Liputan6.com, New York - Dalam keseluruhan sejarah antropologis, dewa-dewa dan berbagai kekuatan ilahiah disebut-sebut mengendalikan segala segi kehidupan manusia.
Walau terdengar aneh dalam cara pandang modern, jampi-jampi dan aji-ajian di masa lalu menjadi bagian dari keseharian -- pada suatu masa ketika hal-hal mistis dan magis seakan nyata.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari listserve.com pada Kamis (13/10/2016), berikut adalah 10 hal mistis ataupun magis zaman purba yang berlaku pada masanya:
1. Kutukan
Para mantri ukur di Kostolac, sebuah kota di Serbia, menemukan pemakaman terlupakan dari masa kejayaan Viminacium, sebuah pos terdepan Romawi Kuno yang berasal dari Abad ke-4 SM. Konon pada puncaknya, kota itu dihuni 40 ribu orang.
Situs itu berisi beberapa kerangka berusia kira-kira 2.000 tahun dan dua jimat. Di dalamnya, ada gua gulungan kecil berbahan emas dan perak.
Dua gulungan itu dikenal sebagai "tablet kutukan" -- untuk mengirimkan mantra buruk pada teman, keluarga, ataupun musuh pengirimnya.
Keberadaan gulungan-gulungan itu menimbulkan dugaan bahwa orang yang dimakamkan mati dalam penderitaan.
Gulungan itu biasanya disertakan ketika menguburkan orang yang dibunuh secara keji. Diyakini, arwah yang tersiksa lebih mungkin menjadi perantara kutukan.
Sayangnya, makna yang tertera dalam gulungan-gulungan itu belum akan terkuak dalam waktu dekat ini. Huruf yang dipakai adalah alfabet Yunani, tapi bahasanya dalam Aramaik.
2. Keajaiban Makam Galilea
Para perampok mengincar harta-harta yang ikut dikubur dalam pemakaman. Untuk mencegahnya, suku-suku di selatan Galilea menuliskan kutukan pada permukaan Beit She'arim.
Dengan tarikh hingga ke abad-abad permulaan Masehi, katakombe di sana memiliki penandaan dari berbagai bahasa, termasuk Yunani, Ibrani, Palmiren, dan Aramaik -- yang adalah bahas pergaulan di Timur Dekat.
Pengaruh Romawi dan pagan juga terasa, misalnya keberadaan sarkofagus yang ada di kawasan pemakaman Gua Peti Mati--praktik seperti ini didapat dari bangsa Romawi. Pesan-pesan yang dituliskan kepada mereka yang meninggal mengacu kepada kebangkitan kembali, suatu tradisi dalam kepercayaan Yahudi.
Ajian-ajian gaib dalam bahasa Yunani menghiasi dinding dan makam, dengan isi yang meminta perlindungan dan perdamaian kepada yang meninggal dan menyerukan penyakit cacar kepada siapapun yang mengganggu tulang-belulang yang dianggap suci itu.
Peti Mati Bekas
3. Patung Catalhoyuk
Situs penggalian paling kaya di Turki adalah di Catalhoyuk yang berisi peninggalan pemukiman yang didirikan pada 7.500 SM dan sudah berusia sekitar 2 milenia.
Situs itu berisi aneka-ragam benda arkeologis, mulai dari barang rumah tangga hingga patung wanita mistis terbuat dari pualam dengan tinggi sekitar 17,5 cm.
Jelas terlihat bahwa wanita Neolitik yang digambarkannya terlihat lebih utama daripada representasi kaum wanita lainnya pada budaya dan zaman tersebut.
Beberapa patung lain yang lebih kecil terawetkan di seluruh Eropda dan Timur Tengah. Pada awalnya, para peneliti menduga sosok itu sebagai dewi kesuburan. Namun ada pendapat baru yang menjurus kepada pengaruh terestrial.
Dewi apapun itu, sosok tersebut mengabadikan wanita lebih tua yang mendapat tempat terhormat dalam masyarakat.
