Liputan6.com, Jakarta - Mungkin belum banyak yang tahu bahwa pada periode 2015-2017, Indonesia memimpin Asosiasi Negara-negara Lingkar Samudra Hindia (IORA). Wadah yang menaungi 21 negara ini telah berdiri sejak 1997 silam. Dan dibawah kepemimpinan Indonesia lahir sejumlah capaian penting.
Pada 22 hingga 28 Oktober lalu, delegasi dari 21 negara berkumpul di Nusa Dua, Bali, untuk menghadiri rangkaian pertemuan sebelum KTT IORA dilangsungkan pada 7 Maret 2017 mendatang.
Rangkaian pertemuan di Bali ini bermuara pada tiga hal, yakni lahirnya Bali Communique, dideklarasikannya kesetaraan gender dalam pemberdayaan ekonomi perempuan, serta rampungnya pembahasan IORA Concord.
Advertisement
Baca Juga
Dalam Bali Communique, para delegasi menegaskan sejumlah komitmen di mana salah satunya memperdalam kerja sama dengan tujuh mitra wicara yaitu Amerika Serikat (AS), China, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Mesir. Selain itu, para negara anggota mendorong pula kemajuan pembahasan ekonomi kelautan sebagai salah satu prioritas IORA.
Sementara itu, dalam pertemuan tingkat menteri negara-negara anggota IORAÂ yang berlangsung pada 25-26 Oktober, disepakati pula perluasan akses layanan finansial terhadap perempuan yang selama ini kerap kesulitan mendapat pinjaman usaha.
"Negara anggota IORA akan berusaha mempromosikan kesetaraan gender dengan menghilangkan hambatan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam ekonomi seperti akses terhadap layanan finansial," demikian kurang lebih deklarasi kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan yang disepakati IORA.
Dijelaskan lebih lanjut dalam deklarasi tersebut bahwa pemberdayaan terhadap kaum perempuan akan memicu investasi yang besar bagi kesehatan dan pendidikan anak-anak. Ini adalah elemen penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Tak hanya menyuarakan kesetaraan gender dalam bidang finansial, namun IORA juga akan mempromosikan kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan pekerjaan formal dan penghapusan semua bentuk kekerasan. Isu terkait perempuan ini pertama kali digaungkan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop.
Capaian penting lainnya adalah rampungnya pembahasan IORA Concord, yaitu dokumen strategis yang bertujuan memperkuat regionalisme dan kerja sama konkret antar-negara anggota.
Setelah selesai didiskusikan di pertemuan pejabat tinggi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Desra Percaya, IORA pun disetujui pada tingkat menteri sebelum akhirnya dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (Khusus) yang akan dihadiri oleh para kepala negara pada Maret 2017.
IORA Concord merupakan inisiatif Indonesia yang disambut positif negara-negara anggota. Secara garis besar dokumen itu menjadi acuan kerangka kerja sama anggota IORA yang memuat enam fokus IORA, yaitu keamanan dan keselamatan maritim, fasilitasi perdagangan dan investasi, manajemen perikanan, pengelolaan risiko bencana, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pariwisata dan pertukaran budaya.
"Saya sangat senang dengan perkembangan IORA di bawah kepemimpinan Menlu, Retno Marsudi untuk memperkuat kerja sama regional di Samudra Hindia. Dan semua delegasi juga senang Indonesia menjadi tuan rumah," ujar Sekretaris Jenderal IORA, K.V Bhagirath saat ditemui di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali pada Selasa 25 Oktober lalu.
Selain itu, pertemuan IORA kali ini juga membahas bantuan bagi Yaman dan Somalia melalui pelatihan bagi sejumlah kelompok usaha skala kecil dan menengah. Ini ditujukan untuk menghidupkan kembali perekonomian di kedua negara yang tengah dilanda konflik tersebut.
Afrika Selatan akan mengambil alih kepemimpinan IORA pada 2017 mendatang.