Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belanda tak habis pikir saat mendengar kabar ini: dua dari tiga bangkai kapal perang mereka, yang tenggelam di tengah Pertempuran Laut Jawa 1942 kini lenyap tanpa bekas.
Tinggal satu kapal yang masih tersisa. Itu pun sebagian besar bagiannya sudah tiada. Diduga dipreteli dan diperlakukan sebagai barang rongsokan.
Baca Juga
Padahal, HNLMS Kortenaer, HNLMS De Ruyter, dan HNLMS Java bukan sekedar alat angkut. Bersama kapal-kapal itu, ikut tenggelam 2.200 manusia yang ada di dalamnya. Atau dengan kata lain, tiga bahtera tersebut adalah makam bawah laut bagi mereka yang telah tiada.
Advertisement
Â
Orang-orang yang meninggal di dalam kapal-kapal itu seharusnya dibiarkan beristirahat dalam damai," kata Theo Vleugels, Direktur Dutch War Graves Foundation kepada kantor berita ANPÂ seperti dikutip dari Guardian, Rabu (16/11/2016).
Laut sekitar Indonesia, Singapura dan Malaysia adalah kuburan bagi lebih dari 100 kapal dan kapal selam yang tenggelam selama Perang Dunia II.
Tak hanya kapal Belanda yang karam di lautan Indonesia, dan semua menyimpan kisah yang menarik. Berikut tiga kisah menarik terkait kapal yang karam di perairan Nusantara:
1. 'Hantu Berderap' USS Houston
Malam itu, 28 Februari 1942, kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat USS Houston ditenggelamkan oleh armada Jepang. Setelah itu, ia raib, hilang tanpa jejak di suatu titik di perairan barat laut Pulau Jawa.
Misterinya keberadaannya tetap bertahan hingga perang usai, ketika sejumlah awaknya yang selamat ditemukan di sejumlah kamp tahanan perang Jepang di Jawa dan Semenanjung Malaya, juga di tengah rimba Myanmar dan Thailand, hingga ke sejumlah pulau di Negeri Sakura.
Dari 1.008 awak kapal yang ada di USS Houston, sekitar 300 di antaranya berhasil menyelamatkan diri.
Kapal itu juga menjadi lokasi peristirahatan terakhir bagi sekitar 700 pelaut dan tentara Angkatan Laut AS.
USS Houston kemudian mendapat julukan The Galloping Ghost -- Hantu Berderap Pesisir Jawa.
Pada 2014, keberadaannya akhirnya dipastikan. Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) mengonfirmasi bahwa bangkai kapal yang ada di dasar Laut Jawa adalah USS Houston.
Namun, ia tak lagi utuh. Para penyelam AS dan Indonesia menemukan bukti bahwa bagian lambung dan sejumlah senjata yang tak meledak saat perang telah hilang. Entah siapa yang mengambilnya.
Situs di mana USS Houston berada adalah lokasi penyelaman populer. "Dalam diskusi saya dengan mitra Angkatan Laut Indonesia, mereka berbagi tentang pentingnya berbagi tanggung jawab untuk melindungi kapal ini dan situs kuburan bawah laut lainnya," kata Laksamana Harry Haris, komandan Armada Pasifik Amerika Serikat, seperti dikutip dari BBCÂ News.
USS Houston tenggelam di tengah Pertempuran di Selat Sunda. Komandannya, Kapten Albert Rooks dianugerahi penghargaan Medal of Honor secara anumerta untuk aksi heroiknya yang luar biasa selama pertempuran.
2. Gadis Cantik yang 'Tenggelamkan' Kapal Nazi
Pada 6 Oktober 1944, kapal selam U-168 milik Jerman yang dinahkodai oleh Kapitanleutnant Helmuth Pich sedang menuju ke arah timur, dari Batavia ke Surabaya, di mana ia berniat menemui dua kapal selam lain, U-537 dan U-862 -- untuk menjalankan operasi di lepas pantai Australia. Entah operasi apa yang dilakukan. Namun Jerman kala itu ada di pihak Jepang.
Namun, keberadaannya dipergoki oleh HNLMS Zwaardvisch, milik Belanda, yang dipimpin Lieutenant Commander Hendrikus Abraham Waldemar Goossen. Lalu, Goosen memerintahkan serangan.
Pada pukul 06.53, 11 menit setelah keberadaan U-168 diketahui, Zwaardvisch melepaskan 8 torpedo dari dari jarak 820 meter.
"Suara ledakan lalu terdengar, komandan Belanda mengangkat periskop untuk melihat tenggelamnya kapal selam musuh," demikian dikutip Liputan6.com dari buku berjudul, 'U-boats Destroyed: German Submarine Losses in the World Wars' karya Paul Kemp, seperti dilansir situs Dutch Submarines.
