Sukses

4 Teknologi Perang Ini Ternyata Hasil Curian

Pencurian teknologi paling banyak dilakukan ketika sedang tidak berperang dan, kadang-kadang, hasil curian itu terlihat jelas sekali.

Liputan6.com, New York - Dalam perang, satu pihak seringkali meniru taktik atau senjata pihak lawan.

Seringkali, hal itu hanya sekedar tiruan kecil-kecilan, tapi kemudian menjelma menjadi penyerapan gagasan-gagasan yang dilakukan oleh dua belah pihak.

Terlebih lagi penjiplakan ketika negara-negara sedang tidak saling berperang. Kadang-kadang, teknologi hasil curian itu terlihat jelas sekali.

Dikutip dari War History Online pada Sabtu (5/11/2016), berikut ini adalah 4 contoh pencurian gagasan dari pihak lawan yang dilakukan dalam peperangan:

2 dari 5 halaman

Romawi Kuno Mencuri dari Karthago

Ilustrasi kapal perang jenis quinquereme milik Romawi. (Sumber Fine Arts America)

Kekaisaran Romawi bangkit menjadi penguasa melalui Perang Punic yang berlangsung dari 264 hingga 146 SM. Perang itu lebih besar daripada perang-perang lain sebelumnya, dan menjadi kesempatan bagi Romawi Kuno untuk menggantikan Karthago sebagai bangsa paling digdaya di Laut Tengah, yang oleh bangsa Karthago disebut "lautan kami".

Di awal perang, bangsa Karthago memiliki banyak keunggulan. Para pelaut mereka lebih cakap, karena pengalaman-pengalaman berdagang dan berperang di lautan. Apalagi, mereka memiliki kapal-kapal yang lebih baik.

Armada laut Romawi kebanyakan terdiri dari trireme, perahu dengan 3 tingkat pendayung. Perahu itu memang cepat dan lincah, serta baik sekali untuk menanduk ataupun lawan.

Pihak Karthago menggunakan quinquereme, yang memiliki 5 baris pendayung sehingga dengan mudah mengalahkan kapal-kapal trireme.

Menurut Polybius, ahli sejarah Yunani, pihak Karthago kehilangan keunggulan ketika salah satu kapal Karthago kandas di wilayah Romawi. Pihak Romawi merampas kapal itu dan membongkarnya agar mengetahui cara pembuatan kapal.

Dalam waktu 60 hari, mereka membangun quinquereme mereka sendiri ditambah dengan segala sumberdaya melimpah yang mereka miliki. Tidak lama, Romawi memiliki kapal-kapal yang digdaya.

3 dari 5 halaman

Inggris dan Busur Panjang

Pertempuran menggunakan para pemanah dengan panah busur panjang. (Sumber Hitsory War Weapons)

Tidak ada senjata lain yang begitu terkenal daripada busur panjang pemanah dalam riwayat militer Inggris. Dengan busur panjang, mereka menang melawan pihak Prancis di Crecy, Poitiers, dan Agincourt.

Selama beberapa abad, hukum di Inggris menuliskan bahwa kaum pria wajib dilatih menggunakannya dan dapat secara legal dipakai untuk menembak para penjarah bangsa Welsh yang melanggar perbatasan. Padahal, busur panjang itu dulunya merupakan senjata bangsa Welsh.

Panahan tidak dikenal oleh pasukan Inggris sebelum Raja Edward I melakukan invasi ke Wales dari 1277 hingga 1283. Pasukan Inggris lebih mengandalkan pasukan ksatria berbaju zirah yang didukung infantri, mirip dengan pola pasukan Prancis.

Di Wales, para ksatria itu menyadari betapa mereka rentan kepada busur yang berdaya tinggi. Bangsa Welsh memang akhirnya ditaklukkan oleh Edward, tapi mereka melawan dengan gigih dan daya tembus busur panjang mengkhawatirkan pihak Inggris.

Kemudian Inggris meniru senjata itu untuk kepentingannya sendiri sehingga panahan kembali hidup di Inggris. Ketika Edward III kemudian melancarkan Perang 100 Tahun melawan Prancis, para pemanah menjadi kekuatan utama pasukannya.

Mayoritas pasukan Henry V yang kemudian menang atas Prancis di Agincourt bukan terdiri dari para ksatria berbaju zirah ataupun pasukan dengan senjata genggam. Kebanyakan adalah para pemanah Inggris dan Welsh yang dipersenjatai dengan panah busur panjang.

