Liputan6.com, Yerusalem - Di masa kekuasaannya, Raja Hizkia yang berkuasa antara 727 hingga 698 SM di Kerajaan Yudea dikenal dengan reformasi yang dilakukannya, demikian juga kegigihannya membasmi pemujaan berhala.
Cara-cara yang dilakukannya tercatat dengan baik dalam kitab Raja-raja dalam Alkitab, tapi temuan arkeologi baru-baru ini menjadi bukti pertama tentang ketegasannya membasmi pemujaan berhala pada masa itu.
Dikutip dari New Atlas pada Rabu (2/11/2016), temuan itu merupakan hasil ekskavasi arkeologi yang dilakukan oleh Dinas Purbakala Israel yang menguak keberadaan tempat peribadahan terbesar di gerbang kota pada masa Bait Suci Pertama.
Advertisement
Baca Juga
Temuan di Tel Lachisch yang bersejarah, berukuran kira-kira 24 x 24 meter itu konsisten dengan pengetahuan historis dan arkeologis tentang posisi Lachisch sebagai kota terpenting ke dua setelah Yerusalem dalam kerajaan Yudea pada abad 8 SM.
Pada masa puncak kejayaan, kawasan itu menjadi pusat birokrasi, gedung pengadilan, dan tempat pertemuan kaum elit kota. Menurut direktur ekskavasi Sa'ar Ganor, "Orang-orang yang dituakan, para hakim, para gubernur, raja-raja, dan para pejabat —semuanya duduk di gerbang kota."
Beberapa bangku ditemukan selama ekskavasi, bersama-sama dengan temuan kendi, sendok bulir-bulir, dan pemegang kendi yang menampilkan nama petinggi atau lambang kerajaan.
Selain menjadi pusat denyut sistem birokrasi kota, situs itu juga menjadi tempat kuil gerbang. Dapat diakses melalui "tangga naik menuju ruang besar berisi bangku-bangku besar tempat sesajen."
Yang menarik, selain menemukan artifak-artifak keagamaan dan peribadahan, ada temuan lain yang membuat para ahli arkeologi penasaran, yaitu "Sebuah batu berbentuk kursi dengan lubang di tengahnya." Benda itu diduga sebuah toilet.
Penempatan benda seperti itu di bagian sakral dalam kuil dipandang sebagai "penistaan besar" tempat suci itu. Benda itu ditengarai memang disengaja oleh Raja Hizkia.
Bagian sakral dalam rumah peribadatan itu hanya boleh dimasuki oleh Imam Kepala.
Tapi, pemeriksaan laboratorium membuktikan bahwa perangkat itu tidak pernah dipakai. Benda itu sekedar dimanfaatkan untuk memberi tanda kepada para pemuja dewa bahwa ia serius tentang pembasmian berhala-berhala keagamaan.
Praktik-praktik demikian, terutama penghancuran kuil-kuil pemujaan Dewa Baal oleh Raja Yehu memang tercatat dalam Alkitab, tapi inilah bukti arkeologis pertama yang mendukung hal tersebut.
"Temuan-temuan lain yang mendukung dugaan terjadi penyembahan berhala misalnya dua altar bertanduk empat di sudut-sudutnya dan "sengaja dipotong," kata Ganor.
Setelah toilet itu dipasang, ruang sakral itu disegel hingga akhirnya situs itu dihancurkan oleh pasukan Asiria pada 701 SM.
Pada saat ekskavasi, para ahli arkeologi menemukan peninggalan persenjataan seperti katapel dan mata panah, seakan menjadi penanda pertempuran jarak dekat yang terjadi di gerbang-gerbang situs kuno itu.
Gerbang itu masih ditutup untuk umum demi keperluan pelestarian, tapi sudah ada rencana-rencana pembuatan pusat kunjungan di Tel Lachisch.
Nantinya, sejumlah artifak yang dapat disaksikan oleh publik adalah ukiran timbul (relief) yang ditemukan dalam ruang pribadi raja. Termasuk altar dari masa kekuasaan Raja Hizkia.
Demikian menurut Shaul Goldstein, dari pihak Dinas Pertamanan Israel.