Sukses

FBI Kembali 'Bersihkan' Nama Hillary Clinton, Trump Meradang

Pernyataan terbaru FBI pada Kongres menguntungkan Hillary dan mengurangi kesempatan Trump meningkatkan jumlah suara poling.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebelas hari jelang pemilihan presiden (pilpres) yang bakal digelar pada 8 November, Biro Investigasi Federal AS atau FBI menjatuhkan "bom" ke kubu Hillary Clinton. Dalam surat yang ditujukan pada Kongres, direktur badan intelijen itu, James Comey, mengatakan pihaknya sedang menginvestigasi temuan baru soal penggunaan server pribadi dalam pengiriman e-mail mantan Menteri Luar Negeri AS itu.

Namun, kasus tersebut kini antiklimaks. Comey mengatakan meski ada temuan anyar, pihaknya tidak akan mengubah pendapatnya, yakni Hillary Clinton seharusnya tidak menghadapi tuntutan hukum.

"Berdasarkan penilaian kami, FBI tidak akan mengubah kesimpulan yang telah kami sampaikan pada Juli lalu," kata Comey dalam sebuah surat pernyataan untuk Kongres.

Sebelumnya, manuver FBI itu membuat petinggi Demokrat marah, tetapi membuat capres Republik, Donald Trump, bersorak. Demikian dikutip dari CNN, Senin (7/11/2016).

Agak sulit mengetahui apakah sudah ada implikasi terhadap suara Hillary terkait dengan aksi Comey--yang ia lancarkan jelang pilpres. 

Namun, pernyataan terbaru ini menguntungkan Hillary dan mengurangi kesempatan Trump untuk meningkatkan jumlah suara poling.

Keputusan terbaru FBI memicu protes Donald Trump. "Anda tak bisa meneliti 6.500 e-mail dalam delapan hari, tidak bisa," kata dia.

"Hillary jelas bersalah. Dia tahu itu, FBI tahu itu. Semua orang tahu itu, sekarang tinggal orang Amerika yang memutuskan," katanya.

Sementara, kendati nama Hillary dibersihkan, petinggi Demokrat dari Senate Select Committee on Intelligence jengkel dengan tindakan Comey.

"Surat hari ini membuat aksi Direktur Comey sembilan hari lalu makin ruwet," kata Diane Feinstein."Ini jelas menciptakan impresi buruk tentang kinerja FBI," katanya.

Feinstein menambahkan, Departemen Kehakiman harus menelaah lagi prosedur FBI untuk mencegah aksi serupa yang mempengaruhi pemilu di masa depan.

Namun, sumber petinggi di departemen kehakiman mengatakan, Comey mengirimkan keputusan terbaru secepatnya. "Ia sangat berhati-hati dan mengerti sensitifnya surat pernyataan terbaru itu," ucap dia.

Jaksa Agung AS, Loretta Lynch, telah diberitahu sebelumnya bahwa direktur FBI akan mengirim surat kepada Kongres.

Penggunaan server email pribadi Hillary Clinton kali pertama diungkap pada Maret 2015 oleh New York Times, saat mantan Menlu itu mengunjungi markas PBB di New York.

Selama konferensi pers di PBB, Hillary tidak segera mengungkapkan penyesalan, dan mengatakan alasan utama ia menggunakan email 'hdr22@clintonemail.com' adalah demi "kenyamanan".

Namun, Hillary Clinton segera mengakui kesalahannya dalam sebuah wawancara dengan ABC News. Sejak itu ia beberapa kali meminta maaf.