Liputan6.com, Washington - Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat sedang memanas. Hitungan pemungutan suara terakhir menyebutkan bahwa Donald Trump lebih unggul dari capres Hillary Clinton.
Pemungutan suara itu ternyata tidak hanya dilakukan oleh warga AS yang berada di Bumi saja. Para astronot Negeri Paman Sam yang berada di angkasa luar juga melakukan pemilihan.
Hanya saja, cara pelaksanaan pemungutan suara di angkasa berbeda dengan di Bumi. Di planet ini pemilu dilakukan dengan cara mendatangi tempat pemungutan suara.
Namun di 'langit' pemilik suara mengirimkan pilihan mereka menggunakan cara khusus dan butuh waktu hampir satu tahun.
Seperti dikutip dari Space.com, Rabu (9/11/2016), astronot NASA Shane Kimbrough berbagi cerita tentang hak pilih presiden yang dilakukannya di atas langit.
Kimbourgh yang merupakan komandan ekspedisi 50 di International Space Station (ISS) bisa 'mencoblos' dari orbit berkat adanya prosedur Texas yang disahkan pada 1997.
Proses pemungutan suaranya dilakukan satu tahun sebelum astronot meluncur ke angkasa. Mereka boleh memilih jenis pemilu apa (lokal/negara/federal) yang mereka ingin ikuti saat berada di angkasa.
"Kemudian enam bulan sebelum pemilihan dimulai, astronot akan diberikan formulir 'Pendaftaran Pemilih dan Permintaan Absensi Suara — Federal Post Card Application'," tulis seorang pejabat NASA di Tumblr.
Menambahkan penjelasan postingan tersebut, Kate Rubins mengatakan bahwa ketika astronot mendapatkan surat absensi suara mereka, alamat yang tertulis adalah 'orbit rendah Bumi'.
Mission Control di JSC akan mengubah format surat tersebut dalam bentuk digital dan memberikannya kepada kru ISS.
ISS kemudian mengisi formulir tersebut dan mengirimkan 'suara' itu kembali ke Bumi yang langsung akan diberikan kepada komite pemungutan suara.
"Kimbrough dan Rubins akan mencoblos dengan menggunakan sistem ini," kata pejabat NASA.
Pemungutan suara astronot NASA di angkasa luar dimulai pada 1997, 3 tahun sebelum ilmuwan mulai bekerja dan hidup di ISS.
Warga AS pertama yang berhasil menyalurkan suaranya dari langit adalah David Wolf, yang kala itu sedang berada di stasiun angkasa Rusia, Mir.
Pada 2004, Lorey Chiao menjadi astronot NASA pertama yang ikut pilpres.