Sukses

16-10-1951: Akhir Tragis 'Founding Father' Pakistan di Mimbar

Tiba-tiba peluru melesat ke arah PM Ali. Duar...Duar... Suasana ramai saat itu mendadak sunyi.

Liputan6.com, Islamabad - Hari itu, 16 Oktober 1951 menjadi momen tragis di Pakistan. Perdana Menteri Pakistan Liaquat Ali Khan tewas ditembak saat berpidato di tengah-tengah massa, di alun-alun kota Company Bagh (Company Gardens), Rawalpindi. Salah satu Bapak Pendiri Bangsa Pakistan itu (selain Muhammad Jinnah) menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setempat.

Seperti dimuat Manggobazz, ketika itu Ali tengah berorasi di tengah 100 ribu massa yang tergabung dalam Rawalpindi, Organisasi Liga Muslim Pakistan. Pak Perdana Menteri berpidato menyampaikan rencana pemerintahan ke depan. Ali, saat itu, baru saja terpilih sebagai PM pertama Pakistan.

Namun tak dinyana, tiba-tiba peluru melesat ke arah PM Ali. Duar...Duar... 1 tembakan datang dan diikuti tembakan kedua. Suasana yang saat itu gemuruh mengiringi pidato Ali, mendadak sunyi. Tapi kemudian seketika kacau saat peluru ketiga dihempaskan.

Saat itu ternyata menjadi pidato pertama dan terakhirnya sebagai PM Pakistan.

Para warga berlarian ketakutan. Sementara Ali jatuh tersungkur. Pejabat di sekitarnya mencoba menolong. Perdana Menteri dilarikan ke rumah sakit. Namun nyawanya tak terselamatkan. Ia meninggal dunia.

Berdasarkan laporan kejadian yang dihimpun polisi, saat itu PM Ali langsung ditolong pejabat lokal Rawalpindi, James Hardy. Juga dibantu sekretaris PM Ali, Nawab Siddiq Ali Khan yang duduk di belakang mimbar. Sesaat usai tembakan, Hardy berkata kepada PM Ali, "Anda diserang Pak".

PM Ali menjawab, dan mengaku kesakitan di bagian punggung kiri. Tak lama kemudian, muncul tembakan lain.

Nawab Siddiq menuturkan, saat itu, ia membuka kancing baju PM Ali untuk menutup bagian punggung yang mengalami pendarahan. Al quran di kantung baju depan pun dipindahkan. Al quran yang tersemat di saku depan PM Ali masih utuh. Tak ada luka tembus di dada Ali. Luka parah terjadi di bagian punggung.

Sementara, Inspektur Kepolisian, Najaf Khan mengatakan, saat itu ia berada di belakang PM Ali. Ia langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengejar pelaku penembakan.

Pelaku kemudian ditembak mati aparat.

Dua jam setelah penembakan, Pemerintah merilis nama pelaku. Ia bernama Said Akbar berkewarganegaraan Afghanistan yang mendapat suaka dari Pemerintah India untuk menetap di Negeri Gangga. Akbar adalah mantan brigadir jenderal militer Afghanistan dan putra dari pemimpin suku Zadrdan di Afghanistan.

Mohammad Shah, polisi yang menembak mati Said Akbar menuturkan bahwa si pelaku berada di tengah-tengah kerumunan massa. Ia berada di bagian depan, dekat mimbar.

Akbar disebut melepaskan tembakan dari jarak dekat. Shah mengaku melepaskan tembakan ke Akbar sebanyak 5 kali.

Liaquat Ali Khan dikenang warga Pakistan sebagai Bapak Pendiri Bangsa yang berperan dalam pembentukan negara Pakistan, yang memisahkan diri dari India.

Ali memainkan peran penting dalam pembagian India dan didirikannya Pakistan. Ia mendapat gelar kehormatan "Shaheed-e-Millat", or "Martyr of the Nation" oleh negara. Ali dimakamkan di kawasan Mazar-e-Quaid, Karachi, Pakistan.

Sejarah lain mencatat pada 16 Oktober 1946, terjadi peristiwa Nurnberg, yakni eksekusi terhadap pemimpin Nazi yang terbukti bersalah dengan hukuman gantung. Kemudian, pada 16 Oktober 1964, Republik Rakyat Tiongkok meledakkan bom atom pertamanya.