Sukses

Perasaan Aneh dan Firasat Sebelum Tragedi 'Maut' Titanic...

Henry Wilde adalah orang kedua paling berkuasa di ruang kemudi Titanic. Suratnya menjelaskan banyak hal.

Liputan6.com, London - Henry Wilde adalah orang kedua paling berkuasa di ruang kemudi Titanic, setelah Sang Kapten, Edward Smith. Bahkan sebelum kapal paling mewah pada eranya itu angkat sauh dari Southampton menuju New York pada Rabu 10 April 1912, hatinya selalu dirundung gelisah.

Puncaknya adalah beberapa hari sebelum Titanic karam di Lautan Atlantik pada 14 April 1912. Kala itu, Wilde mengirim surat ke sang adik perempuannya yang berada di Queenstown.

"Aku masih tak menyukai kapal ini...Aku punya perasaan aneh soal ini," kata dia dalam suratnya seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (16/11/2016).

Wilde sebelumnya menjadi saksi insiden yang menimpa RMS Olympic -- saudari Titanic. Pada 20 September 1911 kapal itu bertabrakan dengan HMS Hawke, meski tak sampai makan korban.

Ia baru bergabung dengan Titanic lima hari sebelum bahtera mewah itu tenggelam.

Dalam surat tersebut ia mengaku berharap mendapatkan penugasan berbeda dan dipromosikan menjadi kapten kapal lain di bawah naungan perusahaan pelayaran White Star.

Namun, perusahaan tersebut memutuskan untuk menempatkannya sebagai orang nomor dua di Titanic, hanya untuk satu perjalanan, dengan mempertimbangkan pengalamannya di Olympic.

Penempatan Wilde di Titanic berakibat pada dua juru mudi lain yang terpaksa diturunkan jabatannya.

Dalam surat sebelumnya, bertanggal 31 Maret 1912, saat masih berada di Olympic, Wilde mendeskripsikan bagaimana ia diperintahkan menakhodai Cymric, namun penugasan yang datang tak lama kemudian membuatnya kecewa: pria itu dipindahkan ke Titanic.

"Aku sangat kecewa karena penugasanku di Cymric dialihkan. Aku kini akan bergabung dengan Titanic, sampai kapal lain muncul untukku," kata dia.

Wilde diperintahkan bergabung dengan Titanic pada 9 April, hari berikutnya ia melapor pukul 06.00 dan langsung berlayar.

Pada hari Titanic menabrak gunung es, yang menewaskan 1.500 awak kapal dan penumpang, Wilde sedang berada di anjungan kapal selama 4 jam, melaksanakan tugas pengawasan.

Selesai bertugas, ketika ia berada di haluan, dua anak buahnya melaporkan hal mengkhawatirkan.

Dua awak, Albert Haines dan Samuel Hemmings mengaku mendengar hembusan udara dari tangki, sementara air laut mengalir deras masuk dari lubang itu.

Wilde kemudian melapor ke anjungan, lalu bergabung dengan Kapten Smith dan Thomas Andrews melakukan pemantauan kerusakan.

Menyadari potensi bahaya, ia memerintahkan para awak menurunkan sekoci dan mengawasi penurunan kapal penyelamat tersebut ke air beku di bawahnya -- untuk menyelamatkan para penumpang dan awak. Wilde sendiri menjadi salah satu korban tewas di Titanic.

Sejak ditemukan 30 tahun lalu, para ilmuwan menduga bangkai RMS Titanic tidak akan bertahan lama. (Sumber The Vintage News)

Wilde diduga mencoba untuk menurunkan sekoci ketika Titanic akhirnya tenggelam pada pukul 02.00, 15 April 1912. Tubuhnya tidak pernah ditemukan.

Pada Film Titanic yang dirilis tahun 1997, Wilde digambarkan sedang berpegangan pada kursi malas yang rusak di lautan beku sesaat setelah kapal itu tenggelam.

Ada adegan di mana ia menggunakan peluit keras untuk memanggil sekoci sebelum ia akhirnya meninggal dunia.

Surat perwira senior kapal yang telah mengabdi selama 20 tahun itu belakangan dilelang.

"Tanpa keraguan, ini adalah salah satu surat paling berharga terkait Titanic, yang ditulis oleh perwira paling senior," kata Andrew Aldridge, dari balai lelang Henry Aldridge & Son.

Kapten Kapal Titanic Pahlawan atau...?

Tak ada sepucuk surat pun yang selamat dari nakhoda Titanic, Kapten Edward J. Smith. 

Dan, meski hanya sedikit yang diketahui tentang detik-detik terakhir kematiannya, namun ia dikenang sebagai pahlawan, meski gagal mengelak dari gunung es dan tak melambatkan laju kapalnya ketika es dilaporkan berada di jalur pelayarannya.

Namun, tak semua sepakat bahwa ia adalah pahlawan. 

Kapten Kapal Sewol,  Lee Joon-seok, menjalani penahanan atas tuduhan kelalaian dan pelanggaran UU Pelayaran.

"Dia tahu benar berapa jumlah penumpang dan berapa ruang dalam sekoci. Dan ia mengizinkan sekoci yang setengahnya kosong berlalu dari Titanic," kata Paul Louden-Brown dari Titanic Historical Society.

Di malam tenang namun bukan main dinginnya, sekoci pertama yang diberangkatkan dari sisi Titanic, dengan kapasitas 65 orang, hanya berisi 27 manusia. Kebanyakan sekoci pergi dalam kondisi setengah kosong dan tak berbalik lagi untuk menjemput korban.

"Sejarah mencatat kematiannya yang heroik. Patung didirikan untuk mengenangnya. Ada banyak kartu pos dan kisah yang menggambarkan kepahlawanannya -- berenang di air dengan anak-anak di lengannya, berkata 'semoga berhasil, jaga dirimu sendiri'...itu semua tak senyatanya terjadi," tambah Louden-Brown.

"Kapten Smith bertanggung jawab atas kegagalan struktur komando dalam kapal. Tak ada yang lain, selain dia."

Sang kapten juga tak mengeluarkan perintah untuk meninggalkan kapal. Itu berarti penumpang tak menyadari Titanic dalam kondisi berbahaya. Juga tak ada niatnya untuk memerintahkan evakuasi.

Pada malam itu, Smith 'menghilang'. John Graves berpendapat, sang kapten mungkin trauma saat menyadari tak ada sekoci dalam jumlah memadai untuk para penumpang.