Sukses

Terkuak, Makam 12 Muslim Indonesia Era Perang Dunia II di Inggris

Makam-makam pelaut muslim asal Indonesia di pekuburan tua di Inggris terlupakan sejak tahun 1940-an.

Liputan6.com, Liverpool - Perang Dunia II meletus pada 1939-1945, negara-negara paling berpengaruh di muka Bumi membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros (Axis). Sejumlah tragedi kemanusiaan terjadi pada periode itu -- holocaust, juga penggunaan senjata nuklir pertama dalam sejarah.

Sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa manusia tamat kala itu, yang menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia. Di tengah gonjang-ganjing itu, terselip kisah 12 pelaut Indonesia yang berakhir di Inggris.

Kata itu, awal tahun 1940-an, pelaut bernama Doerakim -- nama itu yang tertera dalam salah satu nisan -- dan 10 rekannya ikut serta dalam konvoi kapal Belanda yang membawa makanan dan perbekalan untuk pasukan Sekutu yang bertempur di tengah Perang Dunia II.

Mereka berasal dari Pulau Jawa dan bertugas sebagai awak pemelihara di kamar mesin kapal. Para pemuda itu berlayar hingga Amerika Serikat dan Rusia untuk mengumpulkan makanan.

Namun, saat tiba di daratan Inggris, maut menjemput. Mereka menderita penyakit yang lazim diderita para pelaut kala itu, termasuk tuberkolosis (TBC) dan emfisema.

Satu pelaut diketahui menderita beri-beri, penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin B1.

Para pelaut tersebut sempat dilarikan ke Rumah Sakit Walton di Liverpool. Namun, nyawa mereka tak tertolong.

Mereka kemudian dimakamkan di pekuburan dekat rumah sakit, dan sejak itu terlupakan.

Belakangan, makam 12 pelaut muslim asal Indonesia, yang membantu pihak Sekutu dalam Perang Dunia II, ditemukan.

Makam para kelasi tertutupi pagar tanaman tinggi dan ilalang. Sebelas di antara mereka menjadi bagian dari angkatan laut Belanda, satu lainnya di kapal Inggris.

Dipimpin Ulama Muslim

Pada 2012, seorang sejarawan lokal, yang sedang napak tilas silsilah keluarganya, menemukan catatan sejarah yang terkait dengan sejumlah kuburan di arsip Pemakaman Walton Park.

Pada Maret, tim Angkatan Bersenjata Belanda meneliti makam tersebut dan mengonfirmasi bahwa 11 jenazah yang dimakamkan di sana adalah bagian dari korps pelaut mereka zaman perang.

"Diawali pada 2012, saat saya menemukan makam nenekku Martha Riley, yang meninggal dunia karena flu Spanyol pada 1917, dimakamkan di pekuburan itu," kata sejarawan, Vic Raffels seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (12/11/2016).

Sang sejarawan bisa menemukan makam sang nenek. Namun, ia lalu tertarik untuk meneliti pemakaman tua tersebut. "Yang menuntunku menemukan makam-makam terlupakan itu pada 2014, yang tersembunyi di balik ilalang tinggi dan pagar tanaman besar."

Kemudian, secara kebetulan Raffells menemukan dokumen yang menyatakan bahwa makam-makam tersebut menyimpan jasad sejumlah pelaut. Ia membawa dokumen tersebut ke Kapten Peter Woods, manajer bangunan gereja paroki Liverpool, yang akhirnya berhasil membongkar identitas orang yang dimakamkan di sana.

"Mereka adalah muslim dan berasal dari Indonesia. Kesebelas orang tersebut bekerja di kapal dagang milik angkatan laut Belanda (merchant navy). Sementara, satu lainnya, Ali Mohamed adalah petugas pemadam kebakaran sekaligus tukang pangkas rambut di SS Empire Howard, milik Inggris," kata Raffells.

Kamis 10 November 2016, sebuah upacara digelar di dekat makam-makam terlupakan itu, dipimpin Pendeta Liverpol Dr Crispin Pailing dan Imam Waddah Saleh dari Abdullah Quilliam Society. Nisan-nisan mereka yang berwarna putih ditegakkan. 

Sementara, perwakilan dari Kedutaan Besar Belanda di Inggris, lembaga amal Mersey Mission to Seafarers, Commonwealth War Graves Commission, Dutch War Graves Commission, serta Walikota Liverpool, Roz Gladden hadir dalam upacara penghormatan pada para almarhum.

