Sukses

Kisah di Balik Meme 'Bocah Serius' yang Saat Ini Mendunia

Foto wajah serius bocah berpipi montok menyebar viral di dunia maya. Menjelma jadi sejumlah meme yang kocak.

Liputan6.com, Chicago - Bocah berpipi montok itu memasang wajah serius. Dengan dahi sedikit berkerut, ia memusatkan perhatian pada kertas di hadapannya. Sementara, tangan kecilnya sibuk menggoreskan pensil.

Foto yang mengabadikan ekspresi 'sok serius' itu menyebar luas di dunia maya. Orang-orang membagikan gambar lucu itu, bahkan menjadikannya meme bertajuk 'serious writing kid'. Wajahnya diparodikan, dari instruktur mengemudi yang penggerutu atau penjaga keamanan yang memasang wajah galak.

Jake, nama bocah lucu itu, sama sekali tak tahu jika fotonya telah mendunia. Ia tinggal di sebuah desa kecil di Ghana selatan.

Tak hanya Jake, sang fotografer yang mengabadikan fotonya juga baru belakangan menyadari bahwa karyanya menyebar viral di internet.

Sang juru kamera, Carlos Cortes bepergian ke Ghana pada 2015, untuk membuat dokumenter tentang Solomon Adufah, seorang seniman yang pulang kampung dari Amerika Serikat.

Foto Jake, yang kala itu berusia 4 tahun, adalah satu dari sekian ratus foto yang dijepret Cortes saat Adufah mengajarkan soal seni dan studi kreatif pada anak-anak di sekolah.

"Kameraku mengabadikan Jake saat pelajaran itu," kata Cortes kepada BBC News, seperti dikutip pada Sabtu (29/10/2016). "Ia memiliki wajah yang serius."

Saat Cortes dan Adufah kembali ke AS, mereka tak sadar telah mengabadikan seorang bintang 'masa depan'.

Meme bocah serius dari Ghana (Twitter)

Foto Jake kemudian dipasang oleh Adufah di Instagram. "Jake adalah salah satu dari anak-anak yang saya ajar di Ghana. Dia lembut dan tenang. Selalu hadir di kelas dan sangat ingin belajar setiap hari," tulis Adufah dalam postinganya.

Gambar itu lantas viral. Ekspresi lucu Jake dijadikan meme kocak. Sang seniman awalnya bingung bagaimana harus bereaksi. Kemudian, tercetus ide untuk mengubah tanda 'Suka' dalam postingan itu jadi sumbangan nyata.

Apalagi, Jake dan teman-temannya tinggal di desa terpencil. Sejumlah keluarga di sana tidak sanggup membiayai anaknya ke sekolah. Sekolah dasar di sana pun minim fasilitas.

"Saya ingat satu hari kami menghabiskan waktu 20 menit hanya untuk memastikan ada cukup pensil untuk anak-anak,'' kata Cortes.

Adufah, yang tinggal di AS sejak berusia 16 tahun menggagas  program penggalangan dana. Ia berharap, Jake akan menginspirasi orang-orang untuk melakukan sesuatu dalam bidang pendidikan.

Dalam dua hari, mereka berhasil mengumpulkan sekitar US$ 5.000. "Uang ini bisa membawa perubahan besar untuk anak-anak di sana. Menjadi sesuatu yang positif.''