Sukses

Temuan Langka Fosil Otak yang Kuak 'Jalan Pikiran' Dinosaurus

Temuan jejaring lunak dari seekor dinosaurus merupakan hal langka karena zat tersebut meluruh lebih cepat daripada jejaring jenis lain.

Liputan6.com, Cambridge - Sudah lama para ilmuwan penasaran dengan apa yang ada dalam otak dinosaurus ketika mereka berkeliaran dalam hutan-hutan di zaman Cretaceous -- untuk menguntit dan menyergap mangsa, atau ketika mengerami telur mereka?

Para ahli paleontologi selangkah lebih maju untuk menduga-duga jawabannya dengan suatu temuan fosil otak dinosaurus. Temuan ini merupakan yang pertama kali di dunia.

Dikutip dari Live Science pada Juamt (28/10/2016), ternyata otak dinosaurus berukuran keci sekali. Temuan itu mirip temuan kerikil kecil dan ditemukan oleh para pemburu fosil di Sussex, Inggris, lebih dari satu dekade lalu.

Temuan jejaring lunak dari seekor dinosaurus merupakan hal langka karena zat tersebut meluruh lebih cepat daripada jejaring jenis lain. Padahal, dinosaurus hidup sekitar 66 juta tahun lalu.

Menurut para peneliti, jejaring lunak ini pada hakikatnya terasamkan (seperti acar) ketika dinosaurus itu mati sehingga otaknya sangat terawetkan.

David Norman, seorang ilmuwan di University of Cambridge, menyebutkan melalui pernyataan, "Kami menduga hal yang terjadi adalah ketika dinosaurus ini mati di dalam atau dekat dengan badan air, dan kepalanya terkubur dalam endapan di dasar air."

"Karena air memiliki okisgen dan saat itu bersifat sangat asam, maka jejaring lunak dalam otak ditengarai terawetkan dan mengeras sebelum semua tubuhnya terkubur dalam endapan."

(Sumber University of Cambridge)

Dengan menggunakan mikroskop elektron pemindaian (scanning electron microscope, SEM), para peneliti mengenali struktur-struktur berbeda dalam jejaring sebesar kerikil tersebut.

Mikroskop jenis itu menghasilkan citra-citra dengan perincian luar biasa melalui pergerakan semburan elektron pada sebuah benda.

Dalam gambar-gambar yang dihasilkan, para peneliti dapat melihat mening, yaitu jejaring pembungkus otak, sejumput kolagen dan pembuluh darah, dan struktur yang diduga merupakan korteks otak, yaitu lapisan luar otak.

Norman dan rekan-rekannya menentukan bahwa jejaring otak itu sepertinya berasal dari suatu spesies serupa Iguanodon, yaitu suatu dinosaurus herbivora besar yang hidup dalam masa awal Cretaceois, sekitar 133 juta tahun lalu.

Struktur yang terlihat di dalam fosil jejaring otak itu menunjukkan keserupaan dengan struktur yang ada dalam otak burung dan buaya, dua-duanya adalah keturunan dinosaurus di masa kini.

(Sumber University of Cambridge)

Kata Norman kepada Live Science, "Memang berstruktur mirip dengan yang biasanya terdapat pada reptil. Temuan ini tidak menunjukkan bahwa dinosaurus cukup cerdas, misalnya terlihat otak mereka tidak sepenuhnya memenuhi rongga otak."

Beberapa dinosaurus diduga memiliki otak yang lumayan besar, misalnya pada beberapa jenis yang menjadi leluhur burung modern, tapi, menurut Norman, fosil temuan ini tidak menunjukkan ukuran demikian.

Para peneliti wanti-wanti agar tidak mengambil kesimpulan tentang kecerdasan dinosaurus hanya berdasarkan fosil ini. Mereka menduga bahwa dinosaurus ini, dan juga kerabat-kerabatnya, memiliki perilaku cukup kompleks.

Para peneliti menuliskan demikian, "Cukup beralasan untuk menduga bahwa dinosaurus kelompok Iguanodon sejenis ini cukup kompleks perilakunya (setidaknya seperti buaya modern)."

(Sumber University of Cambridge)

Temuan ini diterbitkan pada 27 Oktober 2016 dalam Special Publication of the Geological Society of London untuk menghormati Martin Brasier dari University of Oxford.

Brasier meninggal pada 2014. Brasier dan Norman melakukan koordinasi penelitian terhadap fosil ini selama beberapa tahun sebelum Brasier meninggal dunia dalam kecelakaan lalulintas.

Video Terkini