Sukses

Donald Trump Menang, Perang Dunia III Tak Jadi Meletus atau...?

Donald Trump dan Putin dikenal berhubungan baik. Namun, jika sampai AS beraliansi dengan Rusia, justru bahaya yang mungkin menanti.

Liputan6.com, Washington DC - Ketika setengah dari warga Amerika Serikat bersedih atas kemenangan telak Donald Trump atas Hilalry Clinton, terpilihnya taipan properti itu sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat dianggap berkah bagi sebagian orang. Mengapa?

Kedekatan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dianggap memberikan harapan mencairnya Perang Dingin yang diam-diam sedang berlangsung antara Moskow dan Washington.

Ancaman langsung perang nuklir antara dua kekuatan telah berkurang. Namun, bukan berarti bahaya telah berlalu. 

Jika Rusia dan Amerika Serikat, yang sebelumnya 'bermusuhan', menjadi sekutu, niscaya kedua negara akan mendominasi dunia. Dan, hal tersebut jsutru bisa membawa masyarakat internasional kembali ke titik bahaya, atau bahkan dapat memicu Perang Dunia III.

Grandmaster catur Rusia, Garry Kasparov dan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk termasuk di antara mereka yang mengekspresikan kekhawatiran terkait kemungkinan aliansi antara Trump dan Putin.

Kasparov, yang dikenal sebagai pengkritik Putin menuliskan ini dalam akun Twitternya, "Winter is Here (musim dingin di sini)."

Seperti dikutip dari International Business Times, Sabtu (12/11/2016), perkataannya merujuk pada buku berjudul 'Winter is Coming' -- yang menuding Putin menunjukkan seakan dirinya adalah korban dari AS sebagai motif sentral kepemimpinannya. Dan sebagian warga Rusia dibuat yakin oleh klaim sang presiden bahwa Washington selalu menemukan cara untuk melemahkan, memiskinkan, dan mempermalukan Rusia.

Namun, Kasparov menggugat klaim Putin. Sebaliknya, ia juga menyatakan bahwa Partai Demokrat di bawah Obama, "melakukan kesalahan kronis, bersikap lemah dan membiarkan orang jahat seperti Putin tetap berkuasa," demikian mengutip New York Times dalam review buku 'Winter is Coming'.

Tatapan Sinis Obama ke Putin (Reuters)

Aliansi Barat Terancam

Sementara, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan, Uni Eropa menghargai pilihan rakyat Amerika yang memilih bos real estate itu sebagai presiden mendatang.

Namun, ia menggarisbawahi tantangan kepresidenan Trump terkait masa depan hubungan trans-Atlantik Dewan Eropa dengan Washington.

 Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (REUTERS/Francois Lenoir)

Media Inggris, Mirror melaporkan bahwa sejumlah ahli berpendapat, terpilihnya Trump justru meningkatkan kemungkinan terjadinya perang, membuat masa depan NATO kian tak jelas, dan mengancam merusak aliansi Barat yang telah lama terjalin, bahkan bisa-bisa mengganggu perdagangan global.

Salah satu hal yang paling mengkhawatirkan dari pernyataan Trump selama kampanye adalah bualannya, untuk dengan senang hati membom ISIS dengan nuklir.

Jika 'pertumpahan darah' di pasar saham hanya terjadi sementara -- sesaat setelah Trump dinyatakan menang -- beda halnya di politik internasional, demikian menurut Dr Brian Klass dari London School of Economics.

Ia menegaskan, kemungkinan AS keluar dari NATO akan menjadi perkembangan paling berbahaya dalam beberapa dekade, sejak berakhirnya Perang Dingin. Dan bagi negara-negara Baltik, itu adalah 'mimpi buruk' yang sama sekali tak diharapkan.

Sebelumnya, Trump menuding, kebijakan luar negeri yang diajukan Hillary Clinton saat kampanye justru akan memicu Perang Dunia III pecah.

Dikutip dari BBC, Hillary mengajukan rencana kebijakan luar negeri berupa zona larangan terbang di Suriah. Bagi sebagian orang, larangan ini justru akan membuat konflik antara AS dengan Rusia.

Menurut Trump, seharusnya AS fokus untuk mengalahkan ISIS daripada mengurusi Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk lengser dari jabatannya.