Goossen juga melihat sejumlah kru Jerman berhasil melarikan diri dari kapal yang porak-poranda.
U-168 tenggelam di perairan utara Jawa, tepatnya di koordinat 06°20'S-111°28'E. Sebanyak 23 orang dari pihak Jerman tewas dalam insiden tersebut. Sementara 27 orang yang bernyawa menjadi tawanan.
Namun, karena tempat di Zwaardvisch terbatas, 22 di antara para tawanan dilepas, dipindah ke kapal nelayan, dan dibiarkan pergi. Mereka yang tetap ditawan termasuk komandan U-168, Kapitanluetnant Pich. Kepada pihak lawan, Pich mengaku U-168 dihajar 3 torpedo, namun hanya satu yang meledak.
U-168 diduga kuat tidak melakukan perlawanan, mereka bahkan baru sadar diserang setelah dihantam torpedo.
Kriegsmarine -- Angkatan Laut Jerman di bawah Nazi (1935-1945) yakin, tenggelamnya U-168 adalah akibat 'keceplosan'-- para kru tak sengaja membocorkan rahasia saat membawa pacar-pacar mereka -- para gadis cantik asli Indonesia ke atas kapal untuk pesta perpisahan.
"Komando U-boat Jerman di Timur Jauh yakin bahwa karamnya U-168 diduga terkait para kru yang 'tak menjaga bicaranya', saat mereka membawa pacar-pacar Indonesia ke kapal untuk pesta perpisahan..." demikian terungkap dalam buku Paul Kemp.
Kriegsmarine juga mengasumsikan, lokasi U-168 sudah lama diketahui pasukan Sekutu sebelum insiden terjadi. Beda dengan pengakuan Belanda yang menyebut, mereka mengetahui kapal selam musuh itu secara kebetulan.
3. Kapal Induk Pertama AS Karam di Laut Cilacap
Pada 27 Februari 1942 menjadi saat-saat terakhir bagi USS Langley (CV No. 1), kapal induk pertama milik Amerika Serikat. Ia tamat dalam sebuah peristiwa tragis di tengah pertempuran sengit di Laut Jawa.
Kala itu, USS Langley ditugaskan mengirim 32 pesawat P-40 Warhawks, para pilot, kru, dan perlengkapan lainnya ke Tjilatjap atau Cilacap-- sebuah kota kecil di selatan Pulau Jawa yang memiliki arti penting pada masa awal invasi Jepang ke Hindia Belanda.
"Tjilatjap (Cilacap) digunakan sebagai lokasi evakuasi personel tentara Sekutu dan warga negara Belanda," demikian Liputan6.com kutip dari situs Pacific Wrecks.com.
Warga Belanda dari segala penjuru berdatangan, berusaha lari dari Hindia Belanda menuju Australia dan kemudian pulang ke Tanah Airnya. Cilacap saat itu juga satu-satunya pelabuhan di Jawa di mana kapal bisa mengirimkan kargo dalam kondisi relatif aman.
Saat itu, pihak sekutu yang terdesak membutuhkan pesawat-pesawat terbang tersebut untuk membantu mempertahankan Jawa dari Jepang. Maka, USS Langley diberangkatkan dari Pelabuhan Fremantle, Australia, 22 Februari 1942. Butuh waktu 5 hari baginya untuk tiba di pelabuhan kecil di dekat Pulau Nusakambangan itu.
Â
Namun, kapal itu tak sempat berlabuh. Pagi jelang siang, 27 Februari 1942 pukul 11.40, Langley yang berada di 121 km selatan Cilacap, Jawa Tengah jadi target serangan 9 pesawat bomber bermesin ganda milik Jepang, Aichi D3A.
Serangan pertama gagal, yang kedua meleset. Dielak oleh manuver nakhoda USS Langley, Cdr. Robert P. McConnell. Pada serangan ketiga, Langley tak berdaya. Lima ledakan sekaligus menghantamnya. Tak cuma itu, 16 kru yang ada di dalamnya tewas.
Bagian atas Langley terbakar hebat, kemudi rusak, ruang mesin dibanjiri air laut. Ia tak lagi mampu bergerak dan terjebak dalam posisi miring. Pukul 13.32 perintah untuk meninggalkan kapal disahkan.
Kapal yang mengiringinya, USS Whipple, lantas menembakkan 9 peluru kaliber 4 inchi dan 2 torpedo ke arahnya -- untuk memastikan Langley tak jatuh ke tangan musuh. Ia lalu tenggelam.