Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengatakan, tidak menutup kemungkinan negaranya akan mengikuti jejak Rusia, menarik dukungan dan keanggotaan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Ia sendiri sejak lama telah merasa terusik dengan kritik negara-negara Barat atas gayanya dalam memerangi narkoba.
Baca Juga
"Mereka tidak berguna, mereka yang ada di Mahkamah Pidana Internasional. Mereka (Rusia) menarik diri. Saya mungkin akan menyusul. Kenapa? Hanya orang-orang kecil seperti kami yang babak belur," tegas Duterte sebelum berangkat menuju Peru untuk menghadiri KTT APEC seperti dikutip dari Reuters, Kamis (17/11/2016).
Advertisement
Duterte yang kerap melontarkan pernyataan kontroversial pun berspekulasi bahwa keluarnya Rusia dari ICC karena serangan udara yang terjadi di Suriah.
"Apa alasannya? Saya tidak tahu. Mungkin untuk melindungi diri mereka dari apa yang terjadi di Suriah, pengeboman yang terus menerus dan pembunuhan warga sipil," kata Presiden Filipina itu.
Rusia memang tengah berada di bawah tekanan internasional atas serangan udara yang terjadi di Suriah. Para aktivisi HAM menuding, Rusia menargetkan serangan ke warga sipil. Namun Negeri Beruang Merah membantah semua tuduhan itu.
Sebelum Rusia, beberapa negara di Afrika sudah lebih dahulu menarik dukungannya kepada lembaga peradilan internasional tersebut. ICC selama ini memperkarakan kasus genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang bagi negara-negara yang terlibat dalam keanggotaannya.
Filipina sendiri menjadi anggota ICC sejak 2011 lalu. ICC telah mengkritik kebijakan Duterte terkait perang melawan narkoba yang telah menyebabkan lebih dari 2.400 orang tewas.