4 dari 5 halaman

Pencurian di Udara dalam Perang Dunia I

Pesawat Fokker dari Perang Dunia I. (Sumber The Telegraph)

Perang di angkasa, di atas lubang-lubang persembunyian dalam Perang Dunia I, sesungguhnya merupakan perang antar inovasi. Sebelum itu, belum pernah ada pilot bertempur di udara dan menggunakan pesawat terbang mereka sebagai senjata.

Terbukalah babak baru. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun, terjadi perubahan dari para pilot yang menjatuhkan batu-batu bata ke kisruh pertempuran di bawah mereka hingga menjadi para pilot trampil yang mengendalikan mesin-mesin canggih.

Salah satu tantangannya adalah pencarian cara mempersenjatai pesawat terbang. Di Afrika, pihak Italia telah menjatuhkan bom-bom kecil dari pesawat terbang, tapi belum ada yang memasang senapan mesin.

Semakin jelaslah bahwa yang terbaik adalah memasang senjata searah dengan badan pesawat agar pilot bisa dengan mudah mengarahkan pesawat terbangnya.

Tapi muncul masalah, karena baling-baling ada di depan pesawat. Dengan demikian, penempatan senjata di garis pandang pilot bisa malah menembak baling-baling itu. Ada beberapa cara yang dicoba, misalnya melapisi baling-baling kayu dengan logam.

Anthony Fokker, insinyur di belakang terobosan-terobosan unggulan Jerman, mendapatkan solusi yang cerdas, yaitu gigi-gigi interupsi. Dengan komponen itu, tembakan senjata mengalami interupsi sesaat ketika baling-baling ada di hadapannya. Dengan demikian, pilot bisa menarik picu senjata tanpa khawatir akan menembak baling-baling pesawatnya sendiri.

Temuan Fokker mengangkasa pada 1916 dan memberikan dominasi udara kepada pihak Jerman selama 6 bulan kemudian. Tapi kemudian sebuah pesawat terbang Jerman tertembak jatuh di wilayah Sekutu dan teknologi itupun dijiplak.

Masih ada pertanyaan apakah sistem interupsi milik pihak Inggris dijiplak langsung dari pihak Jerman. Dua pihak telah lama mengerjakan sistem demikian berdasarkan hak paten yang sudah ada sebelum perang, tapi sistem buatan Inggris tidak terlalu efektif. Penjiplakan dari Fokker mempercepat pengetahuan para insinyur Inggris.

5 dari 5 halaman

Bom Atom

 

Ledakan bom atom. (Sumber wallpapercave.com)

Sudah sejak awal, pengembangan senjata atom melibatkan spionase besar-besaran. Para agen Soviet disusupkan dalam Manhattan Project untuk mengirimkan informasi ke Uni Soviet (USSR). Ketika Perang Dunia II berakhir dan Perang Dingin dimulai, informasi rahasia mengalir ke luar dari proyek-proyek persenjataan Amerika Serikat (AS).

Ternyata, ada beberapa orang termasuk Morris Cohen, Klaus Fuchs, dan Theodore Hall yang membocorkan perincian rancangan bom atom kepada pihak Uni Soviet. Perinciannya tidak terlalu jelas, seperti halnya kisah spionase lain dalam masa Perang Dingin.

Entah karena ideologi atau kepentingan sendiri, tapi mereka mengirimkan informasi saat dua negara adidaya itu sedang saling berhadapan. Beberapa pelaku diadili dan dijatuhi hukuman, ada beberapa yang mengaku beberapa tahun kemudian, dan sejumlah lainnya tidak ketahuan hingga sekarang.

Hasilnya, program atom Soviet melaju pesat. Tanpa informasi yang bocor itu, Rusia belum bisa membuat bom atom. Mereka memiliki para ilmuwan yang setara dan prinsip-prinsip dasar yang juga dimiliki oleh Amerika, Inggris, serta sejumlah negara lain.

Tapi, teknologi curian telah mempercepat prosesnya. Informasi tentang massa kritis memungkinkan pihak Soviet meloncati proses pengujian yang lambat dan mahal, sehingga bisa meraih senjata atom mereka bertahun-tahun lebih cepat.

Video Terkini