yang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan modern.

Pencetus teori konspirasi menyebut, piramida kristal itulah penyebab hilangnya sejumlah pesawat dan kapal di wilayah Segitiga Bermuda.

Segitiga Bermuda (Foto: Noaa National Ocean Service).

Laporan yang beredar secara online pada 2012, menyebut seorang ilmuwan bernama Dr Meyer Verlag, menemukan piramida kristal yang ukurannya tiga kali lebih besar dari Piramida Giza.

"Verlag meyakini bahwa penyelidikan lebih lanjut di pusat piramida dapat mengungkap banyak informasi mengenai sejumlah kasus hilanganya sejumlah hal terkait dengan Segitiga Bermuda," demikian menurut website Before It's News.

Laporan tersebut mengklaim, Verlag mempresentasikan temuannya itu dalam sebuah konferensi pers yang dilakukan di Bahama, di mana ia mengungkap koordinat piramida.

Namun, tak ada bukti yang menunjukkan bahwa Verlag benar-benar ada. Selain itu, tak ada catatan yang mengungkap koordinat tersebut.

"Selalu ada hal mistis tentang struktur piramida. Fakta bahwa piramida ini dibangun dengan kristal menambah misteri dan kekuatan, yang menyiratkan bahwa benda itu menghasilkan penyembuhan ajaib dan kekuatan paranormal," ujar penulis UFO Investigations Manual, Nigel Watson, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (11/10/2016).

Kuburan kapal karam di Segitiga Bermuda (Facebook/Dive Bermuda)

Namun ia mengatakan, kita perlu menggali lebih dalam akan kebenaran keberadaan piramida kristal dan bagaimana hubungannya dengan sejumlah kehilangan di Segitiga Bermuda.

"Pada saat ini tampaknya hal itu seperti sebuah cerita internet yang secara cerdik menggabungkan keyakinan dalam tiga misteri paranormal besar yang dipopulerkan pada 1970-an, yaitu piramidologi, kekuatan/penyembuhan kristal, dan keajaiban Segitiga Bermuda yang mencakup seluruh perihal tak biasa yang meliputi area di lautan," kata Nigel.

Menurut Nigel, disamping klaim tersebut, pada 2012 tim peneliti Amerika dan Prancis tak sengaja melihat sebuah struktur terangkat dari dasar laut, di mana temuan itu mengguncang para ilmuwan di seluruh dunia.

Namun pencarian untuk menemukan identitas atau informasi lain tentang 'tim peneliti' atau bukti tentang artikel, foto, video, atau apa pun yang mendokumentasikan penemuan tersebut tak membuahkan hasil.

"Salah satu misteri adalah, bagaimana ilmuwan di seluruh dunia telah 'terguncang' dengan sesuatu yang tak pernah mereka lihat, dan hanya ada di pseudo-dokumenter buatan paranormal," ujar Nigel.

2 dari 2 halaman

Versi Ilmuwan

Sebelumnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), badan ilmiah di bawah Departemen Perdagangan AS kembali meluruskan anggapan keliru soal Segitiga Bermuda.

NOAA menegaskan, faktor cuaca dan buruknya navigasi menjadi segala penyebab hilangnya banyak alat transportasi di Segitiga Bermuda.

"Tidak ada bukti bahwa kehilangan misterius yang terjadi di Segitiga Bermuda terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibandingkan wilayah laut lainnya," demikian pernyataan lembaga itu dalam situsnya.

Ben Sherman, juru bicara Layanan Kelautan Nasional NOAA kepada Sun Sentinel mengatakan, lembaganya menulis kisah Segitiga Bermuda sebagai bagian dari program pembelajaran masyarakat dan menjawab pertanyaan dari para pembaca situs.

NOAA juga berpegangan pada bukti ilmiah dari Angkatan Laut AS atau US Navy dan US Coast Guard yang tak mengakui eksistensi Segitiga Bermuda, sebagai wilayah geografis yang memiliki ancaman khusus untuk kapal atau pesawat.

"Berdasarkan kajian, kecelakaan pesawat dan kapal di daerah tersebut selama bertahun-tahun, tidak ditemukan bukti yang mengindikasikan bahwa itu disebabkan apa pun selain penyebab fisik."

Sementara, Badan Survei Geologi AS (USGS) membantah gas hidrat di sedimen dalam laut dekat Segitiga Bermuda sebagai alasan tenggelamnya banyak kapal dan pesawat.

Menurut geolog USGS, pelepasan gas hidrat hanya terjadi di akhir zaman es, sekitar 15.000 tahun lalu atau lebih. Di mana saat itu kapal yang paling maju yang mungkin bisa dibuat manusia saat itu, tak lebih dari kayu berongga. Apalagi, terbukti lebih banyak kapal yang tenggelam di lokasi lain.

"Misteri Segitiga Bermuda tak lebih dari dongeng. Maaf," kata geolog USGS, Bill Dillon, di laman USGS.

Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA pun berpendapat demikian. "Tidak ada lubang hitam di Segitiga Bermuda. Pada kenyataannya, bahkan tak ada yang namanya Segitiga Bermuda. Banyaknya kasus kehilangan di wilayah itu konsisten dengan yang terjadi wilayah lainnya," demikian jelas Ilmuwan NASA, Dr Eric Christian.

Kawah Bawah Laut

Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan yakin bahwa mereka selangkah lebih dekat dengan jawaban misteri Segitiga Bermuda setelah ditemukannya serangkaian kawah bawah laut di dasar Laut Barents, lepas pantai Norwegia.

Meskipun tidak dekat dengan Segitiga Bermuda, mereka berharap bahwa kawah tersebut jadi kunci untuk menjelaskan fenomena yang membingungkan itu.

Kawah dengan lebar 800 meter dan kedalaman 45 meter, diyakini terbentuk karena gas metana yang terdapat di bawah sedimen dasar laut. Lalu, gas tersebut meledak dan ledakan tersebut membentuk kawah.

"Banyak kawah besar terdapat di dasar laut yang terletak di pusat-barat Laut Barents dan mungkin terbentuk karena ledakan besar gas," ujar peneliti dari the Arctic Univeristy of Norway kepada Sunday Times.

"Kawah tersebut mungkin merupakan salah satu tempat yang merepresentasikan lokasi meledaknya gas metan di Arktik," tambahnya.

Tahun lalu, kemungkinan semacam itu sebenarnya sudah ditemukan. Igor Yelstov dari Trofimuk Institute berkata, "Ada versi dari beberapa teori bahwa fenomena Segitiga Bermuda merupakan konsekuensi dari reaksi gas hidrat."

"Mereka mulai aktif terurai dengan es metana dan berubah menjadi gas. Hal itu terjadi seperti longsoran, layaknya reaksi nuklir, dan menghasilkan gas dalam jumlah besar."

"Hal tersebut membuat air laut menjadi panas dan kapal tenggelam di perairan yang sudah tercampur dengan gas dalam proporsi besar," tambahnya.