Wakil Direktur Dutch War Graves Commission, Roel Broer, meletakkan karangan bunga di atas makam. Ia juga memuji Raffells atas riset yang ia lakukan.

"Saya membawa tentara Belanda ke sini, bukan untuk menyerang Inggris, tapi untuk mengetahui apakah para mendiang benar-benar ada di sini. Dan itulah yang terjadi," kata dia.

Saat ditemukan, makam mereka benar-benar kacau. "Tertutup pagar tanaman tebal. Apapun, mereka kini telah ditemukan."

Sementara, Walikota Liverpool, Roz Gladden mengaku lega, makam para pelaut telah ditemukan dan dikenali.

Pemuka agama Islam, Saleh mengaku kagum melihat banyak orang datang untuk menghormati para pelaut Perang Dunia II.

"Mereka telah berbuat sesuatu sehingga kita bisa hidup damai dan harmonis saat ini. Adalah kehormatan bagi saya bisa ada di sini."

Orang AS yang Tewas demi Kemerdekaan RI 

Bobby Earl Freeberg menerbangkan RI-002 untuk Republik Indonesia yang baru terlahir dari kandungan Ibu Pertiwi (Marsha Freeberg Bickham)

Sejarah Perang Dunia II juga mencatat nama Bobby Earl Freeberg, seorang penerbang asal Amerika Serikat yang tewas saat membantu perang kemerdekaan RI.

Bob, demikian ia akrab dipanggil, adalah seorang mantan pilot Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) asal Parsons, Kansas. Ia mengajukan diri untuk melakukan penerbangan bagi Republik yang baru saja terlahir dari Bumi Pertiwi.

Suatu hari, dengan langkah gagah ia menghampiri Presiden Sukarno.

"Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?" ungkap Sukarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Bom membeli Douglas DC-3 untuk diterbangkan demi kepentingan Republik. "Kami menyebut pesawat itu RI-002, sebab nomor RI-001 disiapkan untuk pesawat presiden di masa yang akan datang," kata sahabat Bob, Petit Muharto Kartodirdjo, penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia, seperti dikutip dari buku Shared Hopes, Separate Fears: Fifty Years of U.S.-Indonesian Relations karya Paul F Gardner.

Kala itu, Belanda memblokade pelabuhan dan mengawasi ketat wilayah udara. Bob, yang dikontrak Pemerintah RI, mengemudikan pesawat pada malam hari mengirimkan perbekalan medis dari Palang Merah Amerika Serikat dan kargo lainnya.

Bob membantu menyelundupkan vanila, kina dan karet dari Indonesia ke luar negeri. Lalu dia membawa senjata, pakaian dan obat-obatan ke Tanah Air.

Ia juga banyak membantu TNI menjalankan operasi militer. Dialah pilot operasi penerjunan pertama yang dilakukan AURI pada 17 Oktober 1947 untuk menembus blokade Belanda.

Bob juga membawa perwakilan RI untuk bertemu pejabat PBB di negara lain. Pesawatnya kala itu adalah satu-satunya yang bolak-balik masuk dan keluar Indonesia.

RI-002 yang dipiloti Bob juga mengantar Sukarno berkeliling Sumatera, mengumpulkan sumbangan rakyat untuk membantu perjuangan RI. Itu perjalanan pertama sang presiden ke luar Jawa. Kala itu rakyat Aceh menyumbang 20 kg emas.

Emas itu lalu dibelikan pesawat Dakota yang diberi nama Seulawah atau gunung emas. RI-001 akhirnya tak lagi sekadar nomor registrasi. Ia jadi kapal terbang sungguhan.

Bob kali terakhir diketahui keberadaannya pada 29 September 1948. Kala itu pesawat kargo Douglas DC-3 lepas landas dari Yogyakarta. Ada lima awak di dalamnya, satu penumpang, perbekalan medis, dan 20 kilogram emas yang diambil dari Cikotok, Banten, untuk ditukar dengan pesawat baru di India.

Namun, mereka tak pernah kembali. Beberapa saat setelah mengudara dari Tanjung Karang, kapal terbang itu raib tak berjejak.

Pada 1978, sekitar 30 tahun kemudian, dua petani menemukan puing pesawat di hutan terpencil, juga bagian jasad manusia. Namun tak ada jenazah Bob. Ia hilang secara misterius. Hingga kini.