Komunitas egalitarian di sana menghormati kaum lanjut usia dan konsep 'makin besar badan seseorang, makin mulia kedudukannya dalam masyarakat'. Badan yang subur dikaitkan dengan karier yang lebih mulia, misalnya pejabat.
4. Peti Mati Daur Ulang
Walaupun ada kepercayaan untuk menghindari penistaan mendiang, daur ulang peti mati ditengarai sebagai hal yang dapat diterima dalam kalangan Romawi Kuno di daratan Inggris, demikian menurut temuan di situs Dorset Quarry di Inggris.
Di sana, para ahli arkeologi menemukan beberapa peti mati tanpa tutup berisi kerangka seorang pria yang meninggal secara misterius sekitar 1.500 hingga 2.000 tahun lalu.
Hanya sekitar 100 makam demikian yang bertebaran di bekas wilayah Brittania di bawah kekuasaan Romawi Kuno, termasuk 11 yang ada di situs Dorset tersebut.
Dengan demikian, orang yang diduga dimakamkan saat berusia antara 20 dan 30 tahun tersebut ditengarai memiliki status yang tinggi sehingga layak mendapatkan pemakaman yang terhormat.
Tapi, hal itu ditengarai bertentangan dengan makamnya sendiri karena peti matinya terlalu pendek untuk orang setinggi 177 cm di dalamnya. Kakinya pun harus dibengkokan.
Karena itu, para peneliti menduga peti mati tersebut adalah bekas pakai.
Advertisement
Jimat Cakar Kucing
5. Cakar Kucing Moche
Bangsa Moche di utara Peru hidup pada 100 hingga 800 Masehi dan dikenal sebagai pembangun kuil dan perajin logam.
Baru-baru ini para ahli arkeologi menemukan sepasang cakar kucing terbuat dari logam dalam sebuah kuburan di bekas ibu kota Moche.
Kuburan di Huaca de la Luna yang terletak di Trujilo juga berisi jasad seorang pria dengan segenap kelengkapan, termasuk topeng, anting perunggu, tongkat kerajaan berbahan tembaga, dan berbagai keramik.
Cakar kucing itu sepertinya bukan sebagai senjata dan lebih berkemungkinan memiliki nilai mistis, misalnya sebagai pertanda keningratan atau pengaruh sosial pemiliknya.
Sebagaimana halnya dengan tetangga-tetangga mereka di benua Amerika, bangsa Moche memiliki tradisi brutal.
Diduga ada dua ksatria yang berlaga dalam pertarungan ritual. Pemenang tarung mendapatkan kostum dan cakar kucing, sedangkan yang kalah dikurbankan dalam ritual.
6. Pemakaman Para Dukun
Sebuah situs makama Natufia berusia 12.000 tahun di Galilea menceritakan tentang proses penguburan 6 tahap yang merepotkan dan dikhususkan bagi para tukang tenung.
Satu di antara 30 jasad yang ditemukan dalam gua pemakaman dekat sungai Hilazon diduga berasal dari seorang dukun wanita.
Jasad itu dikelilingi bagian-bagian tak terhormat dari hewan-hewan, misalnya tulang ekor sapi, sayap elang, kaki babi, panggul macan tutul, 86 cangkang kura-kura, tulang belulang rusa, dan sebuah kaki manusia.
Proses pemakaman dimulai dengan kuburan lonjong yang diberi lapisan dan bongkah-bongkah batu, yang di atasnya ditumpuk beberapa lapisan bagian-bagian hewan serta perkakas batu api, barulah jasad wanita tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan tambahan tulang belulang dan gamping batu berbentuk segitiga untuk mengunci kuburan.
Untuk masa itu, proses tersebut sangat rumit. Tapi tidak terlalu mengejutkan karena bangsa Natufia pemukim Levant termasuk dalam beberapa peradaban mula-mula yang meninggalkan gaya hidup berpindah sebagai pemburu-pengumpul.
