Liputan6.com, Brussels - Sejumlah petinggi militer Turki yang bertugas di NATO dilaporkan mencari suaka semenjak gagalnya kudeta militer yang terjadi pada Juli lalu.
Informasi itu terkuak oleh Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO.
Dikutip dari BBC, Jumat (18/11/2016), Stoltenberg mengatakan para petinggi itu meminta suaka di negara-negara NATO di mana mereka bertugas. Namun, ia tak memberikan nama, berapa jumlahnya, dan alasan permintaan suaka.
Adapun negara-negara yang ditempati para petinggi Turki itu tengah mempertimbangkan kasus tersebut.
"Beberapa petinggi Turki itu bekerja di sektor struktur komando di NATO. Mereka meminta suaka di negara-negara tempat mereka bertugas," kata Stoltenberg.
Media-media di Jerman melaporkan petinggi militer Turki telah meminta suaka di negeri itu.
Sementara itu, David Kayene dari PBB memperingatkan situasi yang cukup suram di Turki setelah kudeta gagal terjadi.
"Kesimpulannya, saya katakan, cukup suram dan merefleksikan apa yang saya sebut restriksi dari kebebasan beropini dan berekspresi di seluruh negeri. "
Semenjak kudeta gagal yang berlangsung Juli lalu, Turki telah memberhentikan dan menahan bahkan menangkap lebih dari sepuluh ribu orang.
Kebanyakan dari mereka adalah anggota militer, sisanya adalah guru, polisi, hakim dan jurnalis.
Perburuan besar-besaran pemerintah Turki menargetkan mereka yang terkait dengan pria yang dipercaya adalah dalang dari kudeta gagal. Ia adalah ulama Fethullah Gulen.
Gulen kini tinggal di pengasingan di Pennsylvania di Amerika Serika dan menolak tuduhan mendalangi kudeta.