Sukses

Awan Segi Enam, 'Kunci' Misteri Segitiga Bermuda Terpecahkan?

Misteri Segitiga Bermuda telah menghantui pikiran ilmuwan selama berabad-abad. Banyak teori bermunculan untuk memecahkan teka-teki tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Selama berabad-abad Segitiga Bermuda dihubungkan dengan beberapa jumlah kasus menghilangnya kapal atau pesawat secara misterius di wilayah itu.

Terletak di antara Miami, Puerto Rico, dan Pulau Bermuda, misteri segitiga bermuda yang selama bertahun-tahun diteliti oleh para ilmuwan diduga telah terpecahkan.

Awan aneh yang terbentuk di atas segitiga bermuda, diduga dapat menjelaskan kenapa puluhan kapal dan pesawat menghilang secara misterius setiap kali melewati wilayah laut tersebut.

Sebuah teori baru menyatakan bahwa awan tersebut terhubung dengan 'bom angin' berkecepatan 273 kilometer per jam, yang dapat menjatuhkan transportasi udara maupun laut yang berada di sekitar wilayah barat utara Samudera Atlantik.

Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (23/10/2016), teori tersebut dikemukakan oleh para ahli meteorologi kepada Science Channel.

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan gambar radar satelit menemukan adanya awan berbentuk 'hexagonal' atau segitiga enam dengan lebar 32 dan 80 kilometer, yang dapat membuat gelombang air laut naik setinggi 13 meter.

"Biasanya kita tidak melihat awan dengan ujung yang lurus seperti ini. Kebanyakan awan berbentuk tak beraturan," ujar Dr. Steve Miller dari Colorado State University, dikutip dari USMagazine.com.

Sementara itu Dr. Randy Cerveny dari University of Arizona menambahkan bahwa 'bom udara' terbentuk dari sebuah proses yang disebut microbursts -- angin kencang dengan arah pergerakan menukik ke tanah yang menyebabkan penyimpangan udara.

"Angin kencang itu terlihat seperti badai yang dengan mudah dapat menenggelamkan sebuah kapal. Microburst kemudian menghantam lautan sehingga membentuk gelombang yang terkadang sangat besar," kata Cerveny.

2 dari 2 halaman

Kawah Dasar Laut dan Kutukan

Sebelumnya ada beberapa teori yang muncul mencoba menjelaskan fenomena yang telah 'memakan' lebih dari 20 pesawat dan 50 kapal dalam jangka waktu 100 tahun.

Seperti salah satunya yang mengatakan bahwa adanya serangkaian kawah bawah laut di dasar Laut Barents, lepas pantai Norwegia.

Kawah degan lebar 800 meter dan kedalaman 45 meter itu diduga merupakan penyebab banyaknya transportasi udara dan laut menghilang secara misterius.

"Banyak kawah besar terdapat di dasar laut yang terletak di pusat-barat Laut Barents dan mungkin terbentuk karena ledakan gas yang sangat besar," ujar peneliti dari the Arctic Univeristy of Norway kepada Sunday Times.

"Kawah tersebut mungkin merupakan salah satu tempat yang merepresentasikan lokasi meledaknya gas metan di Arktik," tambah peneliti yang tidak disebutkan namanya itu.

Rincian dari temuan tersebut akan dirilis pada pertemuan tahunan European Geosciences Union pada bulan depan, di mana para ahli akan menganalisis apakah gelembung gas semacam itu dapat mengancam kapal yang sedang berlayar.

Tidak hanya penjelasan secara ilmiah, teori yang mengatakan insiden Segitiga Bermuda adalah sebuah kutukan juga tak luput dari pendengaran.

Teori tersebut mengklaim, 'ilmuwan' menemukan piramida kristal yang terletak 2.000 meter di dasar laut pada 2012 dengan menggunakan teknologi yang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan modern.

Pencetus teori konspirasi menyebut, piramida kristal itulah penyebab hilangnya sejumlah pesawat dan kapal di wilayah Segitiga Bermuda.

Laporan yang beredar secara online pada 2012, menyebut seorang ilmuwan bernama Dr Meyer Verlag, menemukan piramida kristal yang ukurannya tiga kali lebih besar dari Piramida Giza.

"Verlag meyakini bahwa penyelidikan lebih lanjut di pusat piramida dapat mengungkap banyak informasi mengenai sejumlah kasus hilanganya sejumlah hal terkait dengan Segitiga Bermuda," demikian menurut website Before It's News.

Laporan tersebut mengklaim, Verlag mempresentasikan temuannya itu dalam sebuah konferensi pers yang dilakukan di Bahama, di mana ia mengungkap koordinat piramida.

Video Terkini