Liputan6.com, New York - Seni telah menjadi bentuk komunikasi yang kuat dan apa adanya sehingga memungkinkan kita di masa kini untuk mengintip ke masa lalu.
Dengan bantuan seni, manusia belajar tentang penampilan, kehidupan, percintaan, dan membaca penderitaan orang-orang di masa lampau.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Vintage News pada Jumat (14/10/2016) salah satu bentuk seni dari masa lalu adalah potret-potret Mumi Faiyum di Mesir.
Yang dimaksud 'potret' di sini adalah lukisan wajah seseorang pada panel kayu pada Masa Koptik di abad pertama Masehi. Lukisan itu tampak hidup, sehingga seperti potret masa kini.
Lukisan potret itu menjadi bagian dari tradisi melukis pada panel, salah satu bentuk seni Masa Klasik yang paling menonjol. Sejumlah ahli sejarah seni bahkan menyebutkan potret-potret itu sebagai cikal bakal bentuk lukisan modern.
Potret-potret Fayum dilukis menggunakan tempera (campuran pigmen warna dengan zat kental semisal putih telur) dan malam (wax) pada papan-papan kayu.
Potret kemudian disematkan pada mumi untuk menutupi bagian muka jasad yang sedang dipersiapkan untuk dimakamkan.
Potret-potret mumi ini ditemukan di seluruh Mesir, tapi temuan terbanyak ada di Lembah Faiyum--alasan dibalik pemberian nama kepada gaya lukisan potret itu. Istilah 'Potret-potret Faiyum'Â lebih mengacu kepada gaya lukisan, bukan penyebutan geografis.
Pada masa kekuasaan para Firaun, kanvas lukisan memang lazim. Tapi Potret Fayum merupakan bentuk artistik bertarikh hingga masa Koptik, ketika Mesir berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Sebagai bentuk seni, potret-potret itu diduga menular dari tradisi Yunani-Romawi.
Potret-potret itu, yang tadinya disematkan pada kain pembungkus jenazah, sekarang sudah dilepaskan dari para 'pemiliknya'.
Karena potretnya menggambarkan wajah secara alamiah, keberadaan potret ini memberi kesempatan untuk melakukan analisis wajah pada masa 2000 tahun lalu.
Hingga sekarang, sudah ada sekitar 900 Potret Faiyum yang dilepaskan dari mumi-mumi dan dipamerkan di berbagai museum. Kebanyakan ditemukan di nekropolis Faiyum.
Keadaan potret yang terawetkan itu diduga disebabkan oleh iklim panas dan kering di Mesir. Sebuah penelitian terkini mengasumsikan produksi potret-potret mumi berakhir di pertengahan Abad ke-3 Masehi.