Liputan6.com, Sanaa - Pemerintah Yaman menyatakan akan melakukan gencatan senjata selama 72 jam di negaranya. Langkah itu akan dimulai pada Rabu 12 Oktober malam waktu setempat.
Informasi itu disampaikan oleh utusan PBB untuk Yaman pada Senin 17 Oktober, setelah ia menerima komitmen dari semua faksi di Yaman.
"Utusan Khusus untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan penghentian permusuhan itu akan dimulai pukul 23.59 waktu setempat hari Rabu, dan dapat diperpanjang setelah masa tiga hari awal," jelas pihak PBB dalam pernyataan yang dikutip dari Reuters, Selasa (18/10/2016).
Advertisement
"Utusan Khusus menyambut pemulihan Penghentian Permusuhan, yang akan menghindari orang-orang Yaman dari pertumpahan darah lebih lanjut dan memungkinkan untuk pengiriman meluas bantuan kemanusiaan," sambung PBB melalui pernyataannya.
Sebelumnya pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Yaman Abdel-Malek al-Mekhlafi mengatakan pada pejabat melalui Twitter, bahwa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi telah sepakat untuk gencatan senjata 72 jam dengan kemungkinan akan diperpanjang.
"Presiden setuju gencatan senjata 72 jam dan diperpanjang jika pihak lain mematuhinya, mengaktifkan DCC (De-escalation and Coordination Committee) dan melepas pengepungan Taiz," tutur Mekhlafi.
DCC adalah komisi militer yang didukung PBB, bertanggung jawab untuk mengawasi gencatan senjata di Yaman.
Pemerintahan Hadi yang diasingkan meminta akses kemanusiaan untuk Taiz, kota yang sebagian besar dikelilingi oleh pemberontak Houthi yang menyerbu ibukota Yaman, Sanaa, pada 2014. Pasukan pemerintah mempertahankan kontrol hanya satu dari empat rute akses tersebut.
Pasukan Iran-blok Houthi dan sekutu mereka, yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh mengkuasai sebagian Yaman bagian utara. Sementara pasukan yang setia kepada Hadi, yang didukung Saudi mendapat support dari sisa negara dengan suku-suku lokal.
Sejauh ini pejabat Houthi belum memberikan komentar tentang gencatan senjata itu.