Liputan6.com, New York - Seseorang yang benar-benar berbahagia dengan pilihan romantisnya meluangkan lebih banyak energi pada pengembangan diri, daripada pura-pura tampil beda demi mendapatkan cinta.
Daripada fokus pada coba-coba demi 'menjebak' seorang pasangan potensial, seperti dikutip dari Psychology Today pada Sabtu (22/10/2016), lebih baik fokus pada 5 prinsip berikut ini sehingga menghadirkan pasangan yang sepadan:
Advertisement
Baca Juga
1. Mengerti diri sendiri, secara seksual dan emosional
Jika orang belum mengerti dirinya sendiri secara emosional dan seksual, ia akan memasuki hubungan romantis dari tempat yang bergantung secara emosional.
Mungkin terbersit harapan tidak realistis bahwa orang akan mengerti kita dan membuat kita bahagia, bahkan ketika kita sendiri tidak mengetahuinya.
Komunikasi secara langsung dengan pasangan perihal sisi emosi dan seksual merupakan hal penting, tapi mengharapkan orang menebak kita secara emosional dan seksual adalah khayalan belaka.
Lakukanlah upaya yang sadar untuk menyadari reaksi emosional kita terhadap orang dan kejadian dalam hidup. Perhatikan dan catat reaksi-reaksi emosional kita.
Lakukan refleksi tentang perasaan kita dan bicara dengan orang tentang apa yang dirasa. dan apa yang kita sadari tentang diri sendiri, tanpa mengharapkan mereka memperbaiki diri kita.
2. Percayai apa yang ditunjukkan dan dikatakan orang tentang diri mereka
Ketika sedang tertarik kepada seseorang, memang lazim kita membenarkan segala perilaku buruk mereka.Tapi jika seseorang memperlakukan kita tanpa hormat dan seringkali merendahkan kita, anggaplah ini sebagai jati dirinya.
Jika kita mencoba berbicara dengan seseorang dan ia meremehkan atau membenarkan perlakuan buruknya kepada kita, anggaplah hal ini serius. Mungkin ia bukan jodoh yang tepat.
Jika seorang pria mengatakan bahwa ia tidak mencari apapun yang serius atau ia perlu banyak ruang, biarkan dia pergi. Orang ini tidak sejalan dengan kita.
Percayailah apa yang orang komunikasikan tentang diri mereka. Jika mereka bertindak tidak dewasa atau tanpa hormat, atau mengatakan sesuatu yang menyakitkan, menjauhlah.
Bukan tugas kita untuk menunjukkan seseorang suatu jalan yang lebih baik, tapi tugas kita adalah untuk mengembangkan diri sebagai pribadi.
Menahan dan Menantang Diri
3. Hindari seks demi meraih keintiman
Hindari siklus pencapaian keintiman emosional melalui hubungan seks. Jika kita merasa hubungan seksual akan bermuara kepada keintiman emosional atau hubungan berkomitmen, hentikan.
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang dimulai dengan seks sebelum keintiman emosional biasanya tidak menjadi kesatuan yang langgeng.
Kita akan menghabiskan waktu untuk berharap dan berusaha agar orang berubah, padahal kita bisa menaruh energi untuk berkembang dan menemukan seseorang yang menyukai kita apa adanya.
4. Berpisah secara psikologis dari orangtua
Ini bukan tugas mudah dan banyak yang menduga mereka telah melakukannya, padahal, dalam kenyataannya belum.
Sebagai seorang dewasa, jika kita terus membiarkan orangtua memuaskan seluruh kebutuhan emosional kita, maka kita membuang-buang energi yang diperlukan untuk memasuki ikatan-ikatan romantis.
Sebisa mungkin, sedikit demi sedikit, upayakan menjadi mandiri dari orangtua. Hal ini bukan berarti kita tidak bisa menikmati kehadiran mereka, sesekali bolehlah kita meluangkan waktu bersama mereka atau menceritakan apa yang kita inginkan tentang kehidupan kita.
Artinya, lakukanlah agar menjadi nyaman membuat keputusan-keputusan sendiri. Kalau terlalu banyak meminta pendapat, pengakuan, atau bimbingan, atau bahkan membiarkan mereka mengendalikan hidup, maka kita seperti tak hidup untuk diri kita.
Dan jika kita membiarkan orangtua untuk terus menerus menanggung beban buat kita, maka kita tidak bisa menjadi pribadi yang sepenuhnya ketika jodoh yang tepat itu hadir.
Memasuki hubungan romantis sambil menyangka orang itu akan peduli sebagaimana orangtua kita melakukannya, dapat mengubah hubungan yang sehat menjadi beracun.
Kita harus memiliki kendali atas hidup kita, sadar akan tujuan-tujuan, kebutuhan, dan emosi kita.
Advertisement
Memasuki Situasi Baru
5. Masukilah situasi-situasi baru
Ada suatu gagasan yang populer, bahwa untuk menemukan pasangan yang tepat maka seseorang pertama-tama harus telah melakukan perbaikan diri sendiri.
Dalam pengalaman Jill P. Weber, Ph.D., seorang ahli psikologi klinis dan penulis buku "Having Sex, Wanting Intimacy—Why Women Settle for One-Sided Relationships", jika seorang wanita melakukan ini, maka mereka menempatkan diri dalam pengasingan yang tak perlu.
Dengan tujuan tak jelas ketika  "sedang mengurusi diri sendiri", pencerahan tak kunjung datang dan keterasingan menambah kegalauan.
Urusilah diri sendiri melalui pengembangan kesadaran diri yang lebih tinggi secara emosional dan seksual. Pada saat yang sama, kita memerlukan hubungan baru dengan pasangan romantis dan teman-teman yang benar-benar mengerti diri kita.
Setiap pengalaman kencan memberikan kita informasi tentang preferensi, kelemahan, dan kekuatan. Jika kita terus memikirkan dan melakukan hal yang sama dengan apa yang selalu dipikirkan dan alami, orang tidak melangkah ke mana-mana.
Otak kita memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan berkembang, jika kita mengizinkannya.
Supaya otak berkembang, kita perlu memberikan rangsangan-rangsangan dan pengalaman-pengalaman baru yang menantang kita pada tingkat tertentu.
Mungkin ada hal-hal yang kita suka atau ingin coba, tapi takut untuk melakukannya. Sejauh hal itu mencerminkan ketertarikan yang sejati, atasi kecemasan dan taruh diri kita dalam situasi baru untuk mengalami orang-orang jenis lain dan alami aspek-aspek lain kepribadian kita.