Liputan6.com, Jakarta - National Ballet of China (NBC) merupakan organisasi balet terbesar dan satu-satunya di China, yang dibentuk pada 1959. Organisasi tersebut dibentuk sebagai 'sumber' pertukaran budaya China di dalam maupun luar negeri.
Salah satu penampilan terhebat dan paling diapresiasi dari NBCÂ adalah Raise of the Red Lantern.
Raise of the Red Lantern merupakan pertunjukan balet yang dipadu padankan dengan kesenian tradisional China seperti, pertunjukan teater, musik tradisional, serta shadow play.
Advertisement
Pertunjukan yang meraih UK's National Dance Award itu kini hadir di Jakarta untuk unjuk kebolehan sekaligus memperkenalkan kebudayaan tradisional China dalam kemasan balet.
Raise of the Red Lantern awalnya adalah kisah yang dituliskan dalam bentuk novel, berjudul 'Wives and Concubines'. Buku karya penulis, Su Tong itu kemudian diangkat menjadi film yang bertajuk sama oleh sutradara Zhang Yimou.
Pada 2001 film tersebut 'digarap' ulang oleh National Ballet of China dan telah ditampilkan lebih dari 400 pertunjukan di seluruh dunia. Organisasi itu memadu padankan balet yang merupakan seni tari modern dengan kebudayaan khas China.
Raise of the Red Lantern mengisahkan tentang kehidupan seorang wanita yang terpaksa menikah dengan penguasa di wilayahnya, dan menjadi istri ketiga dari pria tersebut. Suatu ketika perempuan itu bertemu kembali dengan cinta masa lalunya dalam sebuah pertunjukan teater. Cinta lama pun bersemi kembali.
Secara sembunyi-sembunyi mereka menjalin hubungan, hingga akhirnya istri kedua suaminya mengetahui tentang hubungan gelap itu.
"Istri kedua ini memiliki watak yang jahat. Dalam pertunjukan dia mengenakan pakaian kuning," ujar Master Balet China, Xu Gang yang ditemui oleh tim Liputan6.com di sela-sela persiapan pertunjukan yang diadakan pada Rabu 2 November kemarin di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta.
Perempuan itu lalu memberitakan tentang hubungan tersebut kepada suaminya. Marah bukan kepalang, sang penguasa pun akhirnya menghukum pasangan yang sedang dimabuk asmara tersebut.
"Kisah ini sebetulnya sedikit sedih, pada akhirnya 3 aktor utama meninggal di tangan penguasa. Ada sedikit perbedaan cerita dalam pertunjukan dan film. Cerita aslinya sang penguasa memiliki 4 istri, tapi pada pertunjukan balet ini istrinya 3," kata Xu Gang.
Pertunjukan Raise of the Red Lantern di Jakarta merupakan salah satu bentuk kerjasama pertukaran budaya yang diadakan oleh Kedutaan Besar China dan Asosiasi Ekonomi Indonesia-China, serta Social and Cultural Corporation.
Teater balet itu juga dilaksanakan dalam rangka mempererat hubungan diplomatik RI-China. Pertunjukan tersebut diadakan pada Rabu 2 November kemarin dan dihadiri oleh anak-anak jalanan yang tergabung dalam Blids Foundation.
"Merupakan suatu kebanggaan bagi saya dapat membawa anak-anak ini untuk melihat pertunjukan teater besar dunia. Saya berharap pertunjukan ini dapat menambah wawasan bagi anak-anak yayasan kami, tentang kebudayaan tradisional serta modern," ujar Indra Bayukusumo, ketua Blids Foundation.
Selain itu beberapa universitas di Jakarta seperti UI, UNJ, dan IKJ, juga diundang untuk menyaksikan tarian indah para balerina China tersebut.
"Padahal yang saya saksikan ini masih latihan, tapi sudah sangat bagus sekali. Ini yang menjadikan penari internasional berbeda dengan penari Tanah Air," kata Sekretaris Prodi Seni Drama Tari dan Musik Universitas Negeri Jakarta, Ide Bagus Sudiasa.
Pria yang merupakan mantan mahasiswa ISIP Yogyakarta itu juga mengatakan bahwa ide mengangkat kesenian tradisional dalam kemasan balet ini sangat cemerlang.
"Kesungguh-sungguhan mereka dalam menekuni tari sangat terlihat. Sebenarnya Indonesia juga memiliki banyak penari bertalenta, hanya saja mereka sering tidak total saat latihan. Contohnya saja, setelah habis menggunakan riasan wajah penari kita biasanya langsung duduk manis. Berbeda dengan mereka, balerina ini setidaknya pemanasan atau menggerakkan badan lah," kata dosen UNJ itu.
Pertunjukan Raise of the Red Lantern dilaksanakan selama dua hari , 2-3 November 2016 di Ciputra Artpreneur Theater Jakarta.