Sukses

Al Qaeda Akan Lancarkan Teror di New York pada Pilpres 2016?

Aparat di New York diperingatkan terkait potensi serangan kelompok militan Al Qaeda.

Liputan6.com, New York - Pemilihan Presiden Amerika Serikat 8 November 2016 tinggal hitungan hari. Tak hanya soal siapa yang bakal melenggang ke Gedung Putih, Hillary Clinton atau Donald Trump, persoalan keamanan juga menjadi perhatian.

Sejumlah pejabat federal pada Jumat 4 November 2016, memperingatkan aparat di New York terkait potensi serangan kelompok militan Al Qaeda pada sekitar hari pelaksanaan pilpres.

Kepolisian kota berjuluk Big Apple atau New York Police Department (NYPD) dan otoritas pelabuhan atau Port Authority  New York dan New Jersey telah menerima peringatan tersebut.

"Kami terus melaksanakan patroli tingkat tinggi di semua fasilitas yang kami miliki," kata  Steve Coleman, juru bicara Port Authority, yang mengoperasikan bandara, terowongan, dan jembatan di sekitar New York, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, Steve Coleman tak menyebut secara spesifik bentuk ancaman tersebut. Meski, peringatan bertepatan dengan ajang New York Marathon, yang digelar Minggu lalu.

NYPD mengatakan, laporan yang mereka terima kurang spesifik dan masih ditelaah.

"Kami bekerja sama dengan FBI melalui Joint Terrorism Task Force dan  Biro Kontraterorisme dan Intelijen," kata pihak NYPD.

Pihak Amerika Serikat telah mengumpulkan informasi intelijen tentang kemungkinan ancaman serangan Al Qaeda pada seputar waktu pemilihan.

Sejumlah lembaga mengirimkan buletin pada pejabat dan aparat lokal, demikian menurut sumber di Pemerintah AS di Washington DC.

Sumber tersebut menambahkan, level ancaman nonspesifik tersebut relatif rendah.

Sebelumnya, CBS News melaporkan bahwa pejabat intelijen telah memperingatkan otoritas lokal di New York, Texas, dan Virginia tentang kemungkinan serangan Al Qaeda pada hari Senin, sehari sebelum Pilpres AS digelar.
 
CBS mengutip sejumlah sumber. Saat dikonfirmasi soal laporan tersebut, FBI menolak memberikan komentar spesifik.

"Komunitas kontraterorisme dan aparat keamanan dalam negeri tetap waspada dan dalam kondisi yang baik untuk bertahan melawan serangan di Amerika Serikat," kata FBI dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat 4 November 2016.

Namun, para pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri menolak mengomentari hal tersebut.

Sementara, Gubernur Texas, Greg Abbot terus memonitor situasi. "Warga Texas diimbau tetap menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa, namun tetap waspada selama beberapa hari ke depan dan melaporkan setiap aktivitas yang dianggap mencurigakan," kata Abbot seperti dikutip dari Sydney Morning Herald.

Potensi teror tersebut kian membuat suram situasi di tengah persaingan sengit antara Hillary Clinton dan Donald Trump -- yang sudah diwarnai ancaman peretasan (hacking) komputer dan ketakutan bahwa Rusia atau aktor negara lain bisa menyebarkan misinformasi politik yang salah atau mengutak-atik perolehan suara.

Aparat federal kini tak hanya memperkuat pertahanan melawan ancaman elektronik terhadap sistem pemungutan suara sebelum Pilpres, tapi juga melakukan langkah-langkah tambahan untuk bersiap menghadapi potensi kerusuhan sipil atau kekerasan.