Liputan6.com, Wellington - Malam ini, Senin 14 November 2016, bulan akan berada dalam posisi terdekatnya dengan Bumi dalam 68 tahun terakhir. Penampakan satelit planet manusia itu akan terlihat seperti sebuah fiksi yang sering disaksikan dalam film kartun anak.
Fenomena yang dikenal dengan sebutan Supermoon itu terjadi ketika gerhana bulan berada dalam posisi yang sejajar dengan matahari, di mana orbit-nya berada pada titik terdekat dengan Bumi.
Baca Juga
Menurut ahli meteorologi di Matservice, Tom Adams, mereka tidak akan menayangkan siaran 'khusus' supermoon.
Advertisement
"Tidak ada yang beda. Hampir sama seperti gerhana bulan. Akan ada sedikit efek terhadap pasang, namun angin mencapai kecepatan 140 kilometer lebih penting," kata Adams seperti dikutip dari stuff.co.nz, Senin (14/11/2016).
Namun, benarkah Supermoon memiliki keterkaitan dengan gempa bumi dahsyat yang menghantam Selandia Baru pada Minggu 13 November 2016 siang waktu setempat itu.
Menurut keterangan yang dikutip dari Newshub.co.nz, seorang seismologi di GNS Science, John Ristau, mengatakan bahwa supermoon bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya lindu tersebut.
"Ketika ada pasang surut dari bulan, gaya tersebut akan menyebabkan adanya tekanan dalam kerak Bumi, sehingga mengakibatkan lempengan yang berpotensi 'bergerak' akan patah dan menyebabkan terjadinya gempa bumi," kata John.
Jika ditinjau kembali dari kejadian serupa yang pernah terjadi, supermoon muncul 8 hari setelah tsunami menerjang Jepang pada 11 Maret 2011.
Pada 22 Februari tahun itu, gempa dahsyat terjadi di Christchurch, Selandia Baru, mengakibatkan 185 orang tewas.
"Patahan yang terjadi di bawah Christchurch pada 2011 tidak terdeteksi, sama seperti yang terjadi di utara Canterbury, dan mungkin patahan itu sudah berada di 'puncaknya' saat supermoon terjadi," kata John menerangkan.
"Jika pada lempengan tersebut terdapat patahan yang memang sudah retak, tekanan sedikit saja bisa mengakibatkan gempa. Hal itu bisa terjadi dengan adanya pasang surut yang tinggi saat bulan purnama," tambah ahli seismik tersebut.
Cahaya Misterius
Cahaya misterius juga dilaporkan terlihat oleh warga bersinar d langit malam, bertepatan dengan terjadinya lindu. Sinar itu terekam oleh warga di Wellington.
Tidak hanya di Wellington, cahaya 'aneh' juga terlihat di langit Canterbury, saat gempa berkekuatan 7,1 berpusat di Darfield pada 2010.
Menurut John, ada penjelasan sederhana mengenai fenomena tersebut.
"Ketika ada patahan dan tekanan diberikan terhadap patahan tersebut, cairan yang masuk ke dalam celahnya akan membuat pergerakan seperti yang ditimbulkan pleh plasma," ujar John.
"Tekanan tersebut membuat energi magnetik lepas ke udara, menimbulkan efek terlihat seperti petir yang datang dari tanah, bukan langit," tambah ahli itu.
Gempa yang 'berbeda'
Menurut GNS, lindu berkekuatan 7,4 skala Richter yang mengguncang Selandia Baru sebenarnya merupakan dua gempa yang berbeda.
"Lindu yang pertama terjadi di Kaikoura, dan merupakan jenis gempa patahan terbalik (reverse), di mana salah satu sisi patahan membalik sisi lainnya," ujar John.
Ia melanjutkan hal tersebut kemudian memicu terjadinya gempa kedua yang berada di lepas pantai yang bergerak membentuk gelombang ke samping.
"Apa yang kami tidak tahu dengan pasti adalah kekuatan relatif dari kedua gempa ini, jika mereka secara kasar memiliki ukuran yang sama atau salah satunya lebih besar," kata John.
Ilmuwan itu juga menambahkan warga yang tinggal di daerah terdampak harus waspada dan bersiap-siap merasakan ribuan gempa susulan yang akan terjadi dalam waktu satu minggu atau satu bualan.