Rambut Perawan
7. Gaya Rambut Perawan Dewi Vesta
Bukan hanya di masa kini, gaya rambut jaman Romawi Kuno juga melambangkan identitas. Beberapa faktor seperti usia, gender, dan tingkatan kehidupan menentukan gaya rambut seseorang, sekaligus sebagai penanda sosial untuk menentukan peran dan peringkat seseorang.
Kebanyakan gaya rambut raib ditelan sejarah, tapi setidaknya ada satu gaya yang dihidupkan kembali oleh Janet Stephens yang mengaku sebagai ahli arkeologi rambut.
Ia mendapat ilham dari patung-patung setengah badan di museum-museum, lalu meluangkan waktu sekitar 7 tahun mempelajari gaya yang dikenal sebagai seni crines, yaitu kepang 6 tingkat Romawi.
8. Jimat Keberuntungan Medusa
Gambaran Medusa, seorang Gorgon berambut ular dengan tatapan yang menyeramkan, melambangkan kejahatan dan kebengisan pada umumnya. Tapi tidak selalu demikian, karena ada juga yang memandang Medusa sebagai pembawa keberuntungan.
Misalnya, warga Antiochia ad Cragum, kota Romawi abad pertama di selatan Turki dengan segala kelengkapan ala Romawi seperti jalanan yang terorganisasi, rumah-rumah mandi, pertokoan dan kekayaan budaya.
Di antara reruntuhan kota tersebut para ahli arkeologi menemukan patung kepala Medusa terbuat dari pualam. Dekorasinya berbentuk jimat pengusir setan Pagan yang dimaksudkan untuk mengusir setan dan memberikan perlindungan pada pemukiman tersebut.
Ada banyak patung serupa tersebar di seluruh kota, walaupun sudah dihancurkan oleh kaum Kristen sewaktu menghancurkan tampilan-tampilan ikon Pagan.
Advertisement
Ilmu Pelet
9. Monumen Dewa Sungai
Kehidupan zaman purba diisi dengan kewajiban untuk menyenangkan para dewa, yang berkomunikasi dengan dunia fana melalui beberapa media.
Jadi, ketika dewa sungai bernama Harpasos hadir kepada Flavius Ouliades dalam sebuah mimpi sekiar 2000 tahun lalu, hal itu dirasa seperti pesan langsung dari surga.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, Ouliades mendirikan kuil pualam dekat sungai AkCay di selatan Turki, dengan harapan turunnya berkah dari Harpasos atas panen yang melimpah dan musim yang bebas dari banjir.
Menurut para peneliti, suasana yang digambarkan munkin menggambarkan suatu mitos tradisional, yaitu ketika Bargasos, putra Hercules, mengalahkan monster sungai yang ganas sambil berharap memanggil dewa pemilik sungai.
Atau, mungkin saja, gambaran ini merupakan penghormatan kepada Hercules sendiri sebagai seorang pahlawan yang dikenang membinasakan ular berkepala banyak.
10. Ilmu Pelet
Senjata gaib bangsa Mesir Kuno mencakup permohonan untuk segala keinginan, terutama urusan percintaan. Jampi-jampi berkisar dari sekedar harapan hingga hal yang jahat, sebagaimana terbaca dari dua papirus Oxyrhynchus yang baru saja dimengerti.
Papirus itu ditulis dalam bahasa Yunani sekitar 1.800 tahun lalu oleh seorang tabib tak dikenal dan sama-sama berkisar tentang pengendalian pikiran.
Salah satu jampi-jampinya mengaku dapat menundukkan lelaki kepada kehendak pengucapnya. Satu lagi untuk menyasar wanita dengan kemampuan "membakar hati wanita" hingga akhirnya ia jatuh cinta kepada pengucapnya. Sebagai catatan redaksi, di Indonesia, ini dikenal sebgai ilmu pelet atau aji-ajian pengasihan.
Jampi-jampi itu tidak berujung, artinya ia dituliskan agar dipakai kapanpun dan di manapun diperlukan. Tinggal sebutkan nama orang yang dituju dan 'korban' akan dipenuhi dengan cinta kepada pengirim ajian.