Liputan6.com, London - Keadaan darurat medis di pesawat ternyata bukan lah hal asing bagi para awak kabin. Mereka telah dilatih dengan baik untuk memberikan kompresi dada dan pemberian napas buatan atau dikenal dengan CPR, serta memiliki akses peralatan medis yang biasanya cukup untuk menstabilkan seseorang yang jatuh sakit.
Selain terlatih melakukan CPR, para awak akbin juga dapat menggunakan AED (automated external defibrillator), yakni alat elektronik portabel yang secara otomatis dapat melakukan diagnosis aritmia jantung.
Selain itu, pilot juga dapat menghubungi dokter jika terjadi keadaan darurat. Para dokter dapat menginstruksikan cara menangani penumpang yang jatuh sakit, termasuk penggunaan kotak kesehatan yang berisi sejumlah peralatan kompleks.
Advertisement
Seperti dikutip dari news.com.au, pilot juga dapat mengalihkan pesawat jika terjadi keadaan yang benar-benar darurat, sehingga penumpang dapat segera dilarikan ke rumah sakit.
Sebagian besar kebijakan maskapai penerbangan menyatakan bahwa CPR baru boleh dihentikan jika ada dokter berlisensi yang menyatakan bahwa seseorang itu benar-benar meninggal. Selain itu, tindakan tersebut juga dapat dihentikan jika awak kabin terlalu lelah untuk melanjutkan, atau CPR telah dilakukan selama 30 menit tapi tidak berhasil.
Biasanya, penumpang yang telah meninggal akan di tempatkan di jajaran kursi kelas ekonomi atau di kelas bisnis dengan selimut ditarik hingga ke dagu. Selain itu, jasad penumpang biasanya akan di tempatkan di bagian dapur pesawat.
Sejumlah maskapai bahkan telah mempersiapkan hal untuk menangani kasus tersebut, seperti 'kotak kematian' yang berisi barang-barang seperti kantong dan label jenazah. Para awak kabin juga harus memastikan agar tindakan tersebut tak menarik perhatian penumpang lain.
Menurut awak kabin British Airways dalam dokumenter BBC A Very British Airline, dahulu metode yang digunakan untuk menyamarkan penumpang yang telah meninggal adalah dengan menaruh mereka di kursi, mengenakannya masker mata, dan menaruh gin dan tonik di nampan meja di samping surat kabar.
Secara statistik sulit untuk memastikan berapa banyak orang yang meninggal saat melakukan penerbangan setiap tahunnya. Tapi secara informal sejumlah pramugari mengatakan, mereka pernah menangani hal tersebut.