Sukses

Ibu Negara Nigeria Klaim Pemerintahan Sang Suami 'Dibajak'

Aisha mengancam tidak lagi akan mendukung lagi sang suami kecuali jika perombakan kabinet terjadi.

Liputan6.com, Abuja - Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari terancam akan kehilangan dukungan dari sang istri, Aisha Buhari jika ia memutuskan ikut dalam pemilu mendatang. Aisha hanya bersedia mendukung Buhari jika presiden itu melakukan perombakan kabinet.

Seperti dikutip dari BBC, Jumat (14/10/2016) Aisha menjelaskan bahwa suaminya tidak mengenali sejumlah pejabat tinggi yang telah ditunjuknya. Tak hanya itu, ia juga mengklaim bahwa pemerintahan telah dibajak dan menuduh sejumlah orang berada di balik 'janji-janji' presiden.

Buhari terpilih sebagai presiden Nigeria pada 2015 lalu. Ia berjanji akan berperang melawan korupsi dan nepotisme di lingkungan pemerintahan.

Keputusan sang istri untuk berbicara di hadapan publik mengejutkan banyak orang. Namun di lain sisi hal tersebut diyakini mencerminkan tingkat ketidakpuasan atas kepemimpinan Buhari.

Dalam pelantikannya, salah satu pernyataan Buhari yang paling diingat adalah 'ia bukan milik siapa-siapa melainkan semua orang'.

"Presiden tidak tahu 45 dari 50 orang-orang yang telah ditunjuknya dan saya pun tidak mengenali mereka, meski sudah menjadi istrinya selama 27 tahun," ujar Aisha kepada BBC.

Ditambahkan Ibu Negara Nigeria itu, saat ini orang-orang yang tidak memiliki kesamaan visi dengan partai penguasa, APC telah ditunjuk sebagai petinggi negara. Hal itu dilakukan karena pengaruh sejumlah orang.

"Beberapa orang tengah duduk di rumah mereka, melipat tangan, dan menunggu dipanggil untuk mengisi posisi kepala badan atau menteri," jelasnya.

Ketika didesak untuk menyebut siapa yang dicurigainya telah membajak pemerintahan sang suami, Aisha menolak menjawab.

"Anda akan tahu jika menonton televisi," kata dia.

Ia menyerahkan nasib pemerintahan sang suaminya kepada rakyat Nigeria. "Biar orang-orang yang memutuskan," ujarnya.

Menurut Aisha, sang suami belum memastikan keikutsertaannya dalam pemilu pada 2019 mendatang.

"Dia belum mengatakan keputusannya kepada saya. Tapi sebagai istri, saya telah memutuskan bahwa jika kondisinya terus begini hingga 2019, saya tidak akan membantunya berkampanye lagi dan meminta kaum perempuan untuk memilihnya. Tidak akan lagi," tegas Aisha.

Meski demikian, Aisha tak memungkiri bahwa kepemimpinan sang suami telah menorehkan sejumlah prestasi. Yang paling menonjol menurutnya adalah peningkatan keamanan di kawasan timur laut Nigeria di mana kelompok pemberontak Boko Haram telah mengobarkan konflik bersenjata sejak 2009.

"Orang-orang tidak mengeluhkan lagi soal serangan ke rumah-rumah mereka. Warga dapat bepergian dengan bebas, untuk beribadah dan lain-lain. Bahkan anak-anak di Maiduguri--kota yang dulunya markas kelompok militan--telah kembali bersekolah," ungkap sang Ibu Negara.