Sukses

Kelompok Anti-Trump Lakukan Unjuk Rasa di 7 Kota

Ratusan warga AS dari berbagai kalangan dan usia di 7 kota, turun ke jalan melakukan aksi protes anti-Trump.

Liputan6.com, Washington D.C. - Belum sehari presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, 'menikmati' kemenangannya dalam pemilihan presiden melawan Hillary Clinton, warga di beberapa kota AS turun ke jalan melakukan protes.

Dengan meneriakkan kata-kata 'Not my president' atau 'bukan presidenku', ribuan warga yang terdiri dari berbagai kalangan dan usia melakukan aksi protes menuntut hasil pemilu presiden.

Menurut laporan yang dikutip dari New York Times, Kamis (10/11/2016), aksi protes itu terjadi di beberapa kota seperti Berkeley, Oakland, Pittsburgh, Seattle, Portland, Ore, dan California.

Pendemo memblokir jalan dan memasuki jalan tol, mengakibatkan kemacetan parah di beberapa titik. Polisi lalu lintas California melaporkan, seorang pengunjuk rasa mengalami luka parah setelah tertabrak mobil ketika memasuki jalan tol.

Demo tersebut dilakukan warga sebagai bentuk kemarahan dan kekecewaan atas terpilihnya Trump sebagai Presiden ke-45 AS.

Sementara dari Pennsyvania hingga California, Oregon dan Washington State, ratusan warga turun ke jalan. Sedangkan di Oregon, puluhan pendemo memblokir jalan di pinggir kota Portland dan membuat kereta dan transportasi umum lainnya beroperasi tak sesuai jadwal.

Jumlah pengunjuk rasa bertambah menjadi sekitar 300 orang di Oregon. Mereka mengembangkan spanduk bertulisan 'bukan presidenku' dan membakar bendera AS.

Di Seattle sekelompok demonstran yang berjumlah 100 orang berkumpul di depan Capitol Hill, memblokir jalan, dan membakar tempat sampah.

Sementara itu di Pennsylvania ribuan mahasiswa University of Pittsburgh memenuhi jalan raya sambil meneriakkan persatuan untuk menghentikan presiden terpilih AS menduduki jabatannya.

"Kita tak bisa hanya duduk diam dan membiarkan seorang yang rasis dan seksis menjadi presiden," kata Adam Braver, seorang mahasiswa ilmu politik di University of California, Berkeley.

"Dia (Trump) membuat kita tampak buruk di mata dunia," kata Brever saat pengunjuk rasa mencapai pinggir kota Oakland. "Ini hanyalah permulaan dari suatu pergerakan."

Menurut keterangan para pendemo, aksi protes itu terjadi secara spontan. Tidak ada yang merencanakannya, semuanya terjadi begitu saja saat para mahasiswa sedang menyaksikan hasil perolehan suara.

Ketika sudah mulai jelas Trump akan menang dan menjadi pemimpin AS berikutnya, para pelajar itu berkumpul memenuhi jalan besar dan mulai melakukan aksi protes.

Sementara itu, seorang mahasiswa lulusan epidemiologi dan  mendapat hak naturalisasi penduduk AS yang berasal dari Guatemala mengatakan, bahwa ini kali pertamanya dia menggunakan hak suaranya.

"Sekarang aku akhirnya bisa menggunakan suaraku, dan ini yang terjadi. Sangat menyedihkan," kata Colin.

Colin dan beberapa mahasiswa Latin lainnya yang ikut berbaris dalam demo itu mengatakan mereka khawatir atas nasib yang akan menimpa dia dan Latin lainnya, ketika miliarder nyentrik itu resmi menjadi Presiden AS.

Sementara itu seorang mahasiswa Afrika-Amerika di California College of Arts di Oakland, Daniel Austin, mengatakan bahwa dia merasa 'terancam' oleh Trump.

"Aku merasa sebagian dari identitasku dicuri. Bukan sebagai biseksual. Bukan sebagai orang kulit hitam. Tapi sebagai warga AS," kata Austin.

Pihak berwajib Oakland dilaporkan berhasil menghadang pengunjuk rasa, sebelum mereka memasuki markas besar kepolisian. Seorang demonstran menampilkan sebuah tulisan ke arah polisi yang memblokir jalan mereka, yang berbunyi 'Trump is a fascist pig'.

Para pengunjuk rasa membubarkan diri pada 03.00 pagi waktu setempat. Namun mereka berjanji akan kembali lagi keesokan harinya, melanjutkan aksi mereka.