Sukses

Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak di Penjara

Rolando Espinosa adalah wali kota kedua yang terbunuh dalam waktu dua minggu.

Liputan6.com, Miami - Seorang walikota terkait perdagangan narkoba di Filipina menjadi sasaran Presiden Rodrigo Duterte, yang 'berburu' orang-orang terlibat dengan barang haram tersebut. Ia dijebloskan ke penjara, namun kabar terkini menyebutkan ia ditembak mati di dalam sel oleh polisi.

"Wali Kota Albuera, Rolando Espinosa, menembak petugas yang tengah mencari senjata," kata polisi seperti dikutip dari BBC, Sabtu (5/11/2016).

Kematian itu terjadi setelah Presiden Rodrigo Duterte bersumpah untuk meningkatkan kebijakannya untuk membunuh tersangka pengedar narkoba. Sebuah tahapan baru dalam tindakan keras itu diumumkan pekan lalu, termasuk menyertakan wali kota dan bandar narkoba.

Perang melawan narkoba yang dilakukan oleh Duterte telah menewaskan hingga 4.000 orang.

Pihak berwenang kini tengah menyelidiki kematian Espinosa, terutama mencari tahu bagaimana bisa ada senjata di dalam selnya.

"Ditemukan .45 caliber pistol dan .38 Super pistol dari sel Espinosa dan Yap (rekan satu sel). Sebuah sachet kecil berisi diduga methamphetamine dan berbagai macam obat terlarang juga ada di dalamnya," kata polisi seperti dikutip dari Reuters.

Istana presiden menggambarkan kematian Espinosa hal yang sangat "disayangkan".

Rolando Espinosa adalah wali kota kedua yang terbunuh dalam waktu dua minggu. Sebelumnya, Samsudin Dimaukom meninggal dalam baku tembak di Filipina selatan.

Kedua pria itu berada dalam daftar pejabat pada bulan Agustus, yang memiliki kaitan dengan perdagangan narkoba.

Espinosa menyerahkan diri ke polisi pada bulan Agustus, kemudian dibebaskan namun kemudian kembali ditangkap terkait kasus serupa obat-obatan terlarang. Ditambah dengan kepemilikan senjata api.

Duterte yang kini berusia 71 tahun terpilih pada Mei lalu, dan berjanji mencegah Filipina menjadi negara anti-narkoba. Caranya: sanksi pembunuhan ekstra-yudisial penjahat narkoba yang gagal menyerahkan diri.

Kebijakan tersebut mendapat kritik keras dari kelompok-kelompok hak asasi manusia. Bahkan membuat Duterte berselisih dengan Amerika Serikat - sekutu setia Filipina.

Meski demikian, ia memenangkan pemilu dengan telak dan kebijakan kontroversial itulah yang membuatnya populer di mata masyarakat